Advertorial

Kisah Sutopo si Anak Boyolali, Pernah Jadi Bahan Bully-an Hingga Ceritakan Pesan Pilu Ayahnya

Nieko Octavi Septiana
,
Mentari DP

Tim Redaksi

Lahir di Boyolali dalam keadaan susah, Sutopo pernah ceritakan dirinya sempat dibully teman-teman hingga ceritakan pesan ayahnya.
Lahir di Boyolali dalam keadaan susah, Sutopo pernah ceritakan dirinya sempat dibully teman-teman hingga ceritakan pesan ayahnya.

Intisari-Online.Com -Sekian lama berjuang melawan kanker paru-paru, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas (Pusdatinmas) dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho meninggal dunia.

Sutopo meninggal dunia di Guangzhou,Chinapada Minggu (7/7/2019) sekitar pukul 02.20 waktu setempat.

Yahya Djuanaid, Subbagian Tata Usaha Pusdatinmas BNPB mengonfirmasi kabar duka ini, seperti dikutip dari Kompas.com.

"Iya, benar (informasi yang menyebutkan Bapak Sutopo meninggal dunia)”, tulis Yahya melalui pesan singkat Whatsapp.

Baca Juga: Sutopo: Ikhlas Menerima Kanker Sebagai Takdir, Sama Seperti Korban Gempa dan Tsunami

Seperti yang diketahui sebelumnya, pria yang lahir di Kabupaten Boyolali pada 7 Oktober 1969 ini mengidap kanker paru-paru.

Meski sakit kanker paru-paru, Sutopo tetap melaksanakan tugasnya sebagai Kepala Pusdatinmas BNPB.

Sutopo yang kini sukses hingga dianugrahi penghargaan 'The First Responder' oleh media asing The Straits Times Asian ini punya cerita masa kecil yang cukup sederhana.

Melalui tayangan Mata Najwa On Stage yang tayang di kanal Youtube Najwa Shihab pada 3 Maret 2019 silam, Sutopo tak malu-malu menceritakan kisah masa kecilnya.

"Saya waktu kecil lahir di rumah kontrakan sederhana, di Jalan Teratai Boyolali.

"Rumahnya gedek, lantainya lempung, kalau musim penghujan malemnya keluar laron," ungkap Sutopo.

Sutopo mengaku jika ketika dirinya masih kecil, ia sempat menjadi bahan bully-an teman-temannya.

Tak cuma karena miskin, Sutopo dibully lantaran tak bisa baca tulis hingga kelas 2 SD.

"Susah karena miskin ya, jadi saya dibully, temen-temen saya dibully, dicurangi, dan sebagainya.

"Saya TK 3 tahun. Kemudian saya masuk SD usia 8 tahun, sampai kelas 2 tak bisa baca tulis, kemudian dibully," ujar Sutopo.

Baca Juga: Sutopo Purwo Nugroho Meninggal Dunia: Ternyata Obat Anti Nyamuk Bisa Picu Kanker Paru-paru, Ini Penjelasannya

Sutopo pun kemudian dengan bangganya menceritakan titik perubahannya hingga akhirnya mulai mau rajin belajar.

"Yang merubah saya itu kelas 4 SD, SD 1 Boyolali. Gara-gara saya berangkat siang, jam 12 pulang jam 4.

"Pulang dari sekolah, biasanya saya nyapu halaman. Bu Guru saya, namanya bu Sri Suharti lewat, 'Topo rajin ya, bantu ibunya nyapu'," cerita Sutopo.

Sutopo Purwo Nugroho ketika menjalani pengobatan kanker paru-paru.

Ternyata, pujian kecil yang ia dapat dari sang guru, mampu membuatnya semangat untuk belajar.

"Saya bangga lagi gara-gara dipuji. Dipuji orang itu sangat bangga sekali, akhirnya saya tahu belajar. Begitu belajar, juara-juara," ujar Sutopo.

Mulai dari situ, Sutopo mulai menorehkan prestasi-prestasinya.

Masuk ke SMP 1 Boyolali, Sutopo Purwo Nugroho mengatakan jika ia selalu juara kelas.

Begitu pula ketika melanjutkan sekolah ke SMA 1 Boyolali, ia mampu bertahan sebagai juara kelas dan selalu ditunjuk sebagai ketua kelas.

Hingga akhirnya, Sutopo diterima di fakultas Geografi UGM.

Baca Juga: Kepala Pusdatinmas BNPB Sutopo Purwo Nugroho Meninggal Dunia di Guangzhou Setelah Berjuang Lawan Kanker Paru-paru

Meski begitu, Sutopo mengaku sempat galau ketika diterima di fakultas Geografi UGM.

Kenalan dengan Pussy Moza, Kucing Peliharaan Sutopo Purwo Nugroho yang Setia Temani Sang Majikan saat Terbaring Sakit.

"Semester 1 dan 2 saya galau, sering bolos. Kenapa saya cuma diterima di fakultas Geografi? Mengapateman-teman saya bisa di teknik, kedokteran?," keluh Sutopo.

Sutopo pun mengatakan jika kegalauannya itu mulai beranjak hilang dari hatinya usai mendapat pesan pilu dari ayahnya.

"Akhirnya bapak saya mengatakan 'le, bapak ibu itu cari utangan untuk biayai sekolah kamu, kamu kok sekolahnya leda-lede begitu?'.

"Akhirnya saya sadar, yang terbaik adalah di Fakultas Geografi UGM. Saya belajar terus, Sabtu-Minggu di perpustakaan," ucap Sutopo.

Usahanya tak sia-sia, Sutopo Purwo Nugroho mampu membuktikan diri menjadi mahasiswa teladan UGM.

"Saya menjadi mahasiswa teladan UGM, juara lomba karya inovatif produktif tingkat nasional 2 kali berturut-turut, lulus cumlaude, tercepat, termuda," ucap Sutopo dengan bangga.

Kini, pria yang menjabat sebagai Kepala Pusdatinmas dan Humas BNPB ini telah berpulang ke sisi-Nya.

Selamat tinggal Sutopo Purwo Nugroho, semoga semua amal baikmu diterima di sisi-Nya, dan semua jasamu tetap kekal di ingatan masyarakat Indonesia.(Agil Hari)

Artikel ini telah tayang di grid.id dengan judulKisah Masa Kecil Sutopo Purwo Nugroho, Pernah Dibully karena Tak Bisa Baca Tulis tapi Sukses Jadi Mahasiswa Teladan UGM

Baca Juga: Kanker Paru-parunya Kian Menyebar, Sutopo Pamitan untuk Berobat ke Cina, 'Maaf Tidak Bisa Menyampaikan Info Bencana dengan Cepat'

Artikel Terkait