Advertorial
Intisari-Online.com - Belum ke Belitung katanya jika tidak menikmati warung kopinya.
Warga pulau berpopulasi kurang dari dua juta jiwa ini memang punya kegemaran beragam, tetapi pasti suka ngopi.
Menjuluki diri sebagai kota 1001 kopi, warung kopi di Belitung memang tersebar di penjuru-penjuru kota.
Warga Belitung memang gemar pergi ke warung kopi.
Seseorang bahkan bisa pergi ke warung kopi empat sampai lima kali sehari.
Warung kopi bisa buka sejak subuh sampai tengah malam.
Pegawainya bekerja bergantian pagi dan malam, melayani pengunjung yang tidak pernah sepi.
Baca Juga: Lima Warung Kopi Legendaris Indonesia yang Sudah Ada Sejak 1920-an, Cita Rasanya Otentik
Beberapa warung kopi jadul seperti Kong Djie yang sudah melegenda masih bertahan dari 1943.
Atau warung kopi Ake yang sudah berdiri sejak 1911.
Beberapa kedai kopi modern juga mulai bermunculan.
Bang Udin, orang Belitung asli mengaku bisa lebih dari lima kali nongkrong di warung kopi.
Di sela-sela pekerjaannya, ia bisa menyempatkan diri mampir sekadar menyeruput kopi di warung.
Warung kopi di Belitung biasa menyajikan kopi murni dan kopi susu.
Kebanyakan pengunjung suka kopi susu yang manis, baik panas atau dingin.
Pertanyaannya, apa beda kopi yang dibuat di rumah dengan yang di warung kopi?
“Bukan masalah kopinya, sebenarnya,” ungkap Fithrorozi, seorang pemerhati Budaya Belitung.
Menurutnya, ketika di warung kopi, seseorang bisa berkumpul dengan banyak orang, berinteraksi sekaligus tukar informasi.
Inilah sebabnya banyak warung kopi dan banyak juga pengunjungnya.
Baca Juga: Kabar Gembira, Setiap Warung Kopi di Kota Ini akan Dilengkapi Buku-buku Perpustakaan
Berbagai pemikiran bisa lahir dari warung kopi, dari obrolan santai sampai analisis urusan negara.
“Di warung kopi, seseorang bisa jadi anggota LSM, kalau di rumah kan tidak,” kata Bang Fithro bersemangat.
Tetapi yang pasti, obrolan-obrolan di warung kopi akan mengakrabkan hubungan masyarakatnya.
Warung kopi juga menjadi wadah orang-orang yang memiliki ketertarikan atau profesi yang sama.
“Saya biasanya tidak di warung ini. Yang di sini isinya kelompok orang politik. Saya biasa kumpulnya sama makelar tanah,” kata Suroso, warga Belitung yang berasal dari Madiun.
Ia yang sudah lama menetap di bumi timah ini mengaku senang tinggal di pulau kecil ini.
“Orang Belitung baik-baik, semua saling kenal,” katanya sambil tertawa. (Nat)
Baca Juga: Bukan di Tempat Ramai, Ibu Ini Justru Buka Warung Kopi di Kuburan. Hiii…