Advertorial
Intisari-Online.com – Dalam video diYoutubeRey Utami& Benua, Galih Ginanjar diundang dan berbicara dengan Rey Utami.
Di sana, dia membongkar kehidupan masa lalunya dengan sang mantan istri, Fairuz A Rafiq.
Pertama, dia mengatakan bahwa Fairuz A Rafiq memiliki bau badan seperti bau ikan asin. Dan pernyataan itu langsung dibantah Fairuz A Rafiq.
Belum selesai masalah yang satu ini, Galih kembali membeberkan aib sang mantan istri yang menurutnya hedon (suka boros).
Baca Juga: Walau Jadi Penyakit Mematikan Nomor 4 di Dunia, Depresi Dapat Diobati dan Dikontrol
Dilansir dari suar.grid.id pada Senin (26/6/2019), dalam tayangan video yang sama, Galih mengaku rela menjual segala kekayaannya hanya untuk memenuhi keinginan mantan istri yang menurutnya melampaui batas.
Terlepas fakta benar atau tidaknya pernyataan Galih Ginanjar tentang sang mantan istri, sebenarnya ada banyak kasus di mana mantan, entah mantan pacar atau istri/suami, membeberkan hal buruk soal mantan pasangan mereka.
Padahal hal tersebut bisa berpengaruh pada anak mereka.
Diketahui dari pernikahannya dengan Fairuz A Rafiq, Galih Ginanjar memiliki seorang anak bernama King Faaz Arafiq, yang kini tinggal bersama Fairuz.
Bagi sebagian besar orangtua, perpisahan atau perceraian adalah hal sulit.
Karena momen ini penuh dengan tekanan, amarah, frustasi, dan kemungkinan beberapa dendam untuk mantan pasangan Anda.
Sebab, setiap pasangan berpisah karena suatu alasan.
Misalnya mantan Anda mungkin telah melakukan sesuatu yang buruk pada Anda dan Anda benar-benar marah atau tak bisa memaafkannya.
Baca Juga: Hebat, TNI Berhasil Gagalkan Penyelundupan 1.445 Liter BBM ke Timor Leste
Tetapi sebelum Anda mengungkapkan banyak komentar buruk tentang mantan Anda, coba pikirkan bagaimana anak Anda.
Ketika Anda berbicara negatif tentang mantan Anda, yang merupakan orangtua dari anak juga, itu dapat menyebabkan anak Anda mengalami masalah psikologis.
Dilansir dari soloparentmag.com pada Senin (24/6/2019), Dr. Adaobi Anjeji, PhD, dari The Blue Clinic di Los Angeles, mengatakan bahwa anak-anak menangani komentar negatif dengan berbagai cara.
Anak-anak dapat memihak atau menyatakan permusuhan terhadap salah satu dari orangtuanya.
Atau juga anak-anak mungkin juga menjadi marah dengan salah satu orangtuanya yang berbicara negatif.
Dalam skenario terburuk, anak-anak dapat menginternalisasi apa yang dikatakan karena mereka mencintai dan mengidentifikasi dengan orangtua mereka.
Dengan kata lain, ketika seorang ayah berkata, “Ibumu adalah seorang yang suka menggerutu” atau seorang ibu mengatakan, “Ayahmu tidak baik-baik saja”, yang didengar dan diinternalisasi anak adalah bahwa setengah dari mereka adalah orang yang suka menggerutu atau tidak baik.
Efeknya bisa jangka panjang dan signifikan dan hal tersebut berkontribusi terhadap depresi, kecemasan, dan masalah perilaku.
Menurut Anne P. Mitchell, pengacara dan penulis They Your Kids Too, ada tiga hal yang mengarahkan orangtua untuk berbicara negatif tentang mantan mereka kepada anak-anak mereka.
Pertama, keinginan untuk membuat anak itu berpihak pada mereka, kedua, mengubah anak itu melawan orangtua yang lain, dan yang ketiga, yang mendasari dua yang pertama, adalah kemarahan pada orangtua satunya.
Padahal Mitchell menekankan pentingnya mengatasi luka dan amarah pascaperceraian atau perpisahan keluarga.
Karena jika proses ini tidak dilakukan, maka hal tersebut dapat merusak pikiran anak.
Terakhir, berbicara secara negatif tentang mantan pasangan di depan anak-anak dapat menghancurkan rasa harga diri mereka.
Itu menempatkan mereka tepat di tengah, dan seringkali dapat memaksa mereka untuk merasa seolah-olah mereka harus memilih di antara orangtua.
Monique Prince, Pekerja Sosial Klinis dan Pelatih Pengasuhan Anak di www.tameyourwildchild.net, menyarankan beberapa hal agar anak Anda tidak merasa rendah diri karena perkataan orangtua mereka kepada salah satunya.
Salah satunya beritahu si anak bahwa mereka dicintai oleh keduanya. Gunakan kata-kata yang dapat mereka mengerti dengan baik.
Sebab, hal ini dapat meningkatkan harga diri mereka.
Oleh karenanya, apa pun perasaan Anda tentang mantan Anda, cobalah untuk tetap berpikir jernih dan sudut pandang obyektif ketika mendiskusikannya dengan anak-anak Anda.
Biarkan mereka memiliki hubungan yang mereka butuhkan dengan orangtua mereka yang lain, kecuali jika itu benar-benar berbahaya bagi mereka.
Dalam jangka panjang, anak-anak Anda akan merasa jauh lebih baik tentang diri Anda.