Intisari-Online.com - Banyak kisah setelah lima tahun penutupan kawasan Dolly, di Kelurahan Putat Jaya, Kecamatan Sawahan, Surabaya, Jawa Timur (18 Juni 2019).
Penutupan lokalisasi terbesar di Asia Tenggara tersebut dilakukan oleh Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini.
Banyak yang berubah. Tak hanya wajah Dolly, tapi juga profesi mereka yang sebelumnya menggantungkan hidup pada aktivitas lokalisasi Dolly.
Salah seorang diantaranya adalah Jarwo Susanto.
Baca Juga: Penutupan Lokalisasi Dolly: Mucikari Diberi Pesangon Rp5 Juta
Jarwo sendiri merupakan salah satu warga Dolly yang menentang keras penutupan lokalisasi yang dilakukan lima tahun lalu.
Jarwo dan warga lain merasa penutupan lokalisasi Dolly telah berdampak pada berkurangnya pendapatan mereka.
Sebelum Dolly ditutup, Jarwo adalah pedagang warung kopi di eks lokalisasi Dolly. Dalam sehari, Jarwo bisa mendapatkan uang dari warung kopi itu mulai Rp 500.000 hingga Rp 800.000.
Pendapatannya per bulan berkisar Rp45 juta hanya dengan membuka warung kopi. Berkurangnya pendapatan itu mendasari Jarwo untuk menentang kebijakan Pemerintah Kota Surabaya.
Baca Juga: Penutupan Dolly dan Pergulatan Umat Manusia dengan Pelacuran
KOMENTAR