6. Pengalaman dicurigai petugas keamanan
Wally menyadari ada rasa kecurigaan terhadap dirinya sebagai orang asing dari aparat keamanan karena kedekatannya dengan penduduk asli, terutama di wilayah pedalaman.
Bekerja sebagai pilot perintis, membuatnya banyak melihat dan bersentuhan langsung dengan masyarakat di pedalaman.
"Saya tahu mereka (aparat keamanan) selalu sedikit ragu-ragu dengan kita, karena kami dekat dengan anak di pedalaman."
"Saya tahu keraguan itu karena ada sebagian rakyat Papua ingin kemerdekaan."
"Sebetulnya saya tidak dukung itu, itu bukan tujuan saya sama sekali."
7. Ingin melihat Presiden Indonesia dari Papua
Wally menyadari kualitas dan kondisi pendidikan di tanah Papua.
Namun dengan tegas, Wally menyatakan ada satu mimpi yang ia ingin lihat semasa dirinya masih hidup, yaitu menyaksikan langsung orang Papua bisa meraih posisi tertinggi di Indonesia.
"Saya senang sekali kalau suatu waktu itu Presiden Indonesia dari Papua dan itu bisa jadi."
"Alasan saya ingin membangun Papua adalah supaya tidak ada alasan lagi untuk orang memikirkan mereka (orang Papua) orang bodoh atau keterbelakangan."
"Mereka ada potensi luar biasa. Mereka akan jadi orang yang luar biasa," cetusnya.
Selain itu, Wally juga berharap ada peningkatan mutu pendidikan di tanah Papua, sehingga orang asli Papua bisa bersaing dan menjadi pemimpin di setiap sektor kehidupan.
Untuk mewujudkan hal tersebut, diperlukan jiwa kepemimpinan yang kuat dan harus dipupuk sejak usia dini. Karena itu, di Sekolah Harapan Papua, ia menerapkan sistem CASH.
"Kami jalan dengan CASH. Caracter (karakter), Atitude (sikap), Skill (keahlian), dan Habit (kebiasaan). Ini betul-betul jadi prioritas kami. Karakter dulu baru sikapnya, kemudian keahlian yang kemudian jadi kebiasaan," tuturnya lagi.
(Michael Hangga Wismabrata)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "7 Fakta Kisah Wally Jadi WNI, 42 Tahun Tinggal di Papua hingga Dirikan 7 Sekolah"
Baca Juga: Ani Yudhoyono Meninggal Dunia: Ternyata Minuman Sejuta Umat Ini Bisa Jadi Penyebab Leukemia
Source | : | kompas |
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR