Misalnya, panitia menyediakan makanan halal untuk komunitas muslim. Juga bagi vegetarian, telah disiapkan sayuran dan buah segar untuk disantap.
Warga masyarakat merasa senang berpartisipasi dalam kegiatan ini.
Mereka merasa dihargai dan dapat terlibat di semua rangkaian acara.
Anak-anak juga memiliki kesempatan untuk membuat makanannya sendiri.
Panitia telah menyiapkan adonan roti yang siap dipanggang.
Anak-anak hanya perlu membaluti ujung bambu dengan adonan tersebut lalu menaruhnya di atas bara api.
Baca Juga: Ini yang Akan Terjadi pada Tubuh Jika Kita Makan Bawang Putih Panggang
Tujuh menit kemudian, roti siap disantap.
Pada waktu bersamaan, daging yang dipanggang juga sudah matang.
Berbagai macam makanan telah dihidangkan di atas meja dan setiap orang bersiap mengambil bagiannya untuk disantap di bawah tenda makan.
Makan bersama selalu menjadi momen yang menyenangkan untuk berbagi.
Setiap orang akan duduk berhadapan bersama orang-orang yang belum pernah ditemui sebelumnya.
Apalagi di acara ini, jumlah peserta juga semakin banyak.
Warga yang tidak dapat menginap di tenda, setidaknya diundang untuk hadir di acara barbeque.
Makan bersama memberikan kesempatan bagi para warga untuk berbincang dan bertukar kisah.
Mereka bisa mengisi waktu bersama lebih dekat dan mengetahui lebih mendalam mengenai dengan siapa mereka hidup bertetangga serta apa saja aktivitas yang dilakukan.
Kegiatan berkemah ini memberikan dampak positif terhadap keakraban di antara warga.
Mereka dapat lebih mengenal satu sama lain dan mengurangi rasa curiga.
Saling bertukar sapa saat berpapasan atau bahkan ngobrol santai saat mengisi waktu bersama di halaman rumah.
Selalu ada tisu toilet
Ketika berkemah, warga Belanda punya kebiasaan untuk selalu membawa bekal dari rumah.
Salah satu benda yang tidak pernah tertinggal ternyata adalah tisu toilet.
Source | : | Majalah Intisari |
Penulis | : | Trisna Wulandari |
Editor | : | T. Tjahjo Widyasmoro |
KOMENTAR