Advertorial
Intisari-Online.com - Ahmad Saidin Mohd Idris adalah seorang ayah berusia 40 tahun yang bekerja sebagai seorang guru.
Namun sehari-hari perjalanan yang harus ditempuhnya untuk sampai ke sekolahan setidaknya 135 km dalam waktu tempuh sejauh 2 jam sehari.
Dia melakukannya dengan sepeda motornya, menuju ke sekolahannya di SK Lenjang, Kuala Lipis Pahang, Malaysia.
Dibalut dengan pakaian biasa, Ahmad Saidin harus melalui medan yang juga tidak mudah.
Baca Juga: Makan Itu Sebelum atau Setelah Berolahraga? Ini Jawaban Para Ahli
Ahmah Saidin, harus melalui jalanan berlumpur di tengah hutan lebat, dan biasa bertemu dengan binatang liar sebelum mencapai sekolahnya.
Di sekolah tersebut, dia mengajar setidaknya 465 anak-anak dari 17 pemukiman di sekitarnya.
Menurut New Straits Times, dia menjelaskan bahwa begitu dia tiba di sekolah, Ahmad Saidin akan mengganti dengan pakaian formal dan mulai mengajar.
"Jika saya berpakaian rapi dari rumah, mungkin pakaian saya kotor di perjalanan karena jalan di Pos Betau, sagat buruk," katanya.
Baca Juga: Bukan Bom Nuklir, Inilah Hal Mengerikan yang Bisa Lenyapkan Amerika Serikat dari Muka Bumi
"Ini juga semakin memburuk ketika hujan deras, karena jalan tidak hanya memiliki genangan air besar tetapi juga membuatnya menjadi licin," tambahnya.
"Jatuh dari sepeda motor bukanlah hal baru, saya sering mengalaminya ketika masih baru melewati jalan itu, namun sekarang saya sudah sedikit mengenalnya," jelasnya.
Setelah berada di sekolah selama lebih dari 3 tahun dari sekarang, ia menambahkan bahwa perjalanan itu hanyalah bagian dari pekerjaanya.
Bahwa, tantangan terbesar yang dia hadapai adalah sarana yang ada di sekolahan tersebut, di mana sekolahan itu mengandalkan air dari sungai terdekat.
Baca Juga: Ingin Atasi Batu Ginjal dan Batu Empedu? Minum Saja Jus Buatan Ini!
Juga listrik bertenaga surya yang dibuat sendiri, dan guru juga dituntut harus terbiasa dengan kondisi tersebut untuk mengajar siswanya.
Terlepas dari pelajaran biasa, Ahmad Saidin juga melatih dan mendorong murid-muridnya untuk berpatisipasi dalam bidang olahraga.
Dia juga mendorong siswanya untuk ikut dalam perjalanan luar sekolah seperti turnamen olahraga.
Kemudian, ketika hari guru mereka tidak mengharapkan apapun dari siswa, tetapi justru menyelenggarakan makan-makan khusus untuk siswanya.
Semua orang di sekolah baginya adalah keluarga, termasuk staf pendukung, penjaga keamanan dan lainnya.
Sejak berita tentang perjuangan Ahmad Saidin viral, banyak yang menawarkan bantuan kepadanya, termasuk dalam memudahkan perjalanannya.
Namun, dia justru menolaknya dan mengalihkan bantuan tersebut untuk siswanya dan orang-orang asli sekitar yang membutuhkan bantuan.
"Saya senang mengajar di sini, dan senang dengan apa yang saya lakukan, sebaliknya akan lebih baik jika orang-orang juga membantu anak-anak maka saya akan sangat berterima kasih," kata Ahmad Saidin.
Baca Juga: Fakta Sunat, Ternyata Tak Hanya untuk Ritual Ataupun Urusan Keagamaan, Tapi Juga Bentuk Hukuman