Advertorial
Intisari-Online.com – Masih ingat ketika Dataran Tinggi Dieng membeku layaknya Eropa di musim dingin?
Kejadian tersebut terjadi pada Rabu (25/7/2018) di mana suhu udara di Dataran Tinggi Dieng, Banjarnegara, Jawa Tengah, dilaporkan mencapai minus 1 derajat celcius.
Bahkan di beberapa titik mencapai minus 5 derajat celcius.
Alhasil, seluruh Dataran Tinggi Dieng diselimuti salju layaknya Eropa di musim dingin.
Nah, fenomena embun yang membeku menjadi es kembali muncul di kawasan dataran tinggi Dieng, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, Sabtu (18/5/2019) pagi.
Kepala UPT Pengelolaan Obyek Wisata Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Banjarnegara Aryadi Darwanto mengatakan, fenomena tersebut terlihat di kompleks Candi Arjuna, tepatnya di lapangan sebelah timur candi sekitar pukul 06.00 WIB.
"Tadi pagi muncul, saya ke lapangan candi pukul 06.00 WIB ternyata ada esnya, tidak terlalu luas, hanya selapangan.”
“Saya lihatnya hanya di lapangan, enggak lihat di tempat lain, di candinya malah enggak ada," kata Aryadi saat dihubungi, Sabtu (18/5/2019).
Aryadi mengatakan, fenomena tersebut terjadi karena suhu udara di kawasan yang berada di ketinggian 2.090 tersebut tadi pagi mencapai minus 1 derajat celsius.
"Biasanya embun membeku saat 0 derajat, kebetulan tadi pagi minus, mungkin pukul 03.00 WIB atau 04.00 WIB suhunya di bawah 1 derajat celsius," ujar Aryadi.
Aryadi mengatakan fenomena yang biasa disebut warga setempat bun upas itu hampir terjadi setiap tahun, khususnya saat memasuki musim kemarau.
Selain di kawasan candi, fenomena itu bisa muncul di kawasan perkebunan hingga permukiman warga.
"Tahun ini baru pertama karena biasanya keluar saat kemarau, sekarang masih hujan sebenarnya, kemarin-kemarin masih gerimis, tapi dua hari terakhir tidak hujan, paginya muncul es," kata Aryadi.
Penjelasan BMKG
Pada saat Dataran Tinggi Dieng dipenuhi salju pada tahun 2018 silam, BMKG sempat memberikan penjelasannya.
Saat dihubungiKompas.com, KepalaBagian Humas Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Hary Tirto Djatmiko mengatakan, wilayah Indonesia memang rentan terhadap perubahan iklim atau cuaca.
Saat ini, Indonesia juga memasuki puncak musim kemarau pada Juli hingga Agustus. Informasi yang sama disampaikan melalui akun resmi Twitter BMKG, @infoBMKG.
"Menurut Kepala Bagian Humas #BMKG Hary Tirto Djatmiko, Indonesia mengalami puncak musim kemarau pada Juli sampai Agustus ini. “
“Dengan indikator aktifnya monsun Australia, Indonesia mendapatkan pengaruh dari aliran massa dingin dari Australia yang menuju ke Asia," demikian twit @infoBMKG.
Aliran massa tersebut menyebabkan perubahan suhu menjadi lebih dingin di sejumlah wilayah di Indonesia yang berada di sebelah selatan garis khatulistiwa.
Daerah tersebut antara lain Sumatera Selatan, Lampung, Banten, Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, dan Nusa Tenggara Timur.
BMKG juga menyebutkan bahwa saat ini merupakan puncak musim kemarau yang ditandai dengan suhu yang lebih dingin, angin lebih kencang.
BMKG mengimbau masyarakat untuk mempersiapkan diri menghadapi udara dingin yang terjadi di beberapa daerah ini.
"Masyarakat diingatkan tak perlu khawatir dan resah. Yang penting mempersiapkan diri menghadapi udara dingin ini," demikian imbauan BMKG.
Hanya saja sekarang masih bulan Mei, yang artinya masih musim kemarau.
Walau begitu, tetaplah waspada jika Anda tinggal di daerah dekat Dataran Tinggi Dieng. Fadlan Mukhtar Zain
(Artikel ini telah tayang diKompas.comdengan judul "Suhu Minus 1 Derajat Celsius di Dieng, Embun Membeku Jadi Es")