Advertorial

Alyza Firdaus Nabila, Anak Tukang Sampah yang Diterima di UGM Tanpa Tes, Kakaknya Putus Sekolah karena Tak Ada Biaya

Muflika Nur Fuaddah
Muflika Nur Fuaddah
,
Ade S

Tim Redaksi

Alyza Firdaus Nabila, meraih mimpinya dengan berhasil masuk ke Fakultas Kehutanan Universitas Gajar Mada (UGM) melalui jalur SNMPTN undangan.
Alyza Firdaus Nabila, meraih mimpinya dengan berhasil masuk ke Fakultas Kehutanan Universitas Gajar Mada (UGM) melalui jalur SNMPTN undangan.

Intisari-Online.com - Alyza Firdaus Nabila, akhirnya bisa meraih mimpinya dengan berhasil masuk ke Fakultas Kehutanan Universitas Gajar Mada (UGM) melalui jalur SNMPTN undangan.

Meski hidup dalam keterbatasan ekonomi, kesadaran akan pendidikan nampaknya memang pilar penting bagi kehidupan.

KeberhasilanAlyza itu menjadi anugerah bagi ayahnya, Jumari, yang bekerja sebagai tukang pengangkut sampah.

Jumari (58), warga Dusun Ngablak, Desa Sitimulyo, Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul, itu tak berhenti mensyukuri keberhasilan anak bungsunya itu.

Baca Juga : Jangan Buang Sikat Gigi Bekas! Bakar Sedikit Bagian Ujungnya Anda Bisa Menggunakannya untuk Hal Ajaib Ini

Alyza mengakui dirinya akan terus belajar, berusaha dan berdoa untuk meraih cita-citanya. Salah satunya, membahagiakan kedua orangtuanya.

Berikut ini fakta lengkap perjuangan Alyza:

1. Anugerah terindah bagi keluarga Jumari

Jumari dan keluarganya tak bisa menyembunyikan wajah kebahagiaan saat menceritakan keberhasilan Alyza atau akrab disapa Lyza.

Baca Juga : Kisah Tragis Elisabeth Fritzl, Dikurung 24 Tahun dalam Penjara Ayahnya Sendiri Hingga Miliki 7 Anak

"Sangat bangga dan bersyukur, anak kami Lyza bisa diterima kuliah di UGM. Ini menjadi kebahagiaan tertinggi bagi keluarga kami,” ucap Jumari, seperti dikutip dari rilis resmi Humas UGM, Selasa (14/5/2019).

Jumari tak henti-hentinya mengucap syukur mengetahui Lyza bisa diterima di UGM.

Air matanya menetes membasahi pipi mengingat perjuangannya dan istri dalam membesarkan anaknya.

2. Perjuangan Jumari di tengah keterbatasan ekonomi

Baca Juga : Bertobat Sebelum Eksekusi Mati, Terpidana Mati Berikan Makan Terakhirnya untuk Tunawisma

Jumari teringat bagaimana keluarganya pernah mengalami titik nadir dalam hidup.

Dia menceritakan, anak pertamanya terpaksa putus sekolah saat di bangku SMA karena tidak mampu membayar uang sekolah.

Jumari juga sempat menjadi sopir panggilan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluargannya.

Baca Juga : Rano Karno Kehilangan Empedu: Waspada, Jarang Sarapan Bisa Bikin Tubuh 'Dipenuhi' Batu Empedu, Hingga Ribuan

Namun, seiring usianya yang kian menua, Jumari memutuskan untuk berhenti dari pekerjaanya itu.

Jumari pun memutuskan untuk beralih dengan menjadi tukang angkut sampah.

Ia menyewa mobil pick up yang sudah usang untuk mengangkut sampah.

Setiap dua hari sekali Jumari bersama putra sulungnya berkeliling mengambil sampah ke rumah penduduk di wilayah Piyungan, Yogyakarta.

Baca Juga : Mengeluh Sakit Perut Selama Dua Tahun, Dokter Malah Keluarkan Stang Motor dari Rahim Wanita Ini, Kok Bisa?

"Rata-rata per bulannya dari angkut sampah dan usaha cucian sekitar Rp1,5 juta untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari," ungkapnya.

3. Tak menyangka anak bungsunya akan kuliah

Kondisi perekonomian yang pas-pasan tak membuat Jumari berpikir anaknya bisa melanjutkan pendidikan hingga bangku kuliah.

Namun, saat melihat ketekunan Alyza dalam belajar dan melihat prestasi akademis yang baik, Jumari yakin sang anak nantinya dapat memperoleh pendidikan yang layak.

Baca Juga : Kembali Defisit, Neraca Dagang April 2019 Jadi yang Terburuk Sepanjang Sejarah Indonesia Merdeka, Ini Faktor Pendorongnya

"Benar-benar tidak membayangkan akhirnya Lyza bisa diterima kuliah di UGM," tutur Jumari.

Seperti diketahui, Jumari beserta istri dan dua anaknya tinggal di sebuah rumah kontrakan kecil seluas 46 meter persegi di Dusun Ngablak, Desa Sitimulyo, Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul, DIY.

4. Harapan dan doa sang Ibu

Istri Jumari, Nur Hayati (49) menyampaikan rasa syukur karena anak-anaknya memahami kondisi keluarga dan tidak pernah menutut macam-macam.

Baca Juga : Kasus Nikahi Sepupu Sendiri, 4 dari 5 Anaknya Alami Kelainan Intelektual: Begini Efek Samping Perkawinan Sedarah Secara Sains

Di matanya, Alyza merupakan anak yang tekun dalam belajar dan rajin beribadah.

Sebagai orangtua, dirinya hanya bisa memberikan dukungan dan mendoakan apa yang dicita-citakan Alyza dapat terwujud.

"Semoga nantinya Lyza bisa lancar kuliahnya dan menjadi orang berhasil serta berguna bagi masyarakat, bangsa, dan negara," ungkapnya.

Alyza mengatakan, sudah sejak kecil memiliki keinginan untuk bisa meneruskan ke perguruan tinggi.

Baca Juga : Hendropriyono Sebut Kudeta Tak akan Berhasil Tanpa Dukungan Militer: Ini Kudeta Militer Paling Kejam dalam Sejarah

5. Selalu berprestasi karena tekun belajar dan berdoa

Alyza mengatakan, sudah sejak kecil memiliki keinginan untuk bisa meneruskan ke perguruan tinggi.

Meski dengan segala keterbatasan, Alyza berjuang keras untuk bisa mewujudkan cita-citanya.

Salah satu saksi yang hingga kini masih menemani Lyza belajar adalah sebuah meja lipat yang sudah usang.

Baca Juga : Taruh Irisan Lemon ke Dalam Freezer Hingga Beku, Lalu Makanlah, Khasiatnya 10 Ribu Lebih Baik dari Kemoterapi

Meja itu menemaninya sejak SD saat belajar di rumah setiap harinya.

Lewat ketekunannya dalam belajar, Alyza selalu menduduki dua besar siswa berprestasi di bangku SD dan SMP, sementara di SMA 1 Sewon Bantul dia selalui meraih pertama.

Berkat prestasinya, Alyza berhasil masuk UGM tanpa tes dan saat ini mengajukan beasiswa Bidikmisi agar mendapat keringanan biaya pendidikan selama kuliah nantinya.

"Saya hanya terus belajar, berusaha dan berdoa. Jika ada kemauan pasti ada jalannya dan alhamdulillah akhirnya bisa diterima di UGM," ujarnya.

Baca Juga : Rano Karno Kehilangan Empedu: Waspada, Jarang Sarapan Bisa Bikin Tubuh 'Dipenuhi' Batu Empedu, Hingga Ribuan

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Fakta Anak Tukang Sampah Diterima di UGM, Masuk Tanpa Tes hingga Kerja Keras Meski Ekonomi Pas-pasan"

Artikel Terkait