Advertorial
Intisari-Online.Com -Sebanyak 15 domba terdaftar sebagai pelajar di sebuah sekolah di Prancis.
Sekolah Jules Ferry terletak di Crêts-en-Belledonne, sebuah desa di pegunungan Alpen di sebelah timur laut Grenoble, Prancis.
Baru-baru ini sekolah itu mendaftarkan 15 ekor domba sebagai siswanya.
Keputusan diambil bukan karena diyakini bahwa hewan memiliki potensi untuk belajar, tetapi untuk menyelamatkan kelas di sekolah dasar dari ancaman penutupan.
Baca Juga : Undang Kontroversi, Ilmuwan Berhasil Ciptakan Embrio Hibrida Manusia dan Domba
Dilaporkan dalam The Indian Express (10/5/2019), salah satu kelas di sekolah Jules Ferry terancam akan ditutup.
Pihak berwenang setempat mengumumkan rencana untuk menutup salah satu dari 11 kelasnya karena jumlah siswa yang terdaftar turun dari 266 menjadi 261.
Sepertinya pihak sekolah merasa keberatan jika ada kelas yang ditutup hanya karena ada penurunan 5 siswa.
Akhirnya seorang petani setempat memutuskan untuk membantu sekolah dengan cara yang di luar dugaan.
Baca Juga : Gara-gara Seekor Domba, Uji Coba Nuklir Ilegal Israel Ketahuan Publik
Ia mendaftarkan beberapa domba-dombanya untuk bersekolah di sana.
Menurut sebuah laporan diThe Local, seorang gembala lokal dan anjingnya datang ke sekolah pada hari Selasa (7/5) dengan sekitar 50 ekor domba di belakangnya.
Lima belas dombanya tersebut kini terdaftar secara resmi, setelah menunjukkan akta kelahiran mereka.
Dilaporkan di antara ke-15 domba itu terdapat yang bernama Baa-bete dan Saute-Mouton. Mereka mnegikuti upacara khusus bersama guru, murid, dan pejabat.
"Ditambahkan untuk mendaftar adalah 'seorang' murid bernama 'Baa-bete' dan yang lain disebut 'Saute-Mouton' - setara dengan domba 'leapfrog'- dalam upacara yang ditonton oleh anak-anak, orang tua dan guru," surat kabar itu melaporkan.
Baca Juga : Dari Domba Hingga Merak, Inilah 6 Hewan yang Jadi Kendaraan Para Dewa dan Dewi
Sang gembala muncul dengan 'murid-murid barunya' di luar sekolah untuk upacara khusus yang dihadiri oleh sekitar 200 guru, murid dan pejabat.
Anak-anak siswa sekolah tersebut yang hadir di upacara khusus itu memegang papan bertuliskan, “Kami bukan domba”.
Walikota kota Jean-Louis Maret mendukung gagasan mendaftarkan domba sebagai siswa, dan mengecam "logika ambang batas pemerintah" yang mendorong ancaman penutupan sekolah karena kekurangan siswa.