Advertorial
Intisari-online.com -Pada 15 April 2019 lalu, sebuah tragedi memilukan menimpa dua masjid di Selandia Baru, tepatnya di Chistchurch.
Tragedi penembakan yang dilakukan oleh seorang pria rasis mengatasnamakan idealisme kulit putih, dengan menolak imigran.
Hasilnya adalah kebencian yang dilampiaskan dengan serangan kepada penduduk muslim di Selandia Baru, tepat ketika mereka melaksanakan sholat Jumat.
Di tengah ketakutan dan ancaman biadab tersebut, pada (7/5/2019) umat muslim Selandia Baru melaksanakan ibadah puasa seperti diberitakan NZHerald (6/5).
"Bulan baru telah terlihat dan besok adalah hari pertama puasa di Selandia Baru," kata Sultan Eusoff, kepala eksekutif Federasi Asosiasi Islam Selandia Baru.
Ingatan tentang teror penembakan pada (15/4) tampaknya belum juga bisa dilupakan oleh umat muslim dan otoritas Selandia Baru.
Dengan terjadinya tragedi tersebut, penjagaan atas umat muslim untuk beribadah tentu semakin diperketat.
Awal Ramadhan, polisi akan menenteng senjata di luar masjid ketika umat muslim melakukan ibadah.
Baca Juga : Hari Palang Merah: Pemilik Golongan Darah O, 3 Kali Lipat Berisiko Meninggal Jika Kecelakaan, Kok Bisa?
Polisi akan membuat rincian pengaturan untuk penempakan keamanan selama bulan suci Ramadhan berlangsung.
Masjid dan pusat-pusat Islam yang diajak bicara oleh Herald mengkonfirmasi bahwa polisi telah memberi tahu mereka bahwa petugas bersenjata akan berada di gerbang selama bulan suci.
Selama bulan Ramadhan berlangsung, di mana puasa akan berlangsung setidaknya hingga 4 Juni mendatang, masjid akan dijaga ketat.
Tak hanya oleh aparat keamanan, partisipasi lebih tinggi diharapkan juga dari kelompok non-muslim yang ikut menjaga keamanan selama bulan suci berlangsung.
Baca Juga : 5 Kesalahan yang Sering Orangtua Lakukan, Ingin Punya Banyak Anak Tapi Tidak Memikirkan Finansial
"Polisi bersenjata masih berpatroli di lokasi dua masjid Christchurch sampai pemberitahuan lebih lanjut," kata Sultah Eusoff.
Federasi Asosiasi Islam Selandia Baru mengatakan komite Hilal, yang terdiri dari para pemimpin agama, seorang ilmuwan, seorang insinyur dan seorang spesialis teknologi akan menentukan awal Ramadhan.
"Di NZ tahun ini adalah sekitar 12 jam dari sekitar 5.30 pagi sampai 5.30 sore, dengan beberapa hari lebih singkat," katanya dalam sebuah pernyataan.
Di malam hari, banyak jemaah pergi ke masjid untuk sholat malam dan berkumpul untuk berbuka puasa bersama.
Selain keamanan yang akan diperketat, para pemilik usaha juga diminta untuk mempertimbangkan mengubah jadwal kerja bagi non-muslim.
Memungkinkan mereka untuk selesai bekerja lebih awal, memungkinkan mereka tetap bekerja selama makan siang dan memberi waktu untuk berbuka puasa.