Advertorial
Intisari-Online.com - Pada tahun 1863, sejarah mencatat pada 29 Oktober sebagai tanggal terbentuknya Palang Merah Internasional namun di Indonesia diperingati pada 8 Mei.
Alasan 8 Mei menjadi hari Palang Merah Dunia tak lain karena pada tanggal inilah Bapak Palang Merah, Jean Henri Dunant dilahirkan.
Tujuan didirikannya Palang Merah Ini berawal dari keprihatinan Henry Dunant yang melihat pprajurit-prajurit yang terlibat dalam pertempuran Austria dan Perancis menderita tanpa pelayanan medis.
Sementara kegiatannya dibagi dalam empat kategori, yakni perlindungan (protection), bantuan (assistance), pencegahan (prevention) dan kerjasama (cooperation).
Transfusi darah juga tak lepas menjadi salah satu kegiatan yang dilakukan oleh Palang Merah.
WHO sendiri menunjukkan bahwa kebutuhan darah di Indonesia per tahun mencapai sekitar 5,1 juta kantong darah.
Sementara yang terpenuhi hanya sekitar 4,2 juta kantong darah.
Terlepas dari kegiatan donor darah yang dilakukan, tahukah Anda bahwa ada satu golongan darah yang rentan meninggal jika kecelakaan?
Ya, peneitian dalam jurnal Critical Care menjelaskan bahwa pasien dengan golongan darah O yang mengalami kecelakaan atau mengalami cedera berat berisiko meninggal 3 kali lebih besar.
Baca Juga : Peternakan Babi Besar Berotot di Kamboja, Pecinta Hewan Sebut Praktik Itu Sangat Kejam dan Mengerikan
Penelitian ini dipimpin oleh Wataru Takayama dari Tokyo Medical and Dental University Hospital, Jepang.
Sebanyak 900 pasen dengan golongan darah berbeda, A, B, O, dan AB, dirawat di sebuah rumah sakit di Jepang antara 2013-2016 menjadi sampel penelitian ini.
Hasilnya, pasien golongan darah O menghadapi kematian sebanyak 28% sementara tiga golongan darah lainnya kalau digabung hanya 11%.
Kenapa bisa seperti itu?
Peneliti menduga bawa adanya agen pembekuan darah yang disebut faktor von Willebrand yang kadarnya lebih rendah pada golongan darah O.
Ini menyebabkan saat pasien dengan golongan darah O terluka hingga pendarahan hebat, pendarahannya lebih sulit berhenti.
Luka juga akan lebih sulit tertutup akibat kurangnya gen pembekuan darah yang dimiliki pasien.
Tentu hal ini meningkatkan risiko kematian pada pasien apabila tidak ditangani dengan cepat dan tepat.
Meskipun tidak ada banyak hal yang bisa dilakukan untuk mengubah hal yang sudah 'bawaan lahir' ini, tapi setidaknya penelitian ini bisa memberi sedikit masukan untuk tenaga medis.
Misalnya, mengontrol perawatan kritis bagi pasien dengan golongan darah O untuk menghindari risiko sebanyak mungkin.
Baca Juga : Menyamar Sebagai PSK, Dua Polwan Ini Terkejut Ketika Bertemu dengan Bosnya, Berikut Kisahnya!
Selain itu, agar petugas medis tidak selalu memberi transfusi darah dengan golongan darah O.
Golongan darah O rhesus negatif paling laris untuk dijadikan transfusi karena bisa diterima oleh semua golongan.
Padahal dengan gen pembekuan darah yang rendah, tentu akan menghambat proses penutupan luka.
Takayama dan timnya juga masih akan terus melakukan penelitian lanjutan terkait hasil yang didapat kali ini.
Penelitian diperlukan untuk mengkonfirmasi apakah ada perbedaan gen pembekuan darah khususnya untuk rhesus negatif dan rhesus positif.
Di Inggris dan Amerika Serikat, golongan darah O adalah golongan darah paling umum.
Sekitar 47% penduduk Inggris memiliki golongan darah O dan di Amerika Serikat ada 45% dari populasi yang darahnya O juga.
Kalau Anda termasuk yang punya golongan darah O, ingatlah selalu hasil penelitian ini, ya!