Advertorial
Intisari-Online.com – Anda tahu jet tempur F-35 milik Amerika Serikat (AS)?
Tiga tahun lalu, jet tempur F-35 dinyatakan siap tempur. Namun nyatanya, hingga hari ini, jet tempur AS tersebut belum ikut serta dalam misi sungguhan.
Padahal jet tempur ini digadang-gadang menjadi jet tempur paling mematikan yang ada di dunia.
Nah, baru-baru ini AS mengumumkan telah menerjunkan jet tempur F-35 mereka dalam misi tempur sungguhan.
Baca Juga : Kiper Iker Casillas Kena Serangan Jantung: Satu Bulan Sebelum Serangan Jantung, Tubuh Berikan 6 Tanda Ini
Serangan udara untuk mendukung Operation Inherent Resolve dilaksanakan oleh dua unit jet tempur F-35 tipe A di kawasan Wadi Ashai, Irak, pada Selasa (30/4/2019).
Diberitakan Russian Today pada Rabu (1/5/2019), dua jet tempur F-35A itu menggempur basis pertahanan Negara Islam Irak dan Suriah ( ISIS) di pegunungan Irak.
"Jet tempur F-35A menyerang terowongan dan persenjataan Daesh (singkatan ISIS) di Pegunungan Hamrin, lokasi yang bisa mengancam sekutu kami," ucap AU AS dalam keterangan resmi.
Sekitar 15 tahun setelah Lockheed Martin memenangkan kontrak untuk membuat jet tempur itu, AS menyatakan F-35 tipe A siap diterjunkan pada Agustus 2016.
Israel menjadi negara pertama di dunia yang mengumumkan telah menggunakan jet tempur generasi kelima itu dalam operasi sungguhan pada Mei tahun lalu.
Meski terdapat dua misi tempur yang terkonfirmasi, jet tempur siluman yang disebut sebagai program persenjataan termahal AS itu dilaporkan masih punya masalah.
Contoh pada April kemarin, F-35 milik militer Jepang dilaporkan jatuh di perairan Pasifik 30 menit setelah lepas landas bersama tiga pesawat lainnya dalam misi latihan.
Baca Juga : Kiper Iker Casillas Kena Serangan Jantung: Ternyata Pesepak Bola Mudah Terkena Serangan Jantung
Jet tempur paling mematikan yang ada di dunia
Angkatan Udara AS mengatakan bahwa jet tempur F-35 merupakan jet tempur dengan teknologi penghindaran tabrakan yang cepat berkembang dan dapat membantu jet tempur menghindari tabrakan tanah.
Teknologi baru tersebut menggunakan otomatisasi komputer untuk mengarahkan pesawat terbang jika seorang pilot terluka.
Teknologi yang ada sekarang di F-16 disebut dengan Air-Ground Collision Avoidance System atau AGCAS.
AGCAS menggunakan sensor untuk mengidentifikasi dan menghindari objek-objek tanah seperti bangunan di dekatnya, gunung atau medan yang berbahaya, AGCAS telah menyelamatkan nyawa, pejabat senior Angkatan Udara memberi tahu Warrior Maven.
Ada berbagai alasan mengapa sebuah pesawat mungkin berbenturan dengan tanah.
Salah satunya pilot menarik begitu banyak "G"ketika mereka kehilangan kesadaran,laporan pengembang senior senjata Angkatan Udara.
Teknologi menghitung di mana pesawat itu berada dan di mana pesawat itu akan jatuh ke tanah berdasarkan pada waktu terbang pada saat itu, kata pejabat layanan.
Jika jet tempur itu terbang ke arah tabrakan potensial dengan tanah, sistem komputeron-boardakan menimpa jalur penerbangan dan menarik pesawat menjauh dari tanah.
Sebagian besar algoritma yang dikembangkan oleh Lockheed Martin terus disempurnakan dan diuji menggunakan teknologi simulasi.
Baca Juga : Tak Mau Berolahraga, Kini Sudah Ada Operasi Six Pack Instan, Biayanya Rp53 Juta!
Menariknya, hasil dari studi kasus yang menampilkan input percontohan pada AGCAS merinci beberapa cara yang dapat dipelajari oleh pilot untuk bekerja dan "mempercayai" sistem otomatisasi komputer.
Pertanyaan tentang bagaimana pilot akan bergantung pada sistem muncul sebagai perhatian substansial menurut penelitian karena sistem mengambil kendali dari pilot.
"Memahami kepercayaan percontohan Auto-GCAS sangat penting untuk kinerja operasionalnya karena pilot memiliki opsi untuk menyalakan atau mematikan sistem selama operasi," tulis sebuah esai tentang studi kasus.
Esai ini lebih lanjut menjelaskan bahwa hasil dari penelitian mereka menemukan bahwa AGCAS dianggap jauh lebih unggul oleh pilot uji untuk "sistem peringatan" sebelumnya yang "rentan terhadap alarm palsu" dan dapat "menurunkan kepercayaan".
"Sistem peringatan mengharuskan pengguna untuk menanggapi secara manual dan dengan demikian tidak efektif ketika pilot tidak mampu atau mengalami disorientasi secara spasial, dan pilot mungkin tidak selalu benar mengenali peringatan atau benar membuat manuver pengelompokan tabrakan di medan," tulis esai.
Dalam upaya yang bersamaan tetapi jangka panjang, Angkatan Udara sekarang juga bekerja untuk mengembangkan algoritma untuk menghentikan tabrakan di area "udara-dengan-udara".
Teknologi pengembang menjelaskan, jauh lebih sulit daripada menggagalkan tabrakan dari udara daripada darat karena melibatkan dua pesawat yang bergerak cepat.
Skenario dari sistem ini seperti dua atau lebih jet tempur supersonik melakukan manuver tempur sedemikian dekatnya, saat itu sistem komputer akan otomatis direkayasa ke dalam pesawat untuk mengambil alih dan mengarahkan kembali para pilot ke area amanuntuk menghindari tabrakan katastropik. (Ardi Priyatno Utomo / Adrie P. Saputra)
(Artikel ini telah tayang diKompas.comdengan judul "AS Kerahkan Jet Tempur F-35 dalam Misi Sungguhan Gempur Markas ISIS3")