Advertorial
Intisari-Online.com -Erin Taulany, istri komedian Andre Taulany menjadi sorotan karenapostingannya di media sosial yang menyebut calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto mengalami gangguan jiwa.
Buntut dari unggahan tersebut adalah Erin dilaporkan ke Polisi atas tuduhan pencemaran nama baik.
Bahkan hari ini, Senin (22/4/2019), Erin bersama Andre diketahui menyambangi Polda Metro Jaya untuk memberikan keterangan bahwa akun Erin di-hack orang lain.
Belum reda kasusunggahan Erin, suami Rey Utami, Pablo Putra Benua mengunggah sebuah video berjudul "Prabowo Alami Gangguan Jiwa?" di YouTube Rey Utami & Benua.
Baca Juga : Benarkah Jumlah Suara Prabowo-Sandi Menyusut Karena Serangan Hacker? Ini Jawaban Resmi KPU
Pablo mengomentari klaim kemenangan yang diumumkan oleh Prabowo Subianto sebagai pemenang Pilpres 2019.
"Khawatirnya nanti Prabowo benar-benar gangguan kejiwaan gawat. Karena apa yang dia laukan, tingkah lakunya di dalam, setelah pasca pilpres pemilu ini kelakunnya cenderung seperti itu, mengarahkanbahwa ini agak sedikit delusi,"demikian salah satu ucapan Benua dalamvideo tersebut, seperti dilansirINTISARIdariWiken.Id.
"Saya pengennya itu tim BPN itu bawalah pak Prabowo ke psikiater, tes gitu," tambahBenua.
Kalimat Benua mengenai Prabowo perlu ke psikiater ini sendiri memicu banyak pertanyaan, sebenarnya apa beda psikolog dan psikiater?
Baca Juga : Berbeda Pilihan, Puluhan Kiai Pendukung Jokowi dan Prabowo Kompak Serukan Perdamaian dan Jauhi Provokasi
Untuk mengetahui jawabannya, mari kita simak artikel dari Tribunnews.com berikut ini.
Seseorang membutuhkan bantuan dari pihak luar untuk membantu dalam kesehatan jiwa.
Dalam dunia kesehatan jiwa ada beberapa profesi yang sebaiknya kita kenal, seperti psikolog dan psikiater. Tahukah kamu apa perbedaan dari kedua profesi ini?
Psikolog Klinis dari RS Baiturrahim Jambi, Henni Budiastuti, M.Psi., Psikolog menjelaskan bahwa psikolog adalah lulusan dari Magister profesi psikologi sedangkan psikiater adalah lulusan dari kedokteran yang telah mengambil spesialis jiwa atau psikiatri.
Secara gelar akademikpun berbeda. Jika psikolog bergelar M.Psi dan Psikolog, sedangkan psikiater bergelar dr. dan Sp.KJ.
“Psikiatri ini juga dipelajari di psikologi. Kalau psikiater bisa memberikan obat sedangkan psikolog tidak boleh memberikan obat. Psikolog dapat memberikan konseling maupun psikoterapi. Hal ini dapat dilihat dari tingkat permasalahannya, kalau masalahnya ringan bisa dilakukan konseling," jelasnya.
Orang yg melakukan konseling ini biasa disebut dengan konselor. Konseling sudah boleh dilakukan oleh lulusan S1 psikologi dan bimbingan konseling, namun untuk diagnosa dan terapi tetap menjadi kewenangan psikolog.
"Kita perlu asesmen terlebih dahulu terkait permasalahan yg dialami, bisa dengan observasi, wawancara, serta dilengkapi dengan tes psikologi. Hal ini berguna untuk mencari akar permasalahan, menegakkan diagnosa, dan menentukan penanganan yang tepat", jelasnya.
Baca Juga : Prediksi Politik 2019: Ini Peran Vital Sandiaga Uno bagi Prabowo
Adapun tes psikologi yang biasa dilakukan antara lain tes IQ, minat, bakat, karir, tes kepribadian, dan lain-lain.
Meskipun psikolog dan psikiater adalah spesialis kesehatan mental namun psikolog bukanlah dokter medis.
Henni menuturkan di kota-kota besar psikolog dan psikiater umumnya melakukan kerjasama untuk kesembuhan pasien.
Saat ada pasien yg membutuhkan obat, biasanya psikolog akan merujuk pasien kepada psikiater untuk mendapatkan terapi farmakologi.
Karena seorang psikolog tidak dapat memberikan resep obat seperti halnya psikiater.
Sedangkan saat ada pasien yang datang ke psikiater dan ternyata butuh pendampingan psikis atau terapi, psikiater akan menyarankan pasien untuk ke psikolog.