Advertorial

Hingga Lewati Israel, Mengapa Orang Kuno Rela Lakukan Perjalanan Ribuan Kilometer untuk Dupa?

Muflika Nur Fuaddah
Muflika Nur Fuaddah
,
Mentari DP

Tim Redaksi

Pada zaman kuno, orang tak segan-segan melakukan perjalanan ribuan kilometer melintasi daratan dan laut.
Pada zaman kuno, orang tak segan-segan melakukan perjalanan ribuan kilometer melintasi daratan dan laut.

Intisari-Online.com - Pada zaman kuno, orang tak segan-segan melakukan perjalanan ribuan kilometer melintasi daratan dan laut.

Mereka melewati sepanjang jaringan rute perdagangan, untuk memperoleh komoditas berharga dan dupa atau kemenyan.

Rute dupa kuno adalah jaringan rute perdagangan utama yang menghubungkan dunia Mediterania dengan sumber dupa ke timur dan selatan.

Seperti namanya, rute ini digunakan untuk mengangkut dupa, terutama dari ujung selatan Semenanjung Arab ke Mediterania.

Baca Juga : 4,5 Tahun Tenggelamkan 488 Kapal, Menteri Susi Bangga Indonesia Kini Jadi Penyuplai Tuna Terbesar Dunia

Sementara rute ini terkenal karena transportasi dupa, barang-barang mewah lainnya, seperti emas, mutiara, dan kulit binatang juga lalu lalang pada rute perdagangan ini.

Nilai dupa

Dupa adalah komoditas yang sangat penting di dunia kuno.

Dupa digunakan dalam berbagai cara, seperti membalsem orang mati, membumbui anggur, dan bentuk pengobatan.

Meski begitu, umumnya dupa dibakar untuk menghasilkan aroma yang menyenangkan.

Dupa, baik kemenyan dan mur, diproduksi dengan mengeringkan resin yang dipanen dari jenis pohon tertentu.

Pohon-pohon ini tumbuh secara eksklusif di wilayah selatan Arab, Ethiopia dan Somalia, sehingga membuat komoditas ini sangat berharga.

Baca Juga : Setelah Dianiaya oleh Teman Sekelasnya Sendiri, Tubuh Nusrat Dibakar Hidup-hidup Hingga Tewas

Rute Dagang

Rute dupa kuno terdiri dari beberapa rute perdagangan utama untuk pengangkutan produk berharga ini.

Satu rute, misalnya, melakukan perjalanan ke utara dari Arabia selatan di sepanjang pantai Laut Merah ke Semenanjung Sinai.

Dari sana, para pedagang akan menyeberangi gurun Sinai ke Mesir.

Untuk bagian perjalanan ini, pedagang mengandalkan karavan unta untuk mengangkut dupa dan barang-barang mewah lainnya.

Di Mesir, barang akan dimuat ke dalam kapal dan dari sana ke berbagai bagian Mediterania.

Atau, karavan bisa terus melalui Gurun Negev, dan tiba di pelabuhan Gaza.

Ada juga rute laut, yang mulai berkembang menjelang akhir 1 st abad SM, dan digunakan kapal untuk mengangkut kargo berharga menyeberangi Laut Merah ke Mesir.

Terlepas dari itu, jaringan perdagangan maritim ini meluas ke Samudra Hindia, dan menghubungkan Mediterania dengan anak benua India.

Dampak Rute Dupa

Salah satu efek dari rute dupa kuno adalah naik turunnya kota dan kerajaan di sepanjang jalan setapak, khususnya di sepanjang rute daratnya.

Baca Juga : Mendiami Pulau Tak Berpenghuni, Pria Ini Ditemani 3 Istrinya di Keindahan Alam

Telah disebutkan bahwa rute perdagangan ini tidak benar-benar diperbaiki selama berabad-abad, dan berubah dari waktu ke waktu.

Wajar jika kota dan kerajaan akan memungut pajak atas pedagang yang memasuki wilayah mereka.

Wajar pula jika pedagang mencari daerah-daerah yang pajaknya paling rendah, sehingga memaksimalkan keuntungan mereka.

Oleh karena itu, pedagang tentu akan lebih suka bepergian melintasi daerah-daerah di mana pajak yang dikenakan pada mereka adalah yang terendah.

Namun demikian, ada juga faktor-faktor lain yang perlu dipertimbangkan, seperti stabilitas politik daerah-daerah itu, dan jika rute tersebut aman dari bandit dan bencana alam.

Kedatangan karavan dagang membuat kota dan kerajaan berkembang.

Misalnya, Gurun Negev di Israel selatan saat ini adalah bagian dari rute dupa kuno.

Sebagai hasil dari perdagangan dupa yang menguntungkan, Kerajaan Nabatea, yang mengendalikan daerah itu pada waktu itu, menjadi makmur.

Sisa-sisa kota yang didirikan di sepanjang rute perdagangan untuk memenuhi karavan adalah bukti dari kemakmuran ini.

Kota-kota Haluza, Mamshit, Avdat dan Shivta, yang sekarang menjadi Situs Warisan Dunia UNESCO, adalah beberapa contoh kota-kota tersebut.

Di beberapa permukiman kuno di Yaman, misalnya, para arkeolog telah menemukan sherds tembikar dengan gaya yang menyerupai yang berasal dari situs kemenyan di Oman.

Baca Juga : Berasal dari Abad ke-5, Mosaik Bahtera Nuh Langka Ditemukan di Sinagog Israel Kuno

Artikel Terkait