Advertorial

Mendiami Pulau Tak Berpenghuni, Pria Ini Ditemani 3 Istrinya di Keindahan Alam

Muflika Nur Fuaddah
Muflika Nur Fuaddah
,
Mentari DP

Tim Redaksi

Ketika Marsters menginjakkan kaki di pulau itu, dia membawa serta ketiga istrinya.
Saat ini, ada tiga keluarga yang tinggal di Pulau Palmerston.
Ketika Marsters menginjakkan kaki di pulau itu, dia membawa serta ketiga istrinya. Saat ini, ada tiga keluarga yang tinggal di Pulau Palmerston.

Intisari-Online.com - Pulau Palmerston adalah bagian dari Kepulauan Cook di Samudra Pasifik Selatan.

Termasuk sebagai pulau paling terpencil di dunia, hampir semua penghubi saling berhubungan.

Hal itu lantaran mereka adalah keturunan dari seorang Inggris yang menetap di sana sekitar 150 tahun yang lalu.

Baca Juga : Tambahkan Kebaikan Oats di Menu Favoritmu dan Menangkan Hadiah Jalan-jalan ke Bangkok!

Kapan Pulau Palmerston ditemukan?

Pulau Palmerston pertama kali ditemukan pada 1774 oleh Kapten James Cook.

Tiga tahun kemudian, pada 1777, Cook menginjakkan kaki di Pulau Palmerston yang waktu itu tidak berpenghuni.

Cook memberi nama pulau itu untuk menghormati Henry Temple, Viscount Palmerston, dan Komisaris Admiralty pada waktu itu.

Setelah Cook pergi, pulau itu tidak tersentuh selama sekitar delapan puluh tahun.

Baru pada 1863, seorang Inggris dengan nama William Masters tiba di Palmerston.

Dia sangat terpesona oleh keindahannya sehingga dia memutuskan untuk menetap di sana secara permanen.

Pada 1863, pulau dimiliki oleh John Brander, seorang pedagang Inggris.

brander kemudian mempekerjakan Masters untuk menjadi penjaga pulau itu.

Baca Juga : Ibu Ini Kehilangan Indung Telur, Rahim, dan Jari Kaki Setelah Alat Kontrasepsi IUD Masuk ke Dalam Perutnya

Masters menghuni Pulau Palmerston

Ketika Marsters menginjakkan kaki di pulau itu, dia membawa serta ketiga istrinya.

Saat ini, ada tiga keluarga yang tinggal di Pulau Palmerston, masing-masing diturunkan dari salah satu dari tiga istri Marsters.

Saat pertama kali menghuni, pulau itu tidak berpenghuni, jadi dia harus membangun semuanya dari awal.

Menggunakan kayu kapal karam dan kayu apung, Marsters membangun rumah untuk keluarganya, yang masih berdiri sampai sekarang.

Belakangan, sebuah gereja, sekolah, dan lebih banyak rumah dibangun.

Sebagai juru kunci pulau, Marsters menanam, merawat, dan memanen pohon kelapa.

Setiap enam bulan, Brander akan mengirim kapal berisi persediaan makanan ke pulau.

Sebagai imbalannya, Marster akan memberikan minyak kelapa kepada pedagang.

Baca Juga : Ini 4 Makanan Alami Pembunuh Sel Kanker yang Disebut Lebih Baik daripada Kemoterapi Menurut Peneliti

Perebutan Pulau Palmerston

Pada 1888, Brander meninggal dan Marsters mengklaim kepemilihkan Pulau Palmerston.

Pulau kemudian diperebutkan oleh George Darsie, kerabat Brander yang mengajukan klaim atas dasar warisanmelalui garis keturunan.

Pada 1891, Pulau Palmerston secara resmi dianeksasi oleh Kerajaan Inggris.

Marsters akhirnya diberikan sewa 21 tahun di pulau itu dan keturunannya diberikan kepemilikan penuh atas Pulau Palmerston pada tahun 1954.

Masters sendiri meninggal pada 1899, karena kekurangan gizi setelah pohon-pohon kelapanya rusak dan mati.

Namun demikian, sebelum kematiannya, ia dapat membagi pulau menjadi tiga bagian, satu untuk masing-masing istri dan keturunannya.

Menurut catatan, pada saat kematiannya Marsters memiliki 17 anak dan 54 cucu.

Baca Juga : 8 Ciri Wanita yang Mudah Tergoda Selingkuh, Salah Satunya Lebih Sukses dari Suami

Artikel Terkait