Advertorial
Intisari-Online.com – Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan prevalensi penyakit kardiovaskular di seluruh Indonesia pada semua usia adalah 1,5%, artinya 15 dari 1.000 orang di Indonesia menderita penyakit jantung.
Penyakit kardiovaskular juga merupakan tantangan utama dalam pelaksaan Universal Health Coverage karena prevalensi yang semakin lazim dalam populasi.
Pada kondisi kronis, biaya pengobatan yang harus dikeluarkan cukup mahal.
Philips Indonesia sangat mendukung pemikiran progresif seputar masalah kesehatan dan gaya hidup sehat di Indonesia.
Baca Juga : 3 Manfaat Luar Biasa Alpukat, Salah Satunya Menjaga Kesehatan Jantung
Hal ini dilakukan dengan membantu melakukan sosialisasi pencegahan dan deteksi dini penyakit tidak menular, terutama penyakit jantung dan pembuluh darah.
Dalam rangka Hari Kesehatan Dunia yang telah diperingati pada tanggal 7 April 2019, Royal Philips (NYSE: PHG, AEX: PHIA), perusahaan yang berfokus pada kesehatan dan kesejahteraan hidup orang banyak, menyelenggarakan Forum Diskusi mengenai penyakit jantung yang bertema “Lindungi Jantung Anda – Pentingnya Deteksi Dini”.
Hadir sebagai narasumber dalam diskusi ini, Dick Bunschoten, Presiden Direktur Philips Indonesia, dr. Asik, MPPM, Kepala Subdirektorat Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah, dan dr. Ario Soeryo Kuncoro, SpJP(K), Wakil Sekretaris Jenderal Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI).
Menjelaskan mengenai kondisi kesehatan masyarakat Indonesia, terutama terkait penyakit tidak menular seperti penyakit jantung, dr. Asik Suryo dari Kementrian Kesehatan menyatakan bahwa saat ini hampir semua faktor resiko penyakit jantung, seperti hipertensi, gula darah/diabetes, dan rokok meningkat, khususnya pada generasi muda.
Baca Juga : Ini 5 Tips Memasak untuk Tingkatkan Kesehatan Jantung, Mudah Bisa Dipraktikkan Sekarang Juga
Kebiasaan-kebiasaan buruk seperti malas bergerak (mager) dan makan berlebih juga menjadi penyebab meningkatnya prevalensi penyakit ini di Indonesia dan membengkaknya pembiayaan BPJS.
Dr. Asik juga menyatakan bahwa pemerintah sudah mengutamakan gerakan pencegahan penyakit dan promosi kesehatan.
Salah satunya melalui program POSBINDU (Pos Pembinaan Terpadu untuk Penyakit Tidak Menular), GERMAS (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat), dan CERDIK (Cek kesehatan secara berkala, Enyahkan asap rokok, Rajin Olahraga, Diet sehat dengan kalori seimbang, Istirahat yang cukup, dan Kelola stress).
POSBINDU merupakan salah satu upaya pemerintah berbasis masyarakat yang dilaksanakan sebagai tindakan dalam menanggulangi Penyakit Tidak Menular (PTM). Sedangkan GERMAS dan CERDIK merupakan usaha menggalakan hidup sehat sebagai tindakan preventif atas PTM.
Baca Juga : Jaga Kesehatan Jantung hingga Cegah Diabetes, Ini Manfaat Buah Naga
dr. Ario Soeryo Kuncoro, SpJP(K) dari PERKI dalam forum ini banyak menjelaskan mengenai faktor penyakit jantung.
Secara garis besar, faktor resiko penyakit jantung dapat dikategorikan dalam dua jenis, yaitu faktor risiko tradisional dan faktor non-tradisional.
Faktor risiko tradisional adalah faktor resiko yang sudah diketahui banyak orang, seperti merokok, makanan, dan gaya hidup.
Faktor risiko non-tradisional seperti adanya zat asing yang ada ditubuh dan menjadi pemicu penyakit jantung.
Baca Juga : Benarkah Suplemen Minyak Ikan Bermanfaat bagi Kesehatan Jantung Kita?
Masyarakat Indonesia sudah mulai paham mengenai penyakit jantung dan resikonya, sayangnya kesadaran untuk menerapkan upaya gaya hidup sehat agar terhindar dari penyakit kardiovaskular masih kurang.
Meningkatnya penyakit ini menjadi kondisi yang lebih kronis dapat berdampak pada pembiayaan perawatan.
Melihat kondisi perkembangan penyakit kardiovaskular di Indonesia, Philips bertujuan untuk mengedukasi pentingnya pencegahan dan deteksi dini untuk mengurangi beban penyakit kardiovaskular, baik bagi pasien, tenaga kesehatan, maupun negara.
Selain dari upaya untuk terus mendorong orang mengadopsi gaya hidup sehat, Philips menyediakan teknologi kesehatan canggih yang akan membantu fasilitas kesehatan memberikan perawatan terbaik bagi pasien dan pada saat bersamaan, membuat perawatan tersebut lebih hemat biaya.
Dengan demikian Philips dapat membantu masyarakat bertanggung jawab atas kesehatannya sendiri, dimana masyarakat dapat mengetahui kondisi kesehatan dan bagaimana rencana perawatan yang bisa diambil untuk memperbaikinya.
Menurut Dick Bunschoten, untuk menyelesaikan permasalahan kesehatan ini, perlu kerja sama semua pemangku kepentingan.
“Meskipun melalui BPJS pemerintah menanggung biaya pengobatan, pada akhirnya akan dibutuhkan pendekatan kolaboratif oleh semua pemangku kepentingan, yaitu pemerintah, tenaga kesehatan profesional, asosiasi terkait serta masyarakat umum, untuk mengurangi beban biaya perawatan penyakit kardiovaskular. Philips memberikan dukungan penuh melalui berbagai upaya seperti menyelenggarakan forum ini untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pencegahan dan deteksi dini dan menemukan cara untuk mencegahnya.”
Baca Juga : 5 Sayuran Ini Sungguh Ajaib, Ada yang Bisa Cegah Kanker, Ada Juga yang Menjaga Kesehatan Jantung
Untuk deteksi dini, Philips memiliki beberapa solusi, seperti pemindai EKG (elektrokardiogram), USG (ultrasonografi) dan CT Scan (Computerized tomography scan), yang membantu mendeteksi gejala penyakit jantung.
Perangkat ini membantu memberikan data kesehatan pasien dengan cepat, andal dan biaya murah kepada dokter atau teknisi, yang membantu mengidentifikasi tanda-tanda penyakit kardiovaskular.
Solusi HeartStart AED Philips memiliki panduan langkah demi langkah yang memungkinkan praktisi kesehatan mengambil tindakan tanpa ragu menyelamatkan korban serangan jantung mendadak.
Philips juga memiliki Azurion Cathlab, yang dirancang untuk mendiagnosis dan merawat pasien di rumah sakit dan klinik spesialis di berbagai bidang terapi termasuk kardiologi, untuk prosedur mulai dari USG sederhana hingga perfusi pembuluh darah yang kompleks.
Baca Juga : Berkebun, Yuk! Karena Menurut Penelitian Dapat Mengurangi Risiko Serangan Jantung
Azurion telah memenuhi standar internasional untuk perawatan optimal, kesejahteraan dan keselamatan bagi pasien dan dokter.