Advertorial
Intisari-Online.com – Siapa sih yang tidak ingin memiliki bentuk tubuh ideal? Dan semua orang berupaya untuk mengikuti diet agar tubuh mereka terlihat sempurna.
Banyak jenis diet yang ditawarkan dari diet seimbang, diet keto, diet 5:2, diet Mediterania, dan sebagainya.
Dan salah satunya yaitu diet rendah karbohidrat menjadi yang populer dalam beberapa tahun terakhir ini.
Pola diet ini umumnya menerapkan konsep memperbanyak asupan protein untuk mengurangi berat badan.
Baca Juga : Ingin Dapatkan Berat Badan Ideal, Yuk Coba Sarapan Sehat Rendah Karbohidrat dengan Menu Berikut!
Sayangnya, terlalu banyak mengonsumsi protein dalam jangka panjang juga menimbulkan efek berbahaya seperti, bau mulut, penambahan berat badan, sembelit, diare, dehidrasi, kehilangan kalsium, kerusakan ginjal dan bahkan penyakit jantung.
Mengonsumsi protein dalam jumlah yang tepat sangat penting untuk kesehatan. Secara umum dalam sehari dibutuhkan protein sebanyak 56-59 gram per hari untuk perempuan dan 62-66 gram per hari untuk laki-laki.
Lalu, bagaimana kita mencari tahu apakah kita mengonsumsi terlalu banyak protein? Berikut tanda-tanda umumnya.
Napas tak sedap
Baca Juga : Lobak, Sayuran Rendah Karbohidrat dan Tinggi Serat yang Bantu Turunkan Berat Badan dengan Cepat
Makan protein dalam jumlah tinggi umumnya disertai dengan makan lebih sedikit karbohidrat, berpotensi membuat tubuh dalam keadaan ketosis.
Meskipun ini bagus untuk menurunkan berat badan, namun kita bisa juga dapat mengalami halitosis alias bau mulut jika tak cermat saat mengonsumsinya.
Dalam sebuah penelitian mengenai pola makan, 40 persen peserta mengalami bau nafas tak sedap yang tak bisa diatasi hanya dengan menggosok gigi.
Jika ini terjadi pada kita, periksa kembali asupan protein kita, tingkatkan asupan air, gosok gigi lebih sering, atau kunyah permen karet untuk mengatasinya.
Baca Juga : Ups, Diet Keto Ternyata Bisa Mempengaruhi Napas dan Bau Badan
Nyeri sendi
Para peneliti telah membuktikan diet tinggi protein yang kaya daging merah dapat meningkatkan kadar asam urat dalam darah.
Ini dapat membentuk penumpulan kristal yang menyebabkan rasa sakit di dalam sendi dan meningkatkan risiko asam urat.
Dehidrasi
Baca Juga : Minuman Isotonik Memang Bisa Atasi Dehidrasi saat Berolahraga, Tapi Jangan Asal Minum!
Untuk memecah protein, tubuh membutuhkan air. Dengan kata lain, konsumsi protein berlebih membuat tubuh kekurangan cairan.
Ginjal yang memecah protein akan menarik air dari tempat lain di tubuh untuk mengimbangi protein tambahan.
Satu studi telah mengaitkan konsumsi protein yang berlebihan (dari daging merah) dengan penyakit ginjal.
Sementara itu, riset yang dilakukan pada atlet menunjukkan peningkatan asupan protein menyebabkan penurunan tingkat hidrasi tubuh.
Baca Juga : Selain Air Putih, Ini Makanan yang Menghindarkan Kita dari Dehidrasi sekaligus Memberi Nutrisi
Namun, kita bisa mengatasinya dengan menambah asupan air atau mengurangi asupan protein.
Sakit kepala
Dehidrasi dapat menyebabkan sakit kepala. Jadi, sebaiknya kita berhati-hati dalam mengonsumsi protein dan memperbanyak asupan air untuk tubuh.
Sembelit
Baca Juga : 6 Manfaat Kesehatan Mengejutkan dari Makan Terong, Salah Satunya Mencegah Sembelit
Efek samping lain dari mengonsumsi protein berlebihan dan membatasi karbohidrat adalah kurangnya serat dalam tubuh.
Kekurangan serat menyebabkan masalah usus seperti sembelit, kembung dan ketidakseimbangan bakteri di usus yang mendatangkan masalah pada pencernaan.
Tubuh mudah lesu
Gejala ini dikenal dengan "keto flu". Saat kita mengonsumsi makanan tinggi protein, kita mungkin akan merasa lesu.
Baca Juga : Mudah Lesu dan Bau Mulut? Hati-hati, Salah Satu Ciri Tubuh yang Banyak Menyimpan Racun!
Protein memang membuat kita merasa kenyang lebih lama dari karbohidrat. Namun, terlalu banyak mengonsumsinya justru membuat berat badan meningkat.
Pada dasarnya, karbohidrat sangat mudah dicerna, menyebabkan lonjakan insulin dan penambahan berat badan.
Kelebihan protein akan memicu proses glukoneogenesis yang dilakukan tubuh untuk memecah protein, dapat menyebabkan fluktuasi kadar kortisol, membuat kita mudah merasa lelah.
Namun, gejala tersebut juga bisa disebabkan oleh faktor lain, seperti adanya penyakit tertentu atau faktor gaya hidup yang salah.
Baca Juga : Protein Mana yang Lebih Efektif Untuk Diet, Nabati atau Hewani?
Lemak sehat dapat menyeimbangkan gula darah dan membantu mengatasi kelelahan terkait dengan diet rendah karbohidrat. (Ariska Puspita Anggraini)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Bau Mulut hingga Sembelit, Ini 6 Akibat Kebanyakan Protein".