Namun, tak semua orang sependapat dengan Kate. Para penentang bermunculan. Hingga pada Oktober 2015 Gubernur California Jerry Brown menandatangani rancangan Medical Marijuana Regulation and Safety Act dan sejak saat itu resmi berlaku sebagai hukum baru.
Kota yang ada di California harus menyusun aturan ganja mereka sendiri-sendiri yang sudah harus selesai per 1 Maret 2016. Jika tidak mampu menyelesaikannya, negara bagian California punya wewenang untuk mengambil alih.
Anggota parlemen Merced pun memberlakukan moratorium penanaman ganja untuk kepentingan medis sampai mereka mengeluarkan kebijakan yang tepat atas apa yang mesti dilakukan di masa mendatang.
Keluarnya peraturan tersebut otomatis memunculkan larangan penanaman, pendistribusian, dan penjualan obat dari ekstrak ganja, termasuk di Merced. Padahal, California sesungguhnya telah 19 tahun melegalkan ganja untuk kepentingan medis.
Baca Juga : Benarkah Pria yang Merokok Ganja Lebih Subur Daripada yang Tidak?
Kalau begitu, sebenarnya, seberapa efektif penggunaan ganja untuk pengobatan?
Penelitian ganja
Seperti dilansir dari National Geographic Indonesia Edisi Mei 2016, sebenarnya pada 1963, Raphael Mechoulam, ahli kimia organik muda Weizmann Institute of Science di luar Tel Aviv, Israel, sudah mulai melakukan riset medis terhadap ganja.
Baginya tidak logis bila kalangan ilmuwan belum mengenali bahan psikoaktif utama yang terkandung dalam ganja. Padahal sejak 1805 morfin berhasil diidentifikasi dan diekstrak dari opium, sementara kokain ditemukan dalam daun koka pada 1855.
Baca Juga : Gadis Ini Diganjar Rp354 juta Karena Berhasil Meloloskan Diri dari Penculik dengan Cara Cerdik
“Itu cuma tanaman,” ungkap Mechoulam, yang kini berusia 85. “Paduan senyawa yang tidak dikenal dan berantakan.”
Dia dan tim penelitinya memisahkan rangkaian susunan zat kimia ganja yang disuntikkan secara terpisah ke tubuh monyet rhesus. Hanya satu efek yang dapat diamati.
Source | : | Majalah Intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR