Artinya, ganja masuk kategori zat kimia berbahaya tanpa tujuan medis yang valid dan potensi penyalahgunaan yang tinggi, sekelas dengan heroin. Di AS, mayoritas peneliti ganja dianggap sebagai pelaku kejahatan.
Baca Juga : Inilah Penampakan Ladang Ganja Seluas 1,5 Hektare di Purwakarta yang Berhasil Ditemukan Polisi
Waktu terus berjalan dan zaman mulai berubah. Seiring makin banyaknya orang yang beralih ke narkotik untuk mengobati penyakit, sains ganja lahir dan bersemi kembali di AS.
Ada kejutan, dan mungkin keajaiban, yang terpendam dalam tanaman berstatus terlarang ini.
Suster berternak ganja
Beberapa bulan lalu sejumlah media online ramai memberitakan sosok Suster Kate dari Kota Merced, California, yang berjualan ekstrak ganja via ecommerce.
Baca Juga : Perokok Ganja Tak Sengaja Temukan Harimau di Garasi Tempatnya Merokok, Polisi Sempat Duga Hanya Halusinasi
Lewat brand Sisters of the Valley Cannabis, Kate menjual produk berbasis CBD alias cannabinoid – kandungan dalam ganja – berbentuk minyak dan salep.
Produknya laris manis hingga kehabisan stok. Konsumennya mengaku minyak dan salep racikan Kate sangat membantu dalam meringankan beberapa penyakit seperti gloukuma, epilepsi, hingga nyeri kemoterapi.
Suster Kate sebenarnya bukanlah biarawati gereja. Dia hanya gemar berpenampilan ala suster. Maklum, wanita bernama Christine Meeusen ini pernah sekolah biarawati meski tak selesai.
Dia sangat meyakini, ganja merupakan karunia ilahi yang punya manfaat besar untuk medis.
Baca Juga : Pria Ini Nyaris Meninggal Akibat Makan Permen Ganja, Seperti Inilah Dampak Mengerikan Konsumsi Ganja
Source | : | Majalah Intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR