Kraton diapit 2 sungai
Setelah P. Mangkubumi pada tahun 1755 oleh Kumpeni Belanda diakui sebagai raja dan mendapat separo dari kerajaan Mataram dengan gelar Sultan Hamengku Buwono I sebagai hasil perjuangan beliau yang gigih melawan Kumpeni Belanda, maka beliau segera memerintahkan untuk membangun sebuah kraton di bekas “Pabringan" yang letaknya diapit oleh 2 batang sungai, sungai Code disebelah Timur dan sungai Winongo disebelah Barat.
Sementara itu Sultan Hamengku Buwono I masih tinggal di “Ambarketawang" yang terletak kurang lebih 5 km sebelah Barat Yogyakarta sekarang, dengan para kerabat dan laskarnya.
Setelah selesai pembangunannya, diperingati dengan sebuah “Sangkalan memet", berwujud gambar dua ekor naga yang masing-masing saling berkaitan (kawin).
Baca Juga : Setelah Warung Lesehan Malioboro, Kini Giliran Nasi Liwet di Solo yang Naikan Harga ‘Gila-gilaan’
Artinya “Dwi Naga Rasa Tunggal" (Dwi = 2 ; Naga = 8 ; Rasa = 6 ; Tunggal = 1) jadi merupakan angka 2861 dan kalau dibalik 1682, yaitu tahun Jawa.
Kini Sri Sultan Hamengku Buwono berkenan “boyong" (pindah) dari Ambarketawang ke kratonnya baru, yang kemudian dinamakan Ngayogyakarta Hadiningrat.
Jadi hingga sekarang kraton itu sudah genap 224 tahun dan sebentar lagi 225 tahun (1905).
Komplek kraton yang telah dibangun itu luasnya kurang lebih 1 km2, dengan dikelilingi dinding (beteng) tinggi yang lebarnya 5 meter ; sedang di luar beteng itu terdapat sebuah parit dalam (jagang) yang sewaktu-waktu kalau ada bahaya yang mengancam dapat digenangi air.
Baca Juga : Seandainya Tokoh-tokoh PKI Lebih Cepat Bertindak, Entah Apa Jadinya Kota Yogyakarta
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR