Intisari-Online.com – Demam berdarah, siapa tak bergidik membayangkannya? Penyakit musim hujan ini menjadi momok buat ratusan ribu orang saban tahunnya.
Eiit, jangan terpaku hanya pada kehebatannya menebar wabah. Mengenal sang penyakit jauh lebih penting. Kecuali, Anda rela menjadi korbannya.
Simak tulisan dr. Widodo Judarwanto, Sp.A., Menguntit Perjalanan Virus Dengue, yang pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Januari 2005.
Demam berdarah, persisnya demam berdarah dengue (DBD), memang memiliki "reputasi” sangat baik dalam menyengsarakan umat manusia.
Baca Juga : Awas! Status Demam Berdarah di Jakarta Naik Jadi ‘Waspada’
Di Indonesia, sekali mewabah ia bisa menelan jiwa ratusan orang dan merumahsakitkan ratusan ribu orang, bahkan jutaan lainnya.
Setahun belakangan, tingkat kematian (case fatality rate/CFR) akibat DBD sudah menembus 1% dari jumlah kasus yang dilaporkan.
Ibu-ibu yang anaknya banyak beraktivitas di luar rumah pun dibuat cemas. Badan panas sedikit, apa pun penyebabnya, pikiran langsung melayang ke DBD.
Kecemasan kian menjadi, karena dalam hitungan hari, bahkan ada yang dalam hitungan jam, kondisi penderita bisa langsung kritis.
Baca Juga : Waspada Demam Berdarah: Gejala, Pengobatan, dan Pencegahannya
Jika tak ditangani secara benar, atau terlambat mendapat pertolongan, acap kali nyawa sulit bisa diselamatkan.
Repotnya, dokter ahli sekalipun (apalagi awam), kadang sulit mendeteksi DBD lebih dini. Hampir semua infeksi penyakit akut pada awal serangannya menyerupai gejala mula DBD.
Ciri khas DBD, seperti perdarahan kulit dan tanda perdarahan lainnya, sering muncul hanya di akhir periode penyakit. Jadi, enggak ada ruginya kalau tahu perjalanan klinis DBD.
Source | : | Majalah Intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR