Advertorial

Prediksi Media Sosial 2019: Begini Menangkal Hoaks yang Tetap Eksis

Agus Surono
,
Ade S

Tim Redaksi

Beberapa platform media sosial menerapkan penapisan hoaks yang makin canggih untuk mencegah kabar bohong dan ujaran kebencian yang akan marak di 2019.
Beberapa platform media sosial menerapkan penapisan hoaks yang makin canggih untuk mencegah kabar bohong dan ujaran kebencian yang akan marak di 2019.

Intisari-Online.com - Seperti sisi dua mata uang, populernya media sosial di masyarakat pun memiliki nilai plus dan minus.

Salah satu sisi plus adalah banyaknya tali silaturahmi yang terjalin.

"Kalau enggak gara-gara ada grup WA, aku gak bakalan ketemu sama teman yang sudah 30 tahun tidak bertemu sejak kami lulus kuliah.

Bahkan dari grup WA itu pula aku baru tahu teman saya ada yang sudah meninggal," cerita seorang teman.

Baca Juga : Termasuk Isu Kebangkitan PKI, Ini 10 Hoaks Sepanjang 2018 yang Menggemparkan

Di sisi lain, media sosial menjadi ladang subur penyebaran hoaks (kabar bohong) dan hate speech (ujaran kebencian) di tengah masyarakat dengan tingkat literasi yang masih rendah.

(Menurut The World Most Literate Nation Study, Indonesia menduduki peringkat 60 dari 61 negara yang diteliti.)

Soal ujaran kebencian dan kabar bohong ini, menurut Menko Polhukam Wiranto, selama 2018 (per Oktober) ini sudah ada 324 kasus ujaran kebencian yang ditangani serta 53 kasus terkait berita bohong.

“Dari 324 kasus dan 152 kasus sudah diselesaikan. Sementara dari 53 kasus terkait kabar bohong, 30 diantaranya sudah ditangani,” kata Wiranto.

Baca Juga : Viral Surat Edaran BIN Minta Anggotanya Siaga Jelang Aksi Reuni 212, BIN: Itu Hoaks

Dari sisi kuantitas, menurut Hokky Situngkir dari Center for Complexity - Surya University yang melakukan serangkaian penelitian dan observasi, hoax (dalam definisinya sebagai fake news atau berita palsu) meningkat sepanjang tahun 2018 ini.

“Namun kuantitas yang besar itu, telah menjadikan korporasi penyedia layanan media sosial juga sangat memperhatikan ini. Berbagai kontestasi algoritma matematika dan komputasi diterapkan oleh Facebook untuk mendeteksi fake account, dan berbagai machine learning serta kerumitan autentikasi akun dijalankan untuk ‘mengenali’ konten-konten yang berpotensi ‘bertendensi jahat’,” kata pendiri Bandung Fe Institute, sebuah lembaga penelitian di bidang kompleksitas sosial.

Semenjak awal tahun 2018 ini hingga sekarang, Facebook sangat sering mengubah-ubah pola autentikasi keamanannya. Demikian pula dengan algoritma yang digunakan oleh Twitter dalam mengkalkulasi Trending Topics.

Akibatnya, kualitas dari hoax, dari sisi konten maupun media platform-nya terasa makin mutakhir dalam kurun tahun 2018 ini.

Nah, dengan kondisi seperti itu, memasuki 2019 yang akan diawali dengan hiruk pikuknya politik, kabar bohong dan ujaran kebencian menjadi sesuatu yang sangat berbahaya.

Untuk itu harus dicegah supaya pesta demokrasi 2019 berjalan dengan damai.

Upaya ini dilakukan oleh pemerintah dan juga masyarakat yang peduli seperti TurnBack Hoax.

Baca Juga : Berita Hoaks: Calon Jemaah Haji Khusus Diminta Lunasi Ongkos Naik Haji, Ini Faktanya!

Salah satu upaya pemerintah adalah langkah Kepolisian RI dengan memperkuat Satuan Tugas atau Satgas Nusantara, yang akan bekerja selama masa kampanye pemilihan presiden atau pilpres 2019.

Satgas itu akan bertugas menangkalhoaxhingga kampanye suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).

Namun alih-alih menangkal, Ismail Fahmi - pengamat media sosial dan pencipta Drone Emprit - mengusulkan untuk melakukan upaya pencegahan melalui edukasi pemanfaatan media sosial secara produktif.

(Drone Emprit merupakan sebuah sistem yang berfungsi untuk memonitor serta menganalisa media sosial dan platform online yang berbasis teknologi big data. Drone Emprit sendiri menggunakan keahlian Artificial Intelligence dan Natural Learning Process).

Ini berpijak dari sebuah pemahaman, bila masyarakat diedukasi untuk menggunakan internet, khususnya media sosial, dengan sehat, maka hasil yang dikeluarkan pun konten yang sehat pula.

Baca Juga : Viral Kartu Nikah untuk Empat Istri, Kemenag Tegaskan Itu Hoaks

Artikel Terkait