Juga dibangun sebelum orang Eropa membangun gedung-gedung katedral yang megah.
Bentuk candi Borobudur lebih rumit dibanding piramida Mesir.
Bayangkan, batu seberat 2 ton disusun satu per satu sampai jadi bukit berlantai 10.
Batu itu juga diukir dengan gambar yang sangat teliti. Gambar itu berkisah tentang kehidupan rakyat Kerajaan Syailendra.
Baca Juga : Mari Jaga Diri Kita untuk Tidak Mencampuri Urusan Orang Lain
Nah, ada satu misteri lain soal Candi Borobudur ini, yakni sebuah jam raksasa
Bagaimana melihat Candi Borobudur sebagai sebuah jam raksasa?
Begini penjelasannya. Candi Borobudur memiliki 72 buah stupa berbentuk lonceng terbalik.
Baca Juga : Ngeri, Ada Mayat di Antara Pesta Penikahan yang Berlangsung di Sebuah Hotel Mewah
Stupa terbesar berada di lantai teratas. Arsitek Borobudur memakai stupa-stupa itu sebagai titik tanda jam.
Jarum jam-nya berupa bayangan sinar Matahari yang disebabkan stupa terbesar.
Ya, bayangan stupa terbesar selalu jatuh dengan tepat di stupa lantai bawah.
Tak hanya itu, Candi Borobudur juga merupakan petunjuk arah yang sangat tepat. Tanpa bantuan kompas dan GPS.
Baca Juga : Kecewa 'Eksekusi Matinya' Ditunda Dua Kali, Narapidana Ini Akhirnya Mengakhiri Hidupnya dengan Bunuh Diri
Seperti diketahui, Matahari memang terbit di arah timur. Namun, tidak selalu tepat di titik timur.
Matahari hanya terbit benar-benar di titik timur dalam dua kali setahun.
Yaitu sekitar tanggal 20-21 Maret dan 22-23 September.
Nah, arsitek Borobudur rupanya sudah mengetahui titik timur yang benar.
Oleh karena itu, Candi Borobudur juga dibangun menghadap titik utara dan selatan dengan sangat tepat. (*)
Artikel ini telah tayang di tribun-timur.com dengan judul Misteri Jam Raksasa di Candi Borobudur, Mengungkap Jika Matahari Tak Selalu Terbit di Timur
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR