Advertorial
Intisari-online.com - Pesta pernikahan telah dimulai, ketika gelombang pertama tsunami menghantam Rajabasa. Sebuah desa di Lampung Selatan, Pulau Sumatera.
Seorang pria bernama Abdulrahman mengenang bagaimana tsunami melanda kawasan tersebut, ketika lusinan tamu tak terduga lainnya mengira telah terjadi kecelakaan mobil.
Diwartakan oleh Al Jazeera pada Selasa (25/12/2018), pesta penikahan berubah mencekam ketika sebuah hantaman keras diduga kecelakaan mobil.
"Kami mengobrol dan kemudian ada tabrakan keras," kata Abdulrahman, mengatakan bagaimana peristiwa pada hari itu.
Baca Juga : 10 Manfaat Jepan alias Labu Siam yang Jarang Diketahui. Salah Satunya Bisa Tingkatkan Fungsi Otak, Lo!
"Kami semua berlari ke jalan untuk melihat apakah ada kecelakaan. Kemudian kami hanya melihat air," katanya.
"Gelombang pertama cukup kecil, tetapi gelombang kedua jauh lebih besar dan lebih kuat," katanya lagi.
"Semua orang panik dan kami berbalik dan berlari untuk bertahan hidup," tambahnya.
Abdulrahman menambahkan bahwa tidak ada tanda-tanda peringatan sama sekali sebelum tragedi tsunami melanda kawasan Lampung dan Banten pada Sabtu(22/12/2018).
Baca Juga : Cara Mengobati Biduran Secara Alami Tanpa Obat Kimia tapi Tetap Manjur
"Bencana itu datang, bahkan ketika hari bahagia pernikahan dilaksanakan: kemudian lautan datang," kata Abdurahman mengenang peristiwa itu.
Bencana tsunami yang melanda Pulau Sumatera dan Jawa pada Sabtu malam telah mengirim dinding air yang menerjang sekitar 20 meter hingga ke pedalaman.
Akibat terjangan ombak besar tsunami, yang tersisa hanya jejak dan puing-puing yang dihancurkan olehnya.
Para ahli percaya bahwa gelombang tsunami laut seismik dipicu oleh tanah longsor di bawah laut berawal dari letusan Anak Gunung Krakatau di dekatnya.
Baca Juga : 'Tuhan Tidak Menyerang Dua Kali': Cerita Orang-orang Palu yang Membangun Kembali Puing-puing Rumahnya
Hingga Senin (24/12/2018), korban terus bertambah mencapai 373 orang dengan 1.459 terluka, dan sebanyak 5.665 lainnya mengungsi, kata Sutopo Purwo Nugroho juru bicara BNPB.
Di desa Rajabasa, pesta penikahan berlangsung sekitar 30 meter dari pantai, sehingga sebagian besar tamu berebut tempat yang lebih tinggi ketika tsunami datang.
Meski beberapa di antaranya selamat, namun beberapa tidak begitu beruntung.
Seorang warga bernama Magdalena misalnya, memutuskan untuk tidak menghadiri pesta pernikahan karena putinya berusia 3 tahun ingin tidur.
Baca Juga : Seperti Inilah Video Semburan Lava Anak Gunung Krakatau pada Sabtu 22 Desember, Sebelum Tsunami Melanda
Katika ombak datang menyapu, rumah kecil kayunya yang berjarak sekitar 10 meter dari pantai runtuh dan menimpa mereka berdua.
"Magdalena ditemukan terbungkus kelambu, di dalam rumahnya malam itu," kata Abdulrahman pada Al Jazeera.
Daerah sekitar kabupaten Kalianda dan Rajabasa kini porak-poranda usai tsunami menerjang kawasan tersebut.
Ratusan rumah hancur seketika, menghancurkan kehidupan banyak penduduk setempat dalam fenomena yang tak bisa dihindari tersebut.