Advertorial

Sering Dibilang Lebih Sehat, Ternyata Makanan Organik Lebih Berbahaya Untuk Iklim Daripada Makanan Non-organik

Adrie Saputra
Mentari DP
,
Adrie Saputra

Tim Redaksi

Beberapa orang mengatakan bahan pangan organik lebih sehat daripada yang non-organik. Namun tidak begitu untuk iklim.
Beberapa orang mengatakan bahan pangan organik lebih sehat daripada yang non-organik. Namun tidak begitu untuk iklim.

Intisari-Online.com – Makanan organik. Saat ini, kita tidak asing dengan yang namanya makanan organik.

Diketahui makanan organik adalah bahan makanan yang terbuat dari tumbuhan yang bebas pertisida dan pupuk kimia.

Prinsipnya, makanan organik tidak hanya sebatas tumbuhan. Ada juga hewan organik yang dipelihara dengan prinsip organik.

Beberapa orang mengatakan bahan pangan organik lebih sehat daripada yang non-organik. Namun sebaliknya tidak begitu melihat perbedaannya.

Baca Juga : Tsunami Banten: Letusan Dahsyat Gunung Krakatau 1883 Ternyata Jadi 'Kunci Jawaban' Tenggelamnya Atlantis yang Misterius

Nah, baru-baru ini ada sati fakta tentang makanan organik.

Dilansir dari iflscience.com pada Minggu (23/12/2018), peneliti internasional dari Chalmers University of Technology melakukan penelitian terhadap makanan organik dengan iklim.

Hasilnya cukup mengejutkan.

Kita sering menyebut makanan organik sebagai makanan yang lebih sehat.

Nyatanya untuk iklim, makanan organik lebih mungkin merusak lingkungan.

Tim peneliti menemukan bahwa tanaman organik menghasilkan hasil yang jauh lebih kecil, terutama karena mereka tidak menggunakan pupuk kimia.

Akibatnya, untuk menghasilkan jumlah makanan organik yang jumlahnya sama dengan tanaman non-organik, maka petani membutuhkan lebih banyak tanah.

Namun penelitian ini menyimpulkan bahwa makanan organik memiliki dampak yang lebih besar pada iklim daripada makanan non-organik karena tambahan emisi karbon dioksida yang dihasilkan melalui penggundulan hutan.

Baca Juga : Tsunami Banten: Sirine Tiba-tiba Berbunyi, Warga Panik Takut Tsunami Susulan Terjadi, Tapi BNPB Malah Nyatakan Ini

“Penggunaan lahan yang lebih besar dalam pertanian organik secara tidak langsung mengarah pada emisi karbon dioksida yang lebih tinggi, berkat deforestasi,” kata Stefan Wirsenius, salah satu penulis penelitian tersebut.

“Produksi pangan dunia diatur oleh perdagangan internasional, jadi bagaimana kita bertani di Swedia (misalnya) memengaruhi deforestasi di daerah tropis.”

“Jika kita menggunakan lebih banyak lahan makanan organik untuk jumlah makanan yang sama dengan non-organik, maka secara tidak langsung kita melakukan deforestasi yang lebih besar di tempat lain.”

Diketahui deforestasi adalah proses penghilangan hutan alam dengan cara penebangan untuk diambil kayunya atau mengubah lahan hutan menjadi non-hutan.

Sebagai contoh, tim peneliti menemukan bahwa kacang polong organik yang dibudidayakan di Swedia memiliki dampak sekitar 50 persen lebih besar pada iklim daripada kacang polong yang dibudidayakan menggunakan metode konvensional.

Untuk bahan makanan lain ada perbedaan yang bahkan lebih besar, dengan gandum musim dingin Swedia mendekati 70 persen.

Baca Juga : Tsunami Banten, Bukti Bahwa Hanya Soal Waktu Tsunami Terjang Wilayah Indonesia

Jadi, apa yang harus kita lakukan?

Wirsenius menjelaskan memang tidak salah jika kita menginginkan makanan yang lebih baik seperti makanan organik.

Namun tidak semua bahan makanan harus organik.

Misal kita bisa makan ayam organik, namun daging sapi non-organik atau biji-bijian juga tidak perlu yang organik.

Baca Juga : Artikel Terpopuler 2018: Meletusnya Gunung Agung Akan Jadi Berita Bahagia Bagi Kehidupan Umat Manusia

Artikel Terkait