Selama tiga tahun pertama kehidupan seorang anak, ibu mereka membawa mereka ke mana saja bersamanya.
Seorang ibu benar-benar mencurahkan waktunya untuk anak.
Tidak ada anak Jepang yang dititipkan ke tempat penitipan anak atau prasekolah sebelum usia tiga tahun.
Banyak orangtua Jepang percaya bahwa anak-anaknya berkelakuan baik karena mereka membesarkan anak berdasarkan filosofi Konfusianisme.
Gaya pengasuhan ini berasal dari cita-cita Konfusius untuk mendidik anak-anak dengan kebaikan.
Berdasarkan prinsip ini, ada beberapa komponen pengasuhan anak Jepang yang mendasar, yaitu:
Kekuatan saran
Para ibu di Jepang menggunakan ajakan, saran, serta ejekan atau sindiran halus untuk mendisiplinkan anak. Mereka menghindari konfrontasi langsung dengan anaknya.
Hal ini meminimalkan sikap menantang atau agresif dari anak.
Para ibu Jepang menggunakan saran untuk memberi tahu anak-anak apa yang harus mereka lakukan.
Alih-alih mengatakan "Ambil mainanmu!", mereka justru mengatakan "Apa yang harus kamu lakukan dengan mainanmu sekarang?"
Anak harus memberikan jawaban yang benar dan mematuhinya.
Baca Juga : Inilah 6 Pernikahan Mewah 2018, 2 di Antaranya dari Indonesia!
Jika anak tersebut tidak mau melakukannya bahkan berpura-pura tidak mendengar pertanyaan atau saran, sang ibu akan menggunakan ejekan yang halus.
Biasanya, anak lebih memilih untuk patuh daripada merasa malu dengan sindiran halus sang ibu.
Kekuatan gerak tubuh
Anak Jepang sangat terikat dengan ibu mereka sehingga mereka peka terhadap emosi dan gerak tubuh sang ibu.
Ketika ibu menyarankan sesuatu, anak juga akan melihat ekspresi di wajah sang ibu.
Jika mereka tak patuh, mereka akan mendapati ekspresi terkejut dan kekecewaan di wajah orang yang disayanginya.
Namun, ibu tidak menghukum anak itu atau langsung memarahinya. Hanya dengan ekspresi saja, anak akan kembali patuh.
Karena anak disana benar-benar menjaga keharmonisan dengan sang ibu, mereka menghindari konfrontasi dan melakukan apa yang ibunya harapkan.
Ibu-ibu Jepang juga belajar membaca suasana hati anak-anak mereka.
Jika mereka melihat bahwa anak mereka tidak berminat mematuhi permintaan, mereka tidak akan membuat permintaan pada saat itu juga, namun nanti.
Mayoritas orangtua di Jepang melakukan apa pun untuk membuat anak-anak mereka merasa dicintai, dihargai, serta dihormati. (Kunthi Kristyani)
(Artikel ini sudah tayang di nakita.grid.id dengan judul “Tanpa Memarahi, Begini Cara Orangtua Jepang Membuat Anaknya Patuh dan Disiplin”)
Baca Juga : Bagaimana Cara Anda Memegang Ponsel? Jawabannya Bisa Ungkap Kepribadian Kita Lho!
Penulis | : | Intisari Online |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR