Sasaran utama operasi ini adalah Biak yang merupakan jantung pertahanan Belanda.
Jika Operasi Djajawidjaja berhhasil digelar, ini akan merupakan operasi pendaratan amfibi besar-besaran dan sekaligus perang besar yag berlarut-larut.
Korban besar pun diperkirakan akan jatuh mengingat Pantai Biak dipertahankan oleh marinir Belanda yag sudah memiliki pengalaman tempur.
Pukulan terakhir ini harus benar-benar berhasil dan telak karena, ujar Soeharto, “Kita tidak punya pasukan cadagan lagi!”
Soeharto mengharapkan tanggal 12 Agustus 1962. Biak sudah harus bisa dikuasai.
Untuk itu ia menghitung mundur mulai H-8 demi menggerakkan seluruh pasukannya menuju tempat rendezvouz di Teluk Peleng, Kepulauan Banggai.
Soeharto sendiri ikut berlayar bersama kapal patroli milik Kepolisian RI.
Jika serangan itu jadi dilaksanakan, Soeharto berandai-andai akan seperti pertempuran saat Jepang menggempur Rusia di Wladiwostok tahun 1904.
Saat itu Jepang mendapat kemenangan gilang-gemilang dan menjadi bangsa Asia pertama yang berhasil mengalahkan bangsa Eropa dalam perang modern.
Baca Juga : Sadis! 31 Pekerja BUMN Dibunuh Karena Ambil Foto Tentara Pembebasan Papua Saat Upacara
Penulis | : | Intisari Online |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR