Advertorial
Intisari-Online.com- Jika perhitungan para astronom benar, Tata Surya kita sekarang ini sedang berada di tengah-tengah peristiwa ruang angkasa yang dahsyat.
Yakni gejolak yang terjadi akibat 'badai' materi gelap yang bertiup dengan kecepatan gila 500 kilometer per detik.
Memang kita tak dapat melihat dan merasakannya, namun bukan hal yang tak mungkin bahwa keberadaan materi gelap ternyata lebih dekat dari yang kita duga.
Materi gelap adalah salah satu teka-teki besar alam semesta.
Baca Juga : Meski Berdarah-darah dengan Peluru Tertancap di Tubuhnya, Pria Ini Tetap Melangsungkan Akad Nikah!
Kita tidak pernah secara langsung mendeteksinya dan tidak tahu secara persis keberadaannya, namun yang pasti adalah bahwa materi memang ada di luar sana.
Hal itu dapat disimpulkan berdasarkan gerakan-gerakan bintang dan galaksi, yang terlalu cepat untuk jumlah massa yang dapat diamati.
Jadi ada hal atau berat lain di luar sana yang mampu menciptakan gravitasi untuk mempengaruhi gerakan kosmik itu.
Berdasarkan gerakan-gerakan itu (aliran S1), para ilmuwan sedang mengupayakan cara untuk mendeteksi materi gelap secara langsung.
Dengan rilis data dari satelit Gaia tahun lalu, para astronom menemukan aliran bintang.
Yakni sisa-sisa pelarutan yang ditinggalkan oleh galaksi sferoidal kerdil besar yang dimakan oleh Milky Way beberapa tahun yang lalu.
Ada beberapa aliran bintang yang terdeteksi di Bima Sakti, tetapi aliran S1, seeprtinya tidak biasa dalam lingkungan Tata Surya.
Jadi, badai materi hitam itu sepertinya tidak akan mengganggu keberlangsungan hidup manusia di Bumi.
Dilansir dari Science Alert, Selasa (13/11/1018), fisikawan teoritis Ciaran O'Hare dari Universitas Zaragoza di Spanyol telah memimpin tim peneliti dalam menemukan efek S1 pada materi gelap di sudut kecil galaksi kita.
Mereka melihat model yang berbeda untuk kepadatan dan distribusi materi gelap yang mengalir di atas aliran S1.
Baca Juga : Demam Emas, Banyak Penjarah di Timur Tengah Pelihara Jin untuk Temukan Harta Karun
Dia kemudian meramalkan tanda-tanda tentang partikel-partikel masif ini yang berinteraksi.
Jika partikel-partikel ini ada, kita harus dapat mendeteksi mereka melalui tumbukannya dengan elektron atau inti atom.
Hal itu kemudian akan menyebabkan partikel bermuatan di Bumi untuk mundur, menghasilkan cahaya yang dapat diambil oleh xenon cair atau detektor kristal.
Berdasarkan perhitungan mereka, tim menentukan bahwa detektor masih tidak mungkin untuk melihat pengaruh dan efek apa pun dari S1.
Baca Juga : Gara-gara Sebuah Lelucon, Danau Sampai Harus Dikuras Habis, Memangnya Seperti Apa Leluconnya?
Namun teknologi Detektor axion, seperti Axion Dark Matter Experiment, memiliki peluang yang lebih baik untuk mendeteksi materi gelap.
Setidaknya jika mereka ada, mereka sangat ringan, sekitar 500 juta kali lebih ringan daripada elektron, dan mungkin mereka adalah komponen utama dari materi gelap.
Baca Juga : Dalam 65 Hari ke Depan, Kota Ini Tidak Lagi Melihat Matahari Sampai 23 Januari 2019