Advertorial

Bangun Stadion untuk Piala Dunia 2020 di Qatar, Ternyata Para Pekerja Hanya Dibayar Rp600 ribu per Minggu!

Adrie Saputra
Mentari DP
,
Adrie Saputra

Tim Redaksi

Untuk Piala Dunia 2022, Qatar bangun  mengeluarkan biaya sekitar delapan hingga 10 miliar US Dollar untuk bangun stadion.
Untuk Piala Dunia 2022, Qatar bangun mengeluarkan biaya sekitar delapan hingga 10 miliar US Dollar untuk bangun stadion.

Intisari-Online.com – Seperti yang kita tahu, Qatar akan menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022.

Sebagai tuan rumah, tentu Qatar harus mempersiapkan banyak hal. Karena turnamen ini merupakan turnamen sepakbola terbesar di dunia.

Salah satu yang menjadi fokus Qatar adalah membangun stadion.

Dilansir dari theguardian.com pada Rabu (21/11/2018), Qatar dilaporkan sedang melakukan rekonstruksi ulang stadion al-Rayyan.

Baca Juga : Nekat Masuk ke Pulau Terlarang untuk Sebarkan Agama, Pria Ini Dibunuh Penduduk Suku yang Terkenal 'Buas'

Stadion Al-Rayyan adalah salah satu dari tujuh stadion besar yang dibangun di sekitar ibukota Qatar, Doha.

Letaknya tak jauh dari stadion Khalifa International, yang selesai tahun lalu.

Untuk membangun stadion-stadion megah tersebut, Qatar mengeluarkan biaya sekitar delapan hingga 10 miliar US Dollar, menurut sekretaris jenderal komite tertinggi, Hassan al-Thawadi.

Nantinya, stadion al-Rayyan akan digunakan pertama kali pada Piala Dunia 2022 pada 21 November 2022.

Tentu untuk membangun stadion seperti al-Rayyan, pemerintah Qatar banyak merekrut pekerja imigran dari beberapa negara termiskin di dunia.

Awalnya, para pekerja (yang sebagian besar berasal dari India, Nepal, dan Bangladesh) tersebut diiming-imingi dengan gaji sangat besar.

Mengingat Qatar merupakan salah satu negara kaya di dunia.

Mereka pun datang dan bekerja untuk membangun ulang stadion sepak bola al-Rayyan yang berkapasitas 40.000 tempat duduk.

Namun nyatanya mereka mendapat sebaliknya.

Baca Juga : Gisel Gugat Cerai Gading: Pikirlah Seratus Bahkan Seribu Kali Sebelum Memutuskan untuk Bercerai

Salah seorang dari mereka, yang berasal dari Ghana, melaporkan bahwa ada sekitar 300 pekerja imigran yang bekerja.

Mereka datang dari agen atau malah datang sendiri ke negara yang kaya minyak ini.

"Agen itu berkata kepada saya, ‘Qatar adalah negara terkaya di dunia. Anda bisa Google itu'," kata seorang pekerja pria kepada reporter theguardian.com.

"Dia mengatakan kami akan mendapatkan 'gaji besar'. Tapi ketika kami datang ke sini, kami menemukan itu sebaliknya."

Pihak pemerintah Qatar mengatakan bahwa mereka menyiapkan kamp untuk para pekerja imigran.

Seperti pusat medis di situs, gym, lapangan sepakbola, dan ruang komputer dengan internet gratis untuk berkomunikasi dengan ruma mereka.

"Persis seperti hotel," ucap salah satu orang yang mengajak tim theguardian.com berkeliling.

Sayangnya, ketika tim theguardian.com bertanya kepada pekerja, mereka menjawab sebaliknya.

Menurut para pekerja, di kamp tersebut dapat menampung 4.500 orang dan dihuni olehpria berusia 28 hingga 38 tahun.

Mereka mengakui bahwa kampsangat baik, tapimasalahnya mereka tidak punya makanan atau perlengkapan.

Kemudian mereka mulai berbicara tentang bayaran.

"Kami pergi jauh untuk mencari uang. Kami seharusnya mendapatkan sesuatu yang besar, tetapi kami mendapat penghasilan kecil," ucap salah satu dari mereka.

Baca Juga : 6 Hari Terjebak di Tengah Gurun Terpencil, Wanita Ini Bertahan Hidup dengan Minum Air Kencingnya Sendiri

Ketika ditanya berapa gaji mereka, mereka berkata dengan kesal. "650 Riyal Qatar (QAR) gaji pokok sebulan."

Untuk membangun salah satu stadion besar yang dapat mempesona dunia pada tahun 2022, mereka harus bekerja delapan jam sehari, enam hari seminggu.

Jadi, 650 QAR sekitar Rp2,6 juta. Per minggu 160 QAR sekitar Rp600 ribu per minggu.

Alhasil, para imigran mengirim semua uang mereka ke keluarga. Padahal mereka juga butuh uang untuk hidup di Qatar.

Seorang pekerja lainnya (26) mengatakan dia tidak memiliki uang bahkan untuk makan.

"Tidak ada nasi, tidak ada sayuran, tidak ada ayam. Hanya chapati," katanya.

Dan sedihnya, dia sudah makan-makanan tak layak selama delana bulan lamanya.

Ada lagi seorang pekerja asal Bangladesh yang mengakui dimarahi istrinya karena pergi ke Qatar.

"Saya punya istri dan anak perempuan berusia 10 tahun. Ketika saya memutuskan pergi ke Qatar, saya kira saya bisa dapat uang banyak," ceritanya.

"Namun saya tidak mendapatkan apa-apa dan istri saya marah. Dia mengatakan saya seharusnya tidak pergi."

Dengan berbagai masalah pekerja tersebut, diharapkan pemerintah Qatar berusaha untuk memakmurkan pekerja agar gelaran Piala Dunia 2022 berjalan baik.

Baca Juga : Perang Dagang Memanas, Mengapa Kapal Induk USS Ronald Reagan Tetap Diizinkan Merapat di Hong Kong?

Artikel Terkait