Advertorial

Pasukan Elite SAS Disebut Punya Taktik Tempur yang Makin Matang Setelah Pulang dari Kalimantan

Moh Habib Asyhad

Editor

Bagi SAS, pertempuran di belantara Kalimantan cukup memberi pengalaman dan pelajaran berharga.
Bagi SAS, pertempuran di belantara Kalimantan cukup memberi pengalaman dan pelajaran berharga.

Intisari-Online.com -SAS atau Spesial Air Service disebut sebagai pasukan elite paling terkemuka di muka bumi.

Reputasi dan kemampuan pasukan elite Inggris ini dikenal banyak pengamat pertahanan dan keamanan (hankam) dunia setara dengan mottonya yang melegenda, “Who Dares Wins”.

SAS adalah panutan dari profil pasukan khusus yang tak mau dikenal, serba hitam, dan amat responsif terhadap segala macam kegiatan teroris.

Derajat keterkenalannya menggunung seiring dengan pengalaman tempur yang mendunia.

Berawal dari medan laga di Afrika Utara, SAS telah melanglangbuana hingga ke Timur Tengah, Kenya, Oman, Falkland, bahkan Kalimantan.

(Baca juga:Kopassus Pernah Bikin Gempar Dunia, Kalahkan dan Tawan Pasukan Elite SAS Inggris di Kalimantan)

Itu sebabnya ketika pada 30 April 1980 terjadi penyanderaan di Kedubes Iran di London, kejadian ini terbilang paling konyol dari sebuah kelompok teroris yang ingin cari perhatian dunia.

Dalam peristiwa berdarah ini, lima dari enam teroris berbadan kekar asal Iran ditembak mati, sementara seorang lainnya (wanita) berhasil meloloskan diri.

SAS yang turun dengan tim berjumlah 22 orang tak “kehilangan” seorang pun di antara mereka.

Meski begitu, mereka tak berhasil menyelamatkan dua orang dari 20 orang yang disandera.

Bagi masyarakat Indonesia, sepak terjang SAS yang perlu diketahui adalah ketika terjun di belantara Kalimantan pada 1963-66.

Menurut Craig Philip dan Alex Taylor dalam Inside The SAS (1992), keterlibatan SAS di wilayah ini adalah sebagai respon Inggris.

Khususnya terhadap ketidaksukaan Indonesia atas pembentukan Federasi Malaysia yang menurut Presiden Soekarno merupakan bentuk ancaman upaya kolonialisme gaya baru.

Masih menurut buku itu, sebagai manifestasi ketidaksukaan Presiden Soekarno, personel berkemampuan tinggi Indonesia kemudian melakukan penyusupan ke sejumlah wilayah di Serawak.

(Baca juga:Kopassus Pernah Bikin Gempar Dunia, Kalahkan dan Tawan Pasukan Elite SAS Inggris di Kalimantan)

Mereka tak jarang terlibat kontak senjata dengan SAS. Lepas dari itu, operasi bersenjata yang dilakukan orang-orang Indonesia terbilang hebat.

Hal ini terbaca dari beberapa kali upaya perkuatan dan perubahan bentuk yang dilakukan SAS.

Lebih dari itu, SAS Inggris juga sampai merasa perlu memanggil sesama SAS dari Australia dan Selandia Baru, serta infanteri khusus Gurkha.

Operasi yang juga didukung armada helikopter AU Kerajaan Inggris ini kemudian dikenal dengan nama Operasi Claret.

Bagi SAS, pertempuran di belantara Kalimantan cukup memberi pengalaman dan pelajaran berharga.

Dari Claret, misalnya, kemudian muncul nama “Mad Mike” Calvert yang menurunkan berbagai teknik patroli hutan yang masih diadopsi SAS hingga kini.

Para penyusup Indonesia tersebut sulit disebut sebagai respon tentara Indonesia (ABRI) mengingat tak pernah ada perintah resmi dari Presiden Soekarno.

Itu sebabnya para penyusup lebih sering disebut sukarelawan meski sebagian di antaranya memang tentara Indonesia.

(Baca juga:Ketika Pasukan Khas Laut Malaysia Mengagumi Kopaska yang Pernah Menyerang Malaysia Saat Operasi Dwikora)

Di dalamnya bahkan ada pasukan elit ABRI dengan salah seorang pimpinannya yang kemudian menjabat Panglima ABRI di masa Pemerintahan Soeharto.

Konfrontasi yang kabarnya memakan korban satu pleton pasukan khusus Indonesia ini kemudian menyurut sejalan dengan lengsernya Soekarno.

Penggantinya, Presiden Soeharto tak tertarik meneruskan konfrontasi.

Operasi khusus di Kalimantan itu pun berhenti. Dalam rekapitulasi sepihak, dilaporkan SAS telah kehilangan 114 personel, sementara Indonesia 2.000 orang.

Dibentuk atas prakarsa Kolonel David Stirling pada 1941, SAS kini menjadi pasukan elite dunia dengan standar taktik dan strategi operasi militer nonkonvensional tertinggi.

Keterlibatannya dalam berbagai konflik dan upaya penanggulangan teroris membuat SAS punya banyak pengalaman.

Konsep Four Man Patrol yang amat terkenal bahkan telah jadi patokan elit banyak negara.

Stirling membuka perjalanan elite termasyhur ini dari sebuah brigade yang dikenal sebagai L Detachment.

(Baca juga:Punya Prinsip Bertempur Sampai Mati, Pasukan Paskhas TNI AU pun Membuat Pasukan Khusus Australia Segan)

Unit rekaannya ini adalah kompensasi dari rasa frustrasinya manakala bertugas sebagai anggota Komando ke-8, Resimen Pengawal di Timur Tengah.

Minim sukses, ia lalu berbuat sesuatu.

Membentuk grup kecil terlatih yang selalu siap melakukan misi penyusupan dan penyerbuan hingga masuk jauh ke wilayah musuh.

Itulah ciri strategi tempur SAS yang kemudian diadopsi oleh pasukan-pasukan khusus dunia.

Artikel Terkait