Diharapkan, kekuatan-kekuatan bhuta kala, baik yang ada di dalam diri maupun lingkungan kita, tidak mengganggu umat manusia yang keesokan harinya, di Hari Raya Nyepi, melaksanakan brata penyepian.
Boneka ogoh-ogoh dibuat dari berbagai bahan ringan, seperti kayu, bambu, kertas, spon, cat, kain, dan sebagainya. Kayu digunakan sebagai kerangka dasarnya dan bambu digunakan kerangka pembentuk tubuh.
Dipilihnya bambu sebagai kerangka pembentuk tubuh karena bambu mempunyai sifat mudah dibentuk, ringan, dan lentur, namun cukup kuat. Bahan yang lentur ini dibutuhkan agar pada saat diusung bagian tangan dan kaki ogoh-ogoh dapat bergerak-gerak, seperti hidup.
Kemudian kerangka itu dibalut dengan kertas atau spon. Pada tahap ini muka sang ogoh-ogoh juga mulai dibentuk. Kulit dan ekspresi wajah ogoh-ogoh kemudian dicat sesuai dengan warna yang diinginkan.
Setelah cat kering, boneka raksasa ini dipasangi kain sebagai "pakaiannya" dan asesoris-asesoris untuk bagian-bagian tubuh lainnya, seperti rambut, kuku, gigi, dan sebagainya. Untuk mengusungnya dibuatkan rangkaian batang-batang bambu yang diatur saling menyilang dan diikat menggunakan tali.
Rangkaian bambu berbentuk bujursangkar inilah yang menjadi pegangan bagi puluhan orang yang mengusungnya.
Kini, ogoh-ogoh sudah dipawaikan atau dilombakan seperti yang terjadi di areal Parkir Timur Senayan. Bahkan, di Bali pawai ogoh-ogoh sudah menjadi salah satu bentuk atraksi wisata bagi turis mancanegara.
Karena itu, demi menampilkan sebuah tontonan yang menarik, kehadiran ogoh-ogoh pun disertai pengiring yang juga menarik.
Dilengkapi pembangkit listrik
Dalam lomba tadi, satu kelompok ogoh-ogoh secara garis besar terdiri atas tiga formasi. Formasi pertama terdiri atas pembawa papan nama banjar, penari, pembawa obor, atau pembawa panji-panji identitas banjar.
Formasi kedua, ogoh-ogoh itu sendiri yang diusung oleh 20 – 30 orang. Yang terakhir, para penabuh belaganjuran. Di samping pengaturan formasi, sinopsis cerita tentang ogoh-ogoh yang ditampilkan dan aransemen belaganjuran juga merupakan bagian yang dinilai oleh panitia lomba.
Sosok jahat yang di-ogoh-ogohkan juga beragam. Ada tujuh sosok menakutkan yang ditampilkan. Namanya pun diambil dari tokoh-tokoh jahat dari cerita-cerita klasik Hindu. Selain Raksasa Nitikawaca dari Banjar Bekasi yang juga diangkat dari cerita Arjuna Wiwaha.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR