Lebih dari 70 pemuda Jerman secara sukarela mendaftarkan diri dan siap mati.
Pelatihan sebagai pilot kamikaze pun mulai dilakukan diikuti produksi pesawat Fi-103 hingga mencapai 24 unit.
Tapi dalam pelatihan terbang kamikaze para pilot Leonidas Squadron tidak didoktrin untuk menabrakkan diri ke target musuh.
Namun, diupayakan segera melaksanakan bail out begitu Fi-103 yang diterbangkan arah terbangnya sudah secara akurat menuju sasaran musuh.
Dalam praktiknya, bail out dalam kecepatan tinggi itu sebenarnya sulit dilakukan dan kemungkinannya kecil bagi pilot yang melompat unuk berhasil selamat.
Yang jelas apa yang diajarkan kepada para pilot Leonidas Squadron memang berbeda dibandingkan dengan doktrin kamikaze Jepang.
Para pilot kamikaze Jepang secara spiritual meyakini kematiannya sebagai tindakan heroik dan wujud kesetiaannya terhadap Kaisar.
Sedangkan bagi Nazi Jerman, misi kamikaze yang akan dilancarkan oleh Leonidas Squadron sebagai tindakan sia-sia karena berakibat pada berkurangnya jumlah pilot Luftwaffe secara drastis.
Selain itu, misi kamikaze yang hanya berdasar pada semangat fanatik plus psikopat dan sama sekali tidak ada unsur spiritualnya jelas akan merupakan tindakan konyol.
Karena para pejabat Luftwaffe dan Hitler sendiri masih merasa jatuh kasihan, para calon pilot kamikaze Leonidas Squadron akhirnya tidak pernah diizinkan untuk terjun ke medan perang.
(Baca juga: Terkenal Sebagai Pasukan Khusus Kelas Dunia, Navy SEAL Ternyata Babak Belur Oleh Viet Cong)
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR