Yakni lulus dari pendidikan komando yang sangat keras serta brutal itu.
(Baca juga: Kisah Paranormal ‘Pengambil’ Harta Karun: Perang Batin Jika Harta Itu Tidak Boleh Diambil oleh Si Penunggu)
Bisa dikatakan brutal karena seorang siswa yang sebenarnya mengalami cedera dan berlari sambil terpincang-pincang tetap diijinkan mengikuti pendidikan selama dirinya masih merasa mampu.
Tak ada yang menolong atau membantunya ketika siswa komando yang berlari terpincang-pincang itu tertinggal di barisan paling belakang.
Pasalnya tidak ada kata mundur dalam pendidikan komando yang dikondisikan dalam peperangan yang sesungguhnya.
Mundur berarti gagal dan dikembalikan ke satuannya menjadi prajurit biasa.
Selain mendapatkan materi latihan tempur di semua medan dan beragam teknik, para siswa komando, juga mendapatkan latihan yang terkesan brutal serta sungguhan, yakni ditangkap sebagai tawanan perang.
Dalam latihan menjadi tawanan di kamp tawanan yang bangunannya dibuat seperti kandang hewan dan tanah berlumpur itu, para siswa komado memang diperlakukan sebagai tawanan perang sungguhan.
Hajaran sampai berdarah-darah tapi terukur merupakan materi ‘’biasa’’ dalam kamp tawanan.
Intinya para siswa komando diperlakukan sebagai tawanan perang selama tiga hari dan harus kuat menghadapi siksaan serta interogasi layaknya seorang tawanan.
Ketika ditawan, umumnya para siswa komando diajarkan untuk sebisa mungkin tidak mengaku sebagai tentara saat diinterogasi.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR