Intisari-online.com - Seperti dikutip di buku Anak Sersan Jadi Panglima : Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto’ (2018 ) yang ditulis Eddy Suprapto, Marsekal Hadi ternyata memiliki kisah nyata yang nyaris merenggut nyawanya.
Ketika masih berpangkat sebagai seorang Kapten Penerbang, Marsekal Hadi yang saat itu menerbangkan pesawat transpor ringan Casa NC-212-200 memang termasuk pilot TNI AU yang beruntung.
Pasalnya ketika sedang melaksanakan tugas di daerah rawan seperti Papua, pesawat CASA yang sedang melaksana misi droping logistik dan pemindahan pasukan pernah tertembak dua kali dari bawah.
Tapi tembakan yang diduga berasal dari senapan serbu itu, tidak sampai mengakibatkan para awaknya terluka dan pesawat CASA rusak parah lalu jatuh.
BACA JUGA: Kisah Dokter Kurang Ajar Sekaligus yang Terhebat di Indonesia, Tjipto Mangunkusumo
Sebagai pesawat tranpor ringan yang biasa terbang rendah, CASA memang rawan oleh tembakan dari darat karena senjata jenis senapan serbu bisa melumpuhkannya.
Apalagi fuselage (badan) CASA tidak dibuat dari lapisan komposit yang anti peluru tapi alumunium yang mudah sekali ditembus peluru senapan serbu.
Oleh karena itu dalam penerbangan di daerah konflik CASA selalu terbang pada ketinggian 10.000 kaki sehingga bisa menghindari tembakan dari senapan serbu atau senapan mesin.
Dari sejarahnya pesawat CASA yang rawan diserang pasukan darat saat terbang rendah ini memang sudah ditujukan untuk kepentingan militer.
Ketika pada tahun 1974 militer Spanyol memutuskan untuk mengoperasikan pesawat angkut ringan CASA C-212, pesawat yang diproduksi oleh Aviocar itu ternyata menjadi perhatian dunia.
BACA JUGA: Misteri Jam Raksasa di Candi Borobudur
Oleh militer Spanyol CASA yang dijagokan untuk mengganti pesawat transport dari era PD II tersebut sukses diterbangkan untuk operasi penerjunan pasukan, dropping logistik dan ambulan udara serta mampu menjangkau wilayah-wilayah terpencil.
Pendaratan CASA ke pulau-pulau terpencil yang umumnya memiliki landasan udara yang pendek bisa dilakukan berkat kemampuan Short Take off and Landing (STOL) dan mesin turbopropnya.
Teknologi STOL yang dimiliki CASA memungkin pesawat transport yang sanggup mengangkut maksimal 28 penumpang itu bisa lepas landas dan mendarat pada landasan sepanjang 500 meter saja.
Penulis | : | Yoyok Prima Maulana |
Editor | : | Yoyok Prima Maulana |
KOMENTAR