Selain ninja, kelompok samurai shogun juga tinggal di Harajuku.
Lambat laun, wilayah Harajuku semakin berkembang lebih-lebih setelah menjadil jalur yang menghubungkan Tokyo dengan daerah sekitarnya.
Pada 1906, Stasiun Harajuku dibuka sebagai bagian dari perluasan jalur kereta api Yamanote. Ketika Kuil Meiji didirikan, dibangunlah jalan yang kini disebut Omotesando (jalan utama ke kuil) pada tahun 1919.
Pasa Olimpiade Tokyo 1964 asal-usul Harajuku sebagai basis ninja sedikit demi sedikit memudar, terlebih ketika toko-toko dan butik mulai didirikan—pada 1965 namanya diubah menjadi Jingumae.
Banyak gadis muda Jepang mengunjungi wilayah itu dengan dandanan dan pakaian yang mengacu pada majalah mode setempat.
(Baca juga: Bedanya Jet Tempur Rusia dan AS Milik TNI AU: Sukhoi Sekali Pakai Seperti Pusaka, F-16 Bisa Berkali-Kali Bagai Pedang)
Gadis-gadis dengan gaya mode yang unik itu kemudian menarik banyak orang untuk datang dan melihatnya.
Saat ini Harajuku menjadi identik dengan remaja-remaja berbusana unik dan menjadi tempat berkumpul bagi mereka yang ingin memamerkan gayanya, sekaligus mereka yang ingin menonton “peragaan busana jalanan” itu.
Butik-butik yang menjual barang-barang dari merek-merek terkenal pun bermunculan.
Bila kita berkunjung ke Harajuku hari ini, kita masih bisa melihat pintu Stasiun Harajuku, yang menjadi saksi asal-usul Harajuku, dalam bentuk aslinya.
Di dekat stasiun, sekitar 5 menit jalan kaki, kita juga akan menjumpai Kuil Meiji yang megah dalam keheningannya.
Tapi sayang, jangan berharap kita bisa bertemu ninja yang berpakaian serba hitam. Seperti yang sudah disebut sebelumnya, yang ramai sekarang adalah remaja-remaja dengan pakaian mencolok dan unik.
(Baca juga: Menyapa Keanggunan Negeri Sakura di Kyoto)
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR