Teruji dalam perang
Keluarga Fitter pertama yang mencicipi palagan sesungguhnya adalah Su-20 Fitter-C (varian ekspor Su-17M) milik Angkatan Udara Mesir. Turun dalam Perang Libya-Mesir di tahun 1977.
Su-20 Mesir merupakan arsenal terbilang anyar yang didapatkan tahun 1974 setahun setelah perang Yom Kippur berakhir. Dalam pertempuran yang hanya berlangsung singkat ini (21-24 Juli), Mesir harus rela kehilangan dua unit Su-20 nya dan empat MiG-21, namun Libya menanggung kerugian lebih besar lagi dengan kehilangan 20 unit Mirage 5 dan sebuah MiG-23MS.
Memasuki tahun 80-an, kembali Su-17 menguji ketajaman tajinya, kali ini digunakan oleh Uni Soviet ketika menginvasi Afghanistan yang dimulai sehari menjelang Natal tahun 1979.
Selain digunakan AU Soviet Fitter juga dioperasikan oleh pasukan Pemerintah Afghanistan melawan pejuang Mujahidin. Lapangan udara pada ketinggian tinggi dan iklim panas berdebu menciptakan tantangan operasional khusus bagi Su-17M dan Su-17M2.
Saat musim kemarau melanda takeoff roll meningkat 1,5 kali lipat serta pendaratan sering berakhir dengan ban meledak dan kebakaran rem. Namun mesin tunggal LyulkaAL-21F-3 yang menjadi pendorongnya menunjukkan ketangguhannya, terbukti toleran mengkonsumsi bahan bakar yang terkontaminasi debu gurun.
Pada tahun 1985 kesiapan tempur armada Su-17M dan M2 mengalami penurunan, dengan cepat segera digantikan dengan versi terbaru Su-17M3 dan M4.
Meskipun daya tahan dan payload lebih baik namun tetap saja Fitter-H/K ini rentan terhadap santapan artileri udara karena harus menyerang dengan bermanuver rendah menyisir pegunungan.
Terlebih kurangnya proteksi lapis baja yang signifikan, meskipun telah ditambahkan eksternal armor kit di sekitar mesin, hidrolik dan sistem bahan bakar.
Bahaya makin mengancam ketika para Mujahidin mulai menggunakan MANPADS (rudal panggul) FIM-43 Redeye yang dipasok oleh AS dan yang menjadi ironi yakni rudal Strela (buatan Uni Soviet sendiri) yang diselundupkan dari Mesir menjadi momok tersendiri bagi para pilot.
Untuk menghindar dari sengatan rudal panggul terlebih dengan hadirnya varian yang lebih sakti FIM-92 Stinger di tangan para Mujahidin, memaksa para pilot penunggang Fitter tak lagi menyerang dari ketinggian rendah meski hasil serangan berkurang tingkat akurasinya.
Di sisi lain pesawat yang telah dilengkapi 12 flare dispenser, digunakan secara maksimal oleh para pilot dengan menaburnya selama serangan berlangsung untuk mengecoh rudah pencari panas yang menguntitnya. Taktik ini terbukti efektif karena pada tahun 1985 hanya sebuah Fitter Uni Soviet yang rontok akibat sengatan rudal panggul.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR