Bergeser ke Benua Amerika, Peru adalah satu-satunya negara Amerika Lantin yang mendapatkan varian Su-22 Fitter-F. Ditangan AU Peru, Fitter-F miliknya dilibatkan dalam pertempuran dengan negara tetangganya Ekuador dalam Perang Cenepa. Pada tanggal 10 Februari 1995, Ekuador mengklaim dua unit Mirage F-1JA milik AUnya berhasil menjatuhkan dua Su-22 milik Peru di atas Lembah Cenepa yang dipersengketakan.
Meskipun kejadian ini dibantah oleh AU Peru yang menyatakan bahwa pesawatnya jatuh karena mengalami kerusakan mesin dan sebuah lainnya tersengat artileri antipesawat Ekuador karena terbang terlalu rendah.
Selama perang tersebut AU Peru menerjunkan 20 Fitter-F dengan terbang 45 sorti ke wilayah pertempuran.
Di kawasan Timur Tengah, pengebom tempur Fitter diakuisisi oleh AU Suriah, Iraq dan Yaman.
Dalam perang Yom Kippur, Oktober 1973, Suriah masih menggunakan Su-7B. Namun setahun perang usai mulai mendapatkan Su-20 Fitter-C dan belakangan hadir juga Su-22M3 Fitter-H, total diperkirakan memiliki 50 unit Fitter. Pesawat mencicipi palagan pertama pada tahun 1982 saat Suriah terseret dalam Perang Libanon yang berlangsung dari Juni 1982 hingga Juni 1985.
Selanjutnya 30 tahun setelah itu, di paruh kedua 2012 dalam Perang Sipil Suriah, AU masih mengandalkan Fitter-H guna memerangi pasukan pemberontak. Sampai medio 2016, AU Suriah harus kehilangan lima Su-22M3 miliknya dengan korban pertama terjadi14 Februari 2013 yang dihajar MANPADS milik pemberontak.
Peperangan lain yang dilakoni Fitter adalah Perang Iran-Iraq, di mana dalam perang yang berlangsung dari tahun 1980-1988 tersebut AU Iraq banyak kehilangan Fitter-nya. Sebanyak 21 unit dijatuhkan oleh F-14 Tomcat, 18 oleh F-4 Phantom, dan tiga oleh F-5 Tiger milik AU Iran.
Lalu dalam Perang Teluk 1991, AU Iraq yang berusaha menyelamatkan Fitter-nya dengan mengungsikan ke negara Iran (akhirnya tak pernah dikembalikan), dua di antaranya ditembak jatuh oleh F-15C Eagle AU Amerika Serikat dalam pelarian tersebut.
Di tangan AU Libya Su-22M3 digunakan dalam konfl ik bersenjata dengan negara tetangganya Chad tahun 1987 serta Perang Saudara Libya tahun 2011. Negeri Yaman juga mengandalkan Fitter-nya dalam menangani pemberontak Houthi dan kaum revolusioner dari tahun 2009-2011.
Masih mengabdi
Mengikuti jejak pendahulunya Su-7 Fitter-A yang tergolong sebagai salah satu jet tempur dengan jumlah produksi tertinggi didunia dibangun sebanyak 1.847 unit, keluarga Su-17 yang memiliki 10 varian utama bahkan diproduksi lebih banyak lagi mencapai 2.867 unit, dimana 1.165 di antaranya diekspor ke 22 negara.
Kini setidaknya sekitar kurang dari 150 Fitter terutama dari varian Su-22M3 dan Su-22M4 masih tetap dalam layanan yang dioperasikan oleh lima angkatan udara yakni Angola, Suriah, Yaman, Vietnam dan Polandia.
Polandia sendiri adalah negara Eropa terakhir yang masih menerbangkan keluarga Fitter. Pesawat mulai berdatangan dari tahun 1984 sampai 1988 sebanyak 90 unit Su-22M4 dan 20 Su-22UM3K versi tandem yang memperkuat empat wing berbasis di Pila, Powidz, Miroslawiec, dan Swidwin.
Dengan bergabungnya Polandia menjadi anggota NATO, maka mau tak mau AU Polandia harus menyelaraskan arsenalnya dengan standar NATO. Untuk itu sebagian armada Su-22M4 di-upgrade menggunakan avionik Barat seperti HUD, ILS, INS, TACAN, HOTAS, GPS, juga dipasangi radar Phazotron dan Phantom lansiran Thomson CSF untuk menggantikan perangkat laser rangefi nder Klen-54.
Hasil upgrade ini dikenal sebagai Su-22M5 dan menjadikan Fitter AU Polandia menjadi yang tercanggih di dunia.
Memasuki tahun 2010, sekira 48 Fitter masih menjadi kekuatan cadangan di jajaran armada tempur AU Polandia yang sudah diperkuat arsenal baru F-16C/D Block-52. Pada tahun 2012 direncanakan seluruhnya akan dihapus dari inventori dan akan diganti dengan tiga skadron UAV.
Namun rencana ini dibatalkan dengan pertimbangan mempertahankan keahlian SDM baik pilot maupun teknisi daratnya.
Akhirnya di tahun 2015 dari 32 pesawat yang masih aktif, diputuskan hanya dipertahankan 18 unit saja. Terdiri dari 12 Su-22M4 dan 6 Su-22UM3K versi tandem yang ditempatkan dalam satu skadron sajadi 21st Air Base-Swidwin, sedang sisa 14 Fitter-K yang tidak di-overhaul akan ditarik dari layanan secara berangsur hingga 2018.
Perawatan dan peningkatan kinerja18 pengebom tempur gaek peninggalan Perang Dingin ini dilaksanakan oleh Aviation Militer Work no. 2 di Bydgoszcz, fasilitas yang sama tempat pemeliharaan jet tempur F-16. Dengan alasan ekonomis ke-18 Fitter-K hanya mendapatkan perlengkapan baru berupa radio VHF/UHFRS-6113-2 C2M serta mengenakan kamuflase abu-abu duo-tone menggantikan loreng hijau, livery ini sesuai dengan penempur AU lainnya F-16 dan MiG-29.
Fitter-K terakhir AU Polandia ini masih menyisakan 800 jam terbang dan akan terus berdinas hingga tahun 2025 mendatang bertepatan dengan 40 tahun masa pengabdiannya. (Rangga Baswara Sawiyya)
(Baca juga: Di Perang Vietnam, AS Tak Hanya Kehilangan 60 Ribu Pasukan tapi Juga Harus Membuang Puluhan Helikopter ke Lautan)
Artikel ini pernah dimuat di Majalah Angkasa edisi Desember 2016 dengan judul “Su-17/20/22 Fitter: Kisah Hidup Si Tukang Perang”
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR