Dipaksa beroperasi pada ketinggian 3.500-4.000 meter di atas tanah, penggunaan persenjataan Su-17M3 dan M4 mulai bergeser dari penggunakan roket dan bom tak berkendali beralih menggunakan senjata pintar perbandu.
Sementara itu pesawat CAS Su-25 ditugaskan untuk menghabisi pada serangan kedua yang lebih presisi dari ketinggian yang lebih rendah. Menjelang akhir perang (usai tanggal 15 Februari 1989) pesawat yang dijuluki pilot Uni Soviet sebagai Strizh (burung layang-layang) ini secara berangsur mulai digantikan dengan pengebom tempur bersayap sayung MiG-27 yang lebih baru sekaligus menguji kebolehannya dalam perang sesungguhnya.
Dengan runtuhnya Uni Soviet pada Desember 1991, keluarga Fitter terutama varian Su-17M3 dan M4 beralih tangan menjadi lengan kekuatan AU Rusia meskipun tak lama mengoperasikannya.
Pada tahun 1998 seluruh armada pesawat pengebom tempur bermesin tunggal (Su-17 dan keluarga MiG-23/27) di hapus dari inventori dan diganti dengan pesawat multirole bermesin ganda.
Namun demikian sebelum masuk purna bakti, AU Rusia masih sempat menggunakan Su-17M4 miliknya dalam Perang Chechnya I tahun 1994-1996 yang bergabung bersama pengebom tempur Su-24 dan pesawat serang Su-25 dalam kampanye serangan darat dan misi pengintaian.
Menuju ke belahan dunia lain, di benua hitam Afika negara Angola memperoleh 12 unit Su-20M yang mulai dikirim pada tahun 1982 untuk mengisi Skadron Tempur 15. Namun karena masalah keahlian SDM yang kurang, enam pesawat mengalami kecelakaan beruntun pada tahun 1985 disusul 3 lagi tahun 1988.
Kerugian besar ini segera tergantikan dengan hadirnya 14 unit Su-22M4 dan dua Su-22UM3K pada tahun 1989-1990 yang dimasukkan ke dalam Resimen Udara 26 berbasis di Mocamedes.
Sepuluh tahun kemudian tepatnya tahun 1999-2001, AU Angola kembali menerima dua Su-22UM3 dan empat Su-22M dari Belarusia disusul 10 unit Su-22M4 dan satu Su-22UM3K dari Slowakia.
Di tangan pemerintahan komunis Angola pesawat Su-20M dan Su-22M digunakan secara masif untuk memerangi pemberontak UNITA. Dilaporkan dalam sebuah misi perang yang diembannya pada tahun 1987 sebuah diantaranya jatuh menghujam tanah.
Kejadian ini kembali berulang tepatnya tanggal 6 November 1994 dimana sebuah Su-22M berhasil dirontokkan oleh pasukan UNITA menggunakan rudal anti pesawat selama serangan terhadap wilayah Huambo.
Dikabarkan pilot berhasil melontar dan mendarat dengan selamat dengan menanggalkan
seragamnya agar terhindar dari kejaran pasukan UNITA.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR