Advertorial

Ketahuilah, Lebih dari 90 Persen Cara Sikat Gigi Orang Indonesia Masih Salah, Begini yang Benar

Moh Habib Asyhad

Editor

Dari hasil penelitian Kementrian Kesehatan RI 2012 ternyata cara menyikat gigi masyarakat Indonesia masih salah.
Dari hasil penelitian Kementrian Kesehatan RI 2012 ternyata cara menyikat gigi masyarakat Indonesia masih salah.

Intisari-Online.com -Meskipun sejak anak-anak kita telah diajari cara menyikat gigi yang baik, namun dari hasil penelitian Kementrian Kesehatan RI 2012 ternyata cara menyikat gigi masyarakat Indonesia masih salah.

Kesalahan bukan saja terletak pada pemilihan sikat gigi tetapi juga pada perilaku menyikat gigi, sehingga mengakibatkan gigi tidak sehat.

Tahun 2013, tercatat lebih dari 42 persen masyarakat mengalami kondisi gigi berlubang (caries) aktif, sementara sekitar 45 persen mengalami kondisi gigi sensitif. Direktur Rumah Sakit Kesehatan Gigi dan Mulut UGM Drg. Ahmad Syaifi Sp.Period mengungkapkan bahwa sekarang ini banyak masyarakat yang sering terpengaruh iklan di televisi.

Pada saat menyikat gigi mereka menginginkan agar gigi terlihat putih cemerlang seperti model iklan televisi.

(Baca juga:Membasahi Sikat Gigi Sebelum atau Sesudah Mengoleskan Pasta Gigi, Mana yang Benar?)

Karena itu mereka kemudian memilih sikat dengan bulu yang kasar dan memilih pasta gigi yang berpemutih.

"Padahal sikat gigi yang kasar itu justru akan membuat gigi terabrasi dan abrasi gigi ini awal munculnya gejala gigi berlubang (caries)," ujar Syaifi dalam sebuah acara beberapa tahun yang lalu di Yogyakarta.

Dijelaskan oleh Syaifi, menyikat gigi itu bertujuan untuk menghilangkan plak.

Padahal Plak Gigi yang merupakan sumber kuman perusak gigi itu bentuknya transparan.

Karena itu, sebagian besar orang merasa tidak puas ketika habis menyikat gigi ternyata giginya masih berwarna kuning, meskipun bisa jadi kondisi giginya sudah bersih.

"Kalau memang aslinya agak kekuningan ya biarin aja. Nggak harus putih. Yang penting bersih dan nafas tidak bau. Seperti kulit manusia kan ada yang putih ada yang hitam," ujar Syaifi.

Dipaparkan oleh Syaifi, banyaknya masyarakat yang mengalami kerusakan gigi karena sebagian besar masyarakat tidak peduli dengan kondisi gigi sensitif.

(Baca juga:Serangan Truk Stockholm Menewaskan 4 Orang dan Melukai 15 Lainnya, Apakah Ini Aksi Teroris?)

Padahal gigi sensitif itu merupakan alarm terhadap adanya gejala awal kerusakan gigi. Jika dibiarkan maka gigi sensitif itu akan berlanjut pada kerusakan gigi yang lebih parah.

"Kalau belum merasa sakit atau gusi bengkak, jarang pasien yang datang ke dokter gigi, meskipun mereka mengalami kondisi gigi sensitif. Dianggapnya hal itu wajar," ujar Syaifi.

Yang dimaksud dengan gigi sensitif adalah sebuah sensasi yang dirasakan ketika syaraf di dalam dentin gigi terekspos lingkungan akan menimbulkan rasa ngilu sampai rasa sakit.

Sensasi itu dapat dipicu oleh suhu udara dingin, tekanan udara tinggi, gula asam atau tekanan pada gigi.

Kondisi sangat terasa ketika pasien akan merasakan ngilu ketika mengkonsumsi minuman dingin atau manis.

(Baca juga:Istri Tak Sangka, Suaminya Tega Memerkosa Bayi 8 Bulan yang Tak Lain Adalah Sepupunya Sendiri)

Jika hal ini terjadi maka sangat dianjurkan untuk segera berkonsultasi ke dokter gigi agar dapat diberikan penanganan secara medis.

Sementara itu, Head of Expert Marketing GSK Maria Melisa mengungkapkan bahwa sebagai sebuah perusahaan farmasi yang memproduksi pasta gigi pihaknya merasa perlu untuk berperan serta dalam mengampanyekan kesadaran masyarakat dalam menjaga kesehatan gigi. Oleh karena itu GSK bekerjasama dengan sejumlah Puskesmas dan dokter gigi melakukan penyadaran tentang tata cara merawat gigi termasuk cara menyikat gigi yang baik dan benar. Sebab berdasarkan data Lembaga Penelitian Sosial 2011 sekitar 75 persen penderita gigi sensitif belum mendapat penanganan yang benar.

"Karena itu kampanye penyehatan gigi itu terus kita lakukan, terutama di daerah-daerah yang kesehatan giginya belum baik," ujar Maria.

Artikel Terkait