Intisari-Online.com – Gerhana Bulan yang terjadi pada tahun 2000 ini sebenarnya berlangsung lama, hanya saja saya cuma bisa melihat buntutnya lantara begitu kuatnya awan merengkuh Bumi.
Saya dan beberapa teman, 16 Juli 2000, berada di lantai atas Planetarium Jakarta. Kami berencana mengamati fenomena alam yang cukup menarik, gerhana Bulan total (GBT).
Peralatan seperti teleskop dan binocular (keker) sudah disiapkan. Namun, cuaca yang tidak bersahabat sempat membuat saya agak pesimis.
"Wah, sepertinya saya tidak akan melihat apa-apa sampai tengah malam nanti," saya membatin.
Sebagai pencinta astronomi, saya tidak ingin melewatkan fenornena GBT ini. Apalagi GBT yang akan kami amati itu istimewa lantaran berlangsung selama 1 jam, 47 menit, dan 1 detik. Ini GBT terpanjang selama kurun waktu 140 tahun.
(Baca juga: Siap-siap Melihat Gerhana Bulan Super Blue Blood Moon: 7 Mitos dan Teori Tidak Biasa tentang Bulan)
(Baca juga: Saling Tembak di Udara, Pesawat Nazi dan Sekutu Jatuh tapi Para Awaknya Malah Saling Bantu untuk Survive)
Gerhana serupa terakhir terjadi pada 13 Agustus 1859. Pihak Planetarium Jakarta pun akan mengamati kejadian langka ini.
Di lobi, Widya Sawitar - staf Planetarium Jakarta – memberikan ceramah singkat mengenai fenomena gerhana Bulan. Ketika ceramah sedang berlangsung, gerhana Bulan sebenarnya sudah mulai bisa diamati.
Selama enam jam
Keseluruhan fase GBT diperkirakan berlangsung selama enam jam. Kontak pertama dimulai ketika Bulan memasuki penumbra pada pukul 17.40 WIB. Pada saat ini terjadi gerhana Bulan penumbra (GBP).
Fase berikutnya, Bulan memasuki umbra (bayangan Bumi yang paling gelap) secara pelahan sekitar pukul 18.57.
Pada fase itu kita bisa melihat gerhana Bulan sebagian (GBS). Lalu, yang paling ditunggu-tunggu adalah saat seluruh badan Bulan berada dalam umbra Bumi.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR