Advertorial

'Apakah Saya Masih Bisa Mengenali Diri Sendiri?' Ajukan Pertanyaan pada Diri Anda Sendiri!

Moh Habib Asyhad

Editor

Semakin kita berlari kencang menjalani hari, terkadang tidak sempat untuk ambil napas sebentar sambil mempertanyakan apakah arah berlarinya sudah betul.
Semakin kita berlari kencang menjalani hari, terkadang tidak sempat untuk ambil napas sebentar sambil mempertanyakan apakah arah berlarinya sudah betul.

Intisari-Online.com – Semakin kita berlari kencang menjalani hari, terkadang tidak sempat untuk ambil napas sebentar sambil mempertanyakan apakah arah berlarinya sudah betul.

Terkadang juga kehilangan kontrol akan diri sendiri sebagai si pelarinya tersebut, seakan-akan semuanya harus dilakukan dan kehilangan unsur fun di dalamnya.

Dalam sebuah obrolan dengan teman saya yang menurut saya adalah perempuan attractive serta punya pekerjaan dan kehidupan yang terlihat seru, saya sempat mengajukan pertanyaan sederhana yang membuatnya terdiam lama.

Saya bertanya, kalau lagi bercermin mikir apa? Adakah pertanyaan-pertanyaan yang suka diajukan ke diri sendiri?

Setelah terdiam lama, dia kemudian bilang bahwa benar juga, ia jarang ngobrol dengan dirinya sendiri.

(Baca juga:Berlari Membawa Bom Demi Selamatkan Anak-anak hingga Menangkap Rahwana, Inilah 7 Tindakan Mengesankan Polisi India!)

Semuanya berlalu dari hari ke hari begitu saja, katanya. Dan kemudian ia mengembalikan ke saya, pertanyaan-pertanyaan apa yang suka saya ajukan ke diri sendiri.

Izinkan saya sekarang membagikannya ke Anda tiga pertanyaan yang paling sering saya ajukan ke diri saya.

Why do you do what you do?

Di antara banyaknya hal yang dikerjakan oleh kita, apakah sempat ditanyakan alasan mengapa kita memilih untuk melakukan hal tersebut?

Saya sendiri meyakini bahwa kalau kita memahami alasan di balik tindakan, kita akan lebih fokus dan optimal dalam menjalankannya.

Hal ini seperti yang dikatakan oleh Friedrich Nietzsche; he who has a why to live for can bear almost any how.

Banyak teman yang berhenti bekerja untuk memulai bisnisnya sendiri. Tapi saat ditanya, mengapa membuka bisnis sendiri?

Jawabannya bahkan tidak diyakini oleh mereka sendiri. Daya juang saat bisnisnya bermasalah akan lebih tidak kuat dibandingkan dengan mereka yang tahu alasannya.

(Baca juga;Doa yang Menggoyang Langit dan Mengeringkan Samudra)

Jadi, mengapa mau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi lagi? Mengapa Anda memutuskan untuk jadi full-time Mom?

Mengapa Anda memutuskan terus bekerja walau pekerjaan Anda tidak mudah dilakukan?

How am I spending my time?

Bagaimana cara menghabiskan satu bulan kemarin dari bulan terakhir di tahun sebelumnya hingga bulan baru di tahun yang baru?

Bagaimana melewatkan akhir pekan Anda? Dan apakah Anda bahagia dengan bagaimana satu hari kemarin dijalankan?

Yang namanya hari pasti berlalu. Tapi apakah kita juga melangkah maju, atau jalan di tempat, atau serong kiri, atau bahkan mundur?

Apakah kita hanya sekedar “making a living” tapi tidak “creating a life”? Apakah kita meraih sukses di pekerjaan tapi keluarga semakin tidak merasakan kehadiran kita?

Apakah kita melesat sendirian kariernya tapi tidak mencetak sosok pemimpin di dalam tim kita?

(Baca juga:Berkat Pompa Air, ‘Inem’ pun Tak Lagi Bergoyang saat Mengambil Air di Sumur)

Apakah kita sekadar menjalankan rutinitas kerja atau juga melakukan progres hingga berinovasi di dalamnya?

Apakah kita hanya sekadar “learning to plan” tanpa “planning to learn”?

Does my day reflect who I truly am?

Dari semua yang dikerjakan dan dengan cara bagaimana dikerjakannya, apakah saya masih mengenali diri saya sendiri?

Apakah keseharian dalam kehidupan saya mencerminkan diri saya? Apakah ini diri saya yang sesungguhnya?

Bila jawabannya semakin menyadarkan bahwa bukan itu yang Anda inginkan, dan bukan ini gambaran diri Anda yang sebenarnya, mulai pikirkan proses get back to the real track-nya seperti apa.

Jangan juga secara reaktif banting kemudi. Semuanya berproses.

(Baca juga:Rusia Siapkan Pesawat Pengebom Nuklir Blackjack Senilai Rp3,5 Triliun, NATO dan AS pun Langsung Ketar-ketir)

Lebih memahami diri sudah menjadi satu step yang penting, baru kemudian semakin memantapkan langkah dengan memutuskan apa yang harus, perlu, dan ingin dilakukan.

It’s your life. Enjoy and be your best, tidak hanya buat diri sendiri tapi juga orang di sekitar Anda.

(Ditulis oleh Alexander Sriewijono. Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Februari 2016)

Artikel Terkait