Advertorial

Meski Dianggap Aneh Banyak Orang, Perempuan Ini Bersikukuh Ingin Menikahi Game Tetris Setelah Putus dari Kalkulator

Moh Habib Asyhad

Editor

Seperti biasa, hubungan Fractal dengan Tetrsi, yang dianggap tidak lazim, memancing komentar-komentar berbau negatif, yang rata-rata menyebutnya sebagai 'aneh'.
Seperti biasa, hubungan Fractal dengan Tetrsi, yang dianggap tidak lazim, memancing komentar-komentar berbau negatif, yang rata-rata menyebutnya sebagai 'aneh'.

Intisari-Online.com -Kita tidak bisa ikut campur tentang kepada siapa seseorang jatuh cinta, bukan?

Begitu juga kepada Noorul Mahjabeen Hassan dari Florida, Amerika Serikat, lebih dikenal sebagai Fractal Tetris Huracan, yang memilih menambatkan hatinya padaTetris setahun lebih.

Fractal memulai hubungannya dengan Tetris pada September 2016. Sekarang, ia biasa menghabiskan waktu sekitar 12 jam sehari untuk memutarnya di web, telepon genggamnya, dan Gameboy-nya.

Tak sekadar kecanduan game, ini adalah hubungan yang lebih intim.

“Bagian dari hubungan itu adalah kepuasan yang saya dapatkan dari membersihkannya secepat mungkin,” ujar Fractal.

(Baca juga:Punya Kelainan Seksual, 'Janda Jagal' Paling Jahat dalam Tragedi Holocaust Ini Ditakuti Penghuni 'Kamp' Konsentrasi)

(Baca juga:Mengapa Seseorang Bisa Menderita Kelainan Seksual?)

“Saya lebih suka menggunakan situs khusus bernama Sprint yang bisa membersihkan garis secepat mungkin. Rekor saya adalah 49,53 detik.”

Semua ini bermula ketika ia hendak memainkan game yang disebut Smash Run. Sejak itu ia merasakan ada sesuatu yang merangsang pikirannya.

“Secara fisik, saya mendapatkan perasaaan seperti orang-orang lain yang sedang menjalin sebuah hubungan—bahwa Anda tahu itu sosok yang tepat buat Anda,”dakunya.

Fractal mengaku sangat mencintainya, dan selalu mendapatkan kepuasaan ketika memainkannya.

“Saya punya hubungan yang kuat dengannya. Dan telah menginvestasikan banyak uang kepadanya,”lanjutnya.

Tak sekadar memainkan, Fractal menunjukkan kecintaannya dengan membuat kalung Tetris, lampu berbentuk Tetris yang bertebaran di sekeliling kamar, kaos Tetris, magnet Tetris, hard drive Tetris langka yang dibelikan teman-temannya.

Barang terakhir selalu menemaninya saat tidur.

(Baca juga:Manfaat Tersembunyi Bermain Tetris, Mengurangi Traumatis Hingga Mengidam Berlebihan)

Fractal berencana menikah dengan Tetris begitu ia lulus kuliah. Ia ingin teman-temannya hadir menyaksikan upacara sakral itu.

“Saya ingin semua orang berada di sana (pernikahan),” katanya, sembari berharap suatu saat ia bisa dipanggil Nyonya Tetris.

Fractal mengidentifikasi dirinya sebagai objectum sexual, yang artinya ia mencintai(secara seksual) benda fisik alih-alih kepada manusia.

Dalam hal ini, Fractal tidak sendirian. Di luar sana ada yang mengaku mencintai stasiun kereta api, ada pula yang mencintai lampu gantung.

Sebelum jatuh cinta dengan Tetris, Fractal mengaku menjalin hubungan dengan kalkulator yang ia beri nama Pierre—berikut benda-benda lainnya.

“Saya memiliki perasaan kepada monorel, iPod, treadmill. Ketika kelas 5, itulah untuk kali pertama saya merasakan perasaan kepada GPS Garmin,” ceritanya.

“Saya tidak tahu kenapa, tapi selalu salting saat melihat GPS atau saat orang-orang menyebut namanya.”

Fractal pun merasakan mendapatkan dukungan secara online ketika ia membawa kisah Erika Eiffel yang menikah dengan Menara Eiffel—meskipun pada akhirnya bubar.

(Baca juga:Lagi! Ingin Menikahi Wanita Beda Agama, Pria Ini Diserang Secara Brutal dan Dibakar Hingga Tewas)

Kembali ke soal kalkulator.

Pada usia 16 tahun, Fractal meminta ibunya membelikannya kalkulator TI-NSpire CX seharga 150 dolar AS (sekitar Rp2,1 juta), yang ia beri nama Pierre De Fermat—terinspirasi dari nama seorang matematikawan.

Waktu itu ia sedang mengikuti kursus statistik lanjutan di SMA dan sejak itu ia berpikir bahwa kalkulator itu begitu “seksi”.

“Saat itu, ketika sedang senang-senangnya pada matematika dan geometri, saya jatuh cinta pada Pierre. Saya menyebut diri Fractal, saya terobsesi,” tuturnya.

Fractal begitu mencintai Pierre dan tidak tahu bagaimana menggambarkannya. Ia bahwa membawanya ke acara prom sekolah sebagai pasangannya.

“Saya suka menyentuh tombol-tombolnya—bahkan saya kerap menggunakan lidah untuk memencetnya.”

Hingga pada satu titik, Fractal ingin menikahi Pierre yang ia percaya punya kesadaran untuk mencintainya juga.

Tapi sayangnya, Pierre tiba-tiba mati saat Fractal membersihkannya.

“Saya patah hati, sepatah-patahnya saat ia tidak mau beroperasi,” kenang Fractal.

(Baca juga:Casanova di Zaman Modern Ini Menikahi 120 Wanita Muda yang Tersebar di Berbagai Daerah, Bagaimana Ia Membagi Waktu?)

Fractal kehilangan Pierre dan harus mendapatkan penggantinya yang baru—meski tidak sama dengan Pierre yang asli.

Selain kepada Pierre, Fractal juga punya hubungan dengan Companion Cube dari portal permainan video gim dan sebuah osiloskop bernama Braxton.

Tapi kepada Tetrislah ia memutuskan untuk menikah.

Yup, benar sekali. Hubungan Fractal dengan Tetrsi memancing komentar-komentar berbau negatif, yang rata-rata menyebutnya sebagai “aneh”.

Selain itu, keluarganya juga tidak tahu menahu perihal hubungan yang tidak biasa ini.

Untungnya, Fractal mendapat dukungan dari komunitas online, juga orang-orang yang tidak mempermasalahkan hubungan tersebut.

Fractal sendiri berharap, dengan membagi ceritanya, ia bisa mengurangi rasa malu seputar persoalan seksualitasnya.

Yang jelas, “Saya tidak melakukan apa pun yang membahayakan. Jadi, apa masalahnya?”

“Mereka berpikir itu aneh tapi saya meminta mereka memberi saya satu alasan bagus mengapa saya tidak boleh berkencan dengan Tetris dan mereka tidak bisa.”

(Baca juga:Kisah Seorang Remaja Menikahi Kekasihnya Hanya Beberapa Hari Sebelum Meninggal)