Advertorial

Catat! Inilah Hal-hal yang Haram Dibeli dengan Cara Dicicil. Jika Nekat, Bisa-bisa Anda Bangkrut

Ade Sulaeman

Editor

Intisari-Online.com - Demi menghadirkan pesta pernikahan yang meriah, Yaris dan istrinya ketika itu harus berutang.

Maklum, tabungan karyawan di perusahaan swasta di Jakarta ini tak cukup menutupi semua biaya resepsi perkawinan mereka.

Bermodal slip gaji, Yaris meminjam uang sebesar Rp50 juta ke bank swasta.

Ia lupa berapa bunga pinjaman yang dibebankan bank padanya waktu itu.

(Baca juga: 7 Desa Ini Tersembunyi di Tempat yang Tak Terbayangkan, Salah Satunya Ada di Kawah Gunung Berapi)

Yang jelas, dia harus mencicil selama tiga tahun sebesar Rp2 juta sebulan.

Selama tiga tahun mengangsur, Yaris merasa cukup berat lantaran ia dan sang istri merupakan pasangan baru.

Penghasilan mereka pun belum sebesar sekarang.

“Kami cicil utang bank dari penghasilan bulanan,” ujar pria 29 tahun ini.

Karena sebagian penghasilannya dipakai mencicil utang, Yaris tak bisa merealisasikan pembelian beberapa kebutuhan lain.

Contohnya, dia harus menunda pembelian rumah sampai semua utang untuk biaya pernikahannya lunas.

Berbekal pengalamannya itulah, Yaris mengingatkan, bagi yang ingin menikah agar tidak meminjam uang untuk membiayai pesta perkawinan.

“Mending bikin pesta kecil, jadi kita punya uang buat uang muka rumah,” sarannya.

(Baca juga: Kisah Pilu Marina Chapman: Dibuang ke Hutan, Dirawat Kera, Lalu Dijadikan Budak Seks)

Memang, Melvin Mumpuni, Perencana Keuangan Finansialku.com, bilang, pesta pernikahan adalah salah satu keperluan yang biayanya tidak boleh berasal dari pinjaman berbunga yang pelunasan dengan cara dicicil.

Sebab, usai mengadakan resepsi, keuangan Anda yang seharusnya untuk memenuhi kebutuhan lain, akan terganggu dengan utang itu berikut bunga.

“Nikah, kan, jelas waktunya, mau kapan. Jadi, lebih baik direncanakan biaya pestanya dengan cara menabung, bukan mencicil,” kata Melvin.

Pengalaman berbelanja

Keperluan lain yang biayanya tidak boleh berasal dari pinjaman berbunga adalah liburan.

Menurut Melvin, umumnya, setelah pelesiran, nilai dari jalan-jalan sudah tidak ada lagi.

Misalnya, liburan di bulan Januari yang sebagian biayanya dari utang dengan bunga.

Liburan sudah selesai tetapi Anda masih harus membayar cicilan hingga Desember.

“Dari Januari sampai Desember tentu sudah tidak merasakan lagi hawa liburan,” ungkap Melvin.

Sama dengan pernikahan, Melvin menuturkan, liburan biasanya tidak hari ini dipikirkan, lalu besok langsung berangkat.

Pelesiran umumnya direncanakan terlebih dahulu.

Jadi, Anda masih punya waktu untuk menyiapkan dana, mulai tiket pesawat, hotel, makan dan minum, hingga oleh-oleh.

Prita Hapsari Ghozie, Perencana Keuangan ZAP Finance, mengatakan, jika memang mau berutang untuk biaya berlibur, sebaiknya proses pelunasan dengan cara mencicil Anda lakukan sebelum keberangkatan.

Bukan justru setelah pulang liburan.

Dengan begitu, Anda bisa menikmati liburan dengan tenang, pulang pun tak ada tagihan yang membengkak.

Menurut Prita, pesta pernikahan dan liburan merupakan pengalaman berbelanja (buying experience). “Itu sebabnya, pembelian tersebut tidak menghasilkan nilai aset dalam kekayaan,” jelas Chief Executive Officer ZAP Finance ini.

Bagaimana dengan pembelian barang dengan cara mencicil?

Biasanya, orang membeli barang elektronik dan kendaraan bermotor dengan cara mengangsur setiap bulan.

“Kalau barangnya untuk hal yang produktif boleh. Tapi, bila hanya untuk gaya-gayaan, lebih baik tidak dicicil,” ujar Melvin.

Termasuk, membeli barang dengan cicilan 0% alias tanpa bunga.

Sebab, sebenarnya program itu adalah gimik semata, sehingga Anda harus bena-benar mempertimbangkannya.

Ambil contoh, membeli iPhone X untuk keperluan bisnis sama untuk gaya-gayaan jelas berbeda.

Untuk kebutuhan bisnis, Melvin menyatakan, masih boleh dicicil, sedang buat gaya-gayaan, jawabnya: tidak!

Memang, Eko Endarto, Perencana Keuangan Finansia Consulting mengatakan, membeli barang dengan memanfaatkan program cicilan 0% secara sistem pembayaran tidak masalah.

“Tapi, bila pembelian barang itu mengakibatkan Anda mendapatkan aset yang tidak Anda butuhkan, maka itu juga tidak baik,” sebut Eko.?

Kecuali, Prita menyebutkan, barang yang pembeliannya memanfaatkan program cicilan 0% itu memang bermanfaat untuk rumahtangga dan memiliki masa pakai yang panjang.

Yang jelas, Prita menegaskan, pembelian dengan cara mencicil tidak boleh untuk barang yang sifatnya konsumtif.

Soalnya, Eko menambahkan, nilai barang konsumtif terus turun.

Sebaliknya, pembayaran cicilan barang tersebut berpotensi terus naik karena ada bunga.

Keperluan mendesak

Begitu pula pembelian kendaraan bermotor dengan mencicil.

Menurut Melvin, Anda harus benar-benar memikirkannya, apakah kendaraan itu betul-betul dibutuhkan atau bisa menghasilkan pemasukan tambahan.

Jika sekadar membeli mobil untuk gaya-gayaan, lebih baik tunda dulu pembeliannya dengan cara mencicil.

Tapi, jika Anda membeli mobil untuk disewakan atau digunakan sebagai taksi online, tak ada salahnya mencicil pembayarannya.

Kelak, ada pemasukan yang bisa Anda gunakan untuk membayar angsurannya.

Selain sifatnya yang produktif seperti menunjang pekerjaan, Melvin menuturkan, pembelian barang atau pembiayaan keperluan dengan cara mencicil mesti mempertimbangkan:

Pertama, apakah nilainya sepadan dengan besaran cicilan atau tidak.

Misalnya, Anda mencicil biaya untuk menjadi anggota sebuah pusat kebugaran.

Meski diangsur selama 12 bulan, Anda bisa tetap menggunakan fasilitas yang ada di tempat tersebut sepanjang tahun.

Berbeda dengan liburan.

Pelesiran hanya beberapa saat tetapi Anda harus membayar cicilan selama 12 bulan, misalnya.

Maka tentu saja, nilainya tidak akan sesuai harapan Anda.

Kedua, apakah keperluan itu mendesak atau tidak.

Contoh, untuk renovasi rumah lantaran atapnya rusak, jelas Anda tidak mungkin menunda sampai punya uang.

Untuk ini, Anda bisa meminjam uang dan mencicil pengembalian utang itu.

Beda kalau Anda ingin renovasi dengan tujuan mempercantik rumah.

Misalnya, melapisi dinding dengan wallpaper.

Keperluan ini masih bisa Anda tunda sehingga tidak perlu meminjam uang untuk itu.

Cuma, jika Anda sudah terlanjur berutang untuk keperluan yang sebenarnya bisa ditunda, Prita menyarankan: satu, upayakan membayar lunas saat tagihan jatuh tempo.

Dua, kalau menggunakan kartu kredit, sebaiknya mengurutkan utang dari yang berbunga paling tinggi hingga paling rendah.

Tiga, fokus ke pembayaran pinjaman dengan bunga tertinggi.

Empat dan paling penting adalah jangan membuat utang baru sebelum utang lama lunas. (Francisca Bertha Vistika)

Artikel ini sudah tayang di kontan.co.id dengan judul “Yang boleh dan tidak boleh dicicil

(Baca juga: Catat! Mulai Hari Ini WhatsApp Tak Bisa Lagi Dipakai di Smartphone Berikut)

Artikel Terkait