Ia menyediakan kantung darah ekstra dan beberapa peralatan lain di ruang operasinya. Akhirnya, Step pun melahirkan lebih cepat beberapa hari dari prediksi.
Ia mulai mengalami pendarahan dan harus dilarikan ke rumah skait.
Step sudah mengucapkan selamat tinggal pada bayi perempuannya yang masih berusia 18 bulan melalui air matanya, merasa itulah terakhir kalinya Step melihat anaknya.
Kemudian terjadilah hal yang selama ini ditakutkan Step.
Beberapa saat setelah anak ketiganya lahir, Stephanie dinyatakan meninggal.
Monitor menunjukkan garis lurus (tanda jantung tidak berdenyut) selama 37 detik.
Step terus mengalami pendarahan, ia mengalami gagal jantung, gagal ginjal, dan ia harus di-histerektomi seperti firasatnya.
Tubuh manusia biasanya memerlukan 20 unit darah, tapi ia diberikan 60 unit.
Jika semua dokter mengabaikan firasatnya dan kantung darah ekstra tidak disediakan, mungkin Stephanie tidak bisa tertolong lagi.
Step ternyata mengalami emboli air ketuban, dimana air ketuban masuk ke dalam aliran darah si ibu.
Kejadian ini langka dan hanya terjadi 1 dari 40 ribu kelahiran. Kondisi tersebut mengakibatkan reaksi yang mengerikan pada tubuh Stephanie.
Stephanie akhirnya berhasil selamat meski sempat koma. Saat ia bangun, ia merasa ketakutan, trauma dan terus menangis.
Penulis | : | Yoyok Prima Maulana |
Editor | : | Yoyok Prima Maulana |
KOMENTAR