Advertorial
Intisari-Online.com - Bagi beberapa orang, kehidupan perkuliahan menjadi masa-masa paling indah dalam hidup.
Tidak heran, kampus kemudian menjadi latar bagi setiap peristiwa bermakna yang pernah dilalui seseorang.
Mungkin ada yang menemukan jodohnya di kampus, atau menjalin cerita cinta pertamanya di kampus.
Berbicara tentang kampus, salah satu kampus favorit sekaligus salah satu yang tertua di Indonesia adalah Universitas Gadjah Mada, yang baru-baru ini disebut sebagai universitas terbaik di Indonesia tahun 2017 ini.
UGM terletak di kota pelajar, Yogyakarta.
(BACA JUGA :60 Tahun Jadi Pasukan PBB Tunjukkan Indonesia Terus Memperjuangkan Perdamaian Timur Tengah)
Meski di Yogyakarta ada banyak perguruan tinggi, UGM tetap memiliki tempat di hati para mahasiswa juga alumninya.
Universitas Gadjah Mada resmi berdiri pada tanggal 19 Desember 1949.
Sejak berdiri hingga sekarang, mungkin sudah ada ratusan ribu alumni yang tergabung dalam KAGAMA (Keluarga Alumni Gadjah Mada).
Salah satu yang unik dari kampus ini adalah berbagai sebutan yang disematkan kepadanya.
Salah satu yang paling populer adalah sebutan "Kampus Biru".
Namun, saat Anda melihat ke dalamnya, sesungguhnya bangunan kampus dan balairungnya tidak berwarna biru.
Begitu pula dengan jas almamater para mahasiswanya yang berwarna coklat krem, bukan biru.
(BACA JUGA :Pesona Wisata Terbaru di Yogyakarta Itu Bernama Imogiri, Anda Wajib Mengunjunginya)
Tahukah Anda dari mana sebutan kampus biru ini berasal?
Ternyata, Kampus Biru mulai digunakan untuk menyebut UGM setelah sebuah novel karya Ashadi Siregar berjudul Cintaku di Kampus Biru.
Ashadi menggunakan latar Universitas Gadjah Mada di novelnya.
Tidak lama berselang, tepatnya tahun 1976, sebuah film drama percintaan Indonesia yang diadaptasi dari novel Ashadi ini diproduksi.
Film dengan judul Cintaku di Kampus Biru ini dibintangi oleh Roy Marten, Yati Octavia, dan Rae Sita.
Pengambilan gambar film ini juga dilakukan di UGM, sehingga mengangkat UGM lebih terkenal lagi dalam skala nasional.
Lewat film inilah Roy Marten memulai kariernya sebagai aktor profesional Indonesia.
Si penulis novel, Ashadi Siregar juga merupakan alumni UGM dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang lulus pada tahun 1970.
Novel dan film Cintaku di Kampus Biru bercerita tentang kehidupan mahasiswa yang membara dan penuh dengan konflik anak muda.
Dilansir dari wikipedia, tokoh utama film ini adalah Anton Rorimpandey, mahasiswa antropologi yang digambarkan sebagai mahasiswa berotak encer.
Anton bukan seorang mahasiswa kutu buku dan kupu-kupu (kuliah-pulang, kuliah-pulang), namun sangat aktif di organisasi kemahasiswaan.
(BACA JUGA :Negara Kecil Ini secara Gagah Berani Pernah Berperang Melawan dan Menunjukkan Kelemahan Militer Amerika)
Intrik di kalangan mahasiswa, termasuk perebutan posisi ketua dewan mahasiswa untuk tingkat universitas atau ketua senat mahasiswa untuk lingkup fakultas, menjadi miniatur perpolitikan Indonesia.
Mungkin, karena film ini juga menggambarkan kehidupan mahasiswa yang benar-benar nyata, maka kemudian mahasiswa dan masyarakat mulai menjuluki UGM sebagai Kampus Biru.
Masih belum diketahui alasan Ashadi menggunakan istilah kampus biru dalam novelnya, karena setelah tim Intisari menonton kembali film itu, bangunan Fakultas Ilmu Politik dan Ilmu Sosial di UGM juga tidak berwarna biru.
Sementara jika melihat dari buku More Alive With Color karya Leatrice Eisman, warna biru merujuk pada beberapa arti.
Biru memiliki arti kesetiaan, ketenangan, bisa diandalkan, dan harmonis.
Mungkin itu yang dirasakan Ashadi selama berkuliah di Universitas Gadjah Mada.
Bahwa kampus ini memberinya ketenangan dan bisa dia andalkan.
Atau mungkin Anda tahu asal-usul lain yang menyebabkan UGM dijuluki Kampus Biru?
(BACA JUGA :Selain Jonghyun SHINee, Inilah 5 Artis Korea Selatan yang Mengalami Depresi. Ada yang Berusaha Bunuh Diri Juga!)