Dr. Morel tinggal sendiri dan lalu kemudian diperbantukan Dr. Ludwig Stumpfegger, anggota SS, atas saran Himmler.
Fuehrer karena itu menjadi curiga sehingga ia tidak mau menerima obat kecuali dari saya. Memang saya sudah bekerja kepadanya sejak tahun 1935.
Pada zaman itu banyak orang Jerman mendambakan bisa dekat dengan Hitler. Saya maksud ketika bintangnya sedang terang. Saya termasuk seorang di antaranya.
Puncak dicinta ulam tiba. Saya heran mengapa malah saya yang dipilih. Setelah lulus sekolah menengah saya bekerja beberapa waktu dalam bidang pembangunan masuk sekolah teknik dengan tujuan menjadi insinyur pembangunan.
Saya masuk SS bulan Maret 1933 segera setelah Hitler berkuasa tigapuluh Januari 1933. Saya masuk SS di Bremen. Saya memang berasal dari situ.
Setelah masuk dinas militer setahun di Berlin kesatuan saya menempatkan saya bersama duapuluhan rekan lain di Obersalzberg, tempat kediaman kanselir di pegunungan. Ini terjadi entah Juli entah Agustus 1934.
Ketika tiba di Berghof, tempat peristirahatan di pegunungan, Hitler menyambut kami. Kami semuanya diberi salam satu per satu laju ia mengajukan beberapa pertanyaan mengenai kehidupan kami pribadi.
Ia bertanya dari daerah mana saya berasal dan nama serta umur saya. Pertemuan seperti itu dengan Hitler merupakan idaman bagi setiap tentara muda seperti kami sehingga meninggalkan kesan yang mendalam bagi saya.
Tahun 1934 dua anggota pengawal terpilih untuk dipekerjakan di kantor kanselir di Berlin. Dari 50 calon pilihan jatuh pada saya dan seorang SS lain Otto Meyer.
Kami langsung diperbantukan pada Fuehrer. Kami harus ikut latihan di sekolah perhotelan di Pasing dekat Munnich, bulan Januari 1935.
Karl Krause, pelayan pribadi Hitler; yang datang dari angkatan laut, memberi tugas-tugas pada kami. Kami harus membagi tugas.
Hitler ingin supaya salah seorang di antara kami harus selalu siap sedia di dekatnya. Yang lain harus ikut kalau ia bepergian untuk mengurus pakaiannya dan agar ruang tinggalnya terus beres.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR