Advertorial
Intisari-Online.com –Saksi paling bisa dipercaya mengenai hari terakhir kematian Adolf Hitler dengan Eva Braun namanya Heinz Linge.
Waktu itu ia menjadi pelayan pribadi Hitler sampai majikannya meninggal akhir bulan April 1945.
Ia sendiri yang menyalakan api untuk-membakar dua mayat yang telah disiramnya dengan bensin.
(Baca juga:Surat Adolf Hitler kepada Max Born, Bapak Mekanika Kuantum yang Hari Ini Muncul di Google Doodle)
(Baca juga:Paul Hausser, Panglima Perang Nazi yang Berani Melawan Hitler dan Kehilangan Satu Mata saat Bertempur)
Dengan buku itu ia membantah semua hipotese bahwa Hitler akan hidup kembali setelah Reich ke-3ambruk.
Inilah ceritanya yang dimuat dalam Paris Match berdasarkan bukunya Bis zum Untergang.
Dalam bunker (tempat perlindungan) gedung kanselir di Berlin saya ikut merayakan upacara paling mengerikan yang pernah saya alami.
Hari ulang tahun terakhir Hitler. Waktu itu tanggal 20 April 1945 dan sekitar kami bom Rusia berdentuman. Sepuluh hari kemudian Fuehrer bunuh diri.
Pada tahun-tahun sebelumnya ulang tahun itu dirasakan pada tanggal 19 malam menjelang 20 April.
Tepat pukul 12 tengah malam seluruh karyawan termasuk saya, dipersilakan menemuinya di salon besar gedung kanselir untuk mengucapkan selamat.
Namun suasana kali ini berbeda sekali. Tidak mungkin untuk mengumpulkan pegawai tinggi pemerintah di gedung kanselir. Semua tinggal puing-puing.
Di tanah berserakan tegel marmer dan porfir (sejenis marmer) tercampur dengan kristal dari lampu-lampu gantung besar dan mebel yang porak poranda.
Pintu-pintu kuat sudah lepas dari kusennya. Sebuah ruangan yang masih berdiri tegak digunakan untuk pos komando.
Kantor kepala rumah tangga berada di tempat perlindungan, 15 meter di bawah tanah. Untuk sampai ke situ orang harus menuruni tangga.
Di situlah Fuehrer berkata kepada saya: "Saya sama sekali tidak mau menerima ucapan selamat seperti biasa. Saya minta kau menolak para tamu. Terus terang tidak ada suatu alasan untuk memberi selamat kepada saya.”
Hitler kelihatan letih dan terjepit
Menjelang pukul 12 malam ada tujuh orang tokoh pemerintahan menunggu di kamar tunggu yang sempit.
Seluruh perlindungan memang hanya terdiri dari sepuluh ruangan kecil seperti itu. Dari kamar tunggu orang bisa ke kantor Fuehrer, ruang duduk Eva Braun dan ruang konferensi.
Dari situ orang bisa munuju ke pintu darurat.
Di antara orang yang datang terdapat Jenderal Wilhelm Burgdorf (ajudan), pemimpin SS Hermann Fegelein (ipar Eva Braun) dan ajudan pribadi Hitler, Julius Schaub.
Ketika saya menyampaikan kepada Hitler tentang kehadiran mereka, ia memandang saya dengan sorot mata yang letih dan terjepit.
Ia minta saya menyampaikan ia tidak mempunyai waktu untuk menerima mereka. Namun Fegelein, suami Gretl (saudara Eva) menggunakan hubungan baiknya dengan Eva.
Ia mendesak Eva agar minta Fuehrer menerima kelompoknya yang khusus datang mengucapkan selamat ulangtahun.
Eva berhasil dalam misinya, Hitler bangun juga walaupun dengan hati berat. Ia menuju ke kamar tunggu dengan langkah terseok-seok dan bungkuk.
Para tamu hanya sempat mengucapkan "Selamat ulang tahun" lalu ia memalingkan diri. Lima atau enam orang lain yang baru datang termasuk Hans Baur, kapten penerbang Hitler, masih sempat mengucapkan sepatah dua patah kata.
Setelah suatu perbincangan sejenak mengenai situasi militer, Eva Braun masuk ke kamar kerja Hitler.
Ia mempersilakan semua minum teh bersama, lalu pergi ke dekat kantor. Upacara ulang tahun berlangsung, prihatin, sesuai dengan keadaan.
Hari pukul 9 pagi ketika saya membangunkari Fuehrer yang hampir tidak tidur, Jendral Burgdorf datang memberitahu berita baru yang sangat penting tentang situasi di medan perang.
Tanpa berganti pakaian, Hitler langsung muncul di pintu.
''Ada apa Burgdorf,” ia bertanya.
Ia mendapat berita bahwa orang Rusia sudah berhasil menembus garis pertahanan antara Guben dan Forst di luar kota Berlin.
Setelah jendral itu pergi Hitler mengatakan kepada saya: "Linge saya hampir tidak tidur, bangunkan saya sejam lebih lambat dari biasa, pukul 2 sore.”
Segera setelah bangun pukul 2 sore, Hitler sarapan, lalu bermain-main dengan anjing Wolf, anak anjing kesayangannya, Blondie, sampai ia makan siang bersama Eva dan para sekretarisnya.
Ia kini lemas sekali dan tidak mau ketemu siapapun juga, kecuali Eva dan saya.
Orang SS berkumpul di pintumasuk perlindungan
Namun ia tidak berhasil menghindarkan diri dari upacara ulang tahun.
Pukul 3 sore beberapa perwira mewakili kelompok Hitler Muda, anggota dari komando pasukan pengawal, anggota- anggota SS, berkumpul di pintu masuk bunker di gedung kanselir.
Hitler mendekati mereka dengan mengenakan baju seragam berwarna abu-abu lapangan.
Saya mengikutinya bersama ajudan angkatan laut, Von Putkammer.
Begitu Hitler muncul kelompok kecil itu mengambil posisi resmi dan menyambutnya dengan tangan kanan diangkat seperti yang biasa dilakukan orang Jerman waktu itu.
Di taman dekatnya beberapa tokoh lain yang ada di Berlin juga bergegas datang. Himmler dan Bormann paling depan.
Pukul 4 Sore akan diadakan pertemuan harian untuk membahas situasi di medan perang dalam bunker, yang tidak bisa ditinggalkan Hitler lagi.
Saya melaporkan berturut-turut kedatangan Goering, Ribbentrop, Doenitz, Keitel. Kemudian mereka memberi selamat dan rupanya tidak ada yang meramalkan saat akhir yang demikian buruk sedang mendekati.
Mereka semua berjanji akan setia sampai mati.
Gunung menjelang meletus
"Saya kagum dengan kemampuan Fuehrer memberi harapan kepada perwira dan tentaranya di medan perang kalau mereka datang untuk bertemu dengari dia dan kadang-kadang bahkan pada orangTorang sekitarnya. Beberapa jenderal yang datang untuk melaporkan keadaan sebenarnya, meninggalkan Hitler dengan harapan baru.
Akhirnya hanya beberapa orang yang tahu bahwa gunung sudah hampir meletus.
Hitler itulah yang kami hadapi selama 10 hari terakhir penuh arti, mulai dari hari ulang tahunnya, hari pernikahan resminya dengan Eva Braun, sampai kedatangan tentara Rusia pertama ke gedung kanselir.
Bahkan sampai saat itu ia tetap raksasa yang meyakinkan orang-orang di sekitarnya. Tetapi ia menjadi penakut dan menaruh prasangka pada setiap orang.
Ia tidak mau menerima siapapun kecuali Doenitiz, Goebbels, Bormann dan kami, anggota kelompok intinya.
Ia hanya melihat bahaya dan kesulitan di sekitarnya. Keadaan menunjukkan bahwa rasa curiga itu bukan hanya imajinasi karena bahkan Himmler telah berunding dengan "musuh" bertentangan dengan kemauan Hitler.
Ia mengatupkan giginya, menutupi tubuhnya yang letih dengan syal kecil dan mencoba untuk main sebagai Fuehrer yang masih penuh kekuasaan.
Saya sudah mengenal dia selama sepuluh tahun. Saya melihat kelemahannya. Tangan kirinya bergetar dan ini tambah jelas kalau ia membiarkan lengarmya menggantung di sisi-tubuhnya.
Ia juga terus mencari pegangan pada meja atau kursi.
Ia hanya mau menerima obat dari saya
Usaha pembunuhan tanggal 20 Juli 1944 telah mengerogoti kesehatannya. Secara fisik ia memang berhasil lolos dari percobaan itu tetapi mentalnya tetap tergoncang.
Bulan Oktober ia mendapat serangan jantung dan mendapat obat baru dari Dr. Giesing yang dipanggil waktu Hitler pucat sekali.
Ia cepat tertidur. Dr. Giesing menunggu sebentar lalu meninggalkan pesan kepada saya apa yang harus saya lakukan kalau terjadi serangan lagi.
Ia berjanji untuk tutup mulut tentang peristiwa ini kepada siapapun. Saya menjaga agar jangan ada orang yang mengetahuinya, termasuk Bormann dari Himmler.
Kalau keadaan Fuehrer gawat, orang pertama yang saya harus beritahu ialah Dr. Giesing. Namun ini ternyata tidak perlu.
Hitler sembuh kembali. Peristiwa jni menjadi rahasia antara Dr. Giesing dan saya sendiri dan percakapan dengan Giesing saya mendapat kepastian bahwa sejak 1934 Hitler tidak pernah demikian dekat dengan kematian daripada bulan Oktober itu.
Setelah serangan jantung itu Hitler cepat sembuh, tetapi ketika kami bertemu ia mengakui bahwa waktu itu ia sakit berat.
Ia minta saya untuk menceritakan apa yang terjadi, karena ia "tidak sadar", katanya.
Ia demikian yakin bahwa saya tidak pernah membicarakan hal itu dengan siapapun sehingga ia tidak mengingatkan saya bahwa itu suatu rahasia.
Saya tidak tahu apa yang akan terjadi andaikata pada saat itu Himmler misalnya tahu, betapa gawatnya keadaan fisik Hitler.
Dokter Brandt dan Haselbach telah dipecat dari kedudukannya oleh Fuehrer. Dr. Giesing sendiri untuk terakhir kali mengunjunginya tanggal 7 Oktober.
Dr. Morel tinggal sendiri dan lalu kemudian diperbantukan Dr. Ludwig Stumpfegger, anggota SS, atas saran Himmler.
Fuehrer karena itu menjadi curiga sehingga ia tidak mau menerima obat kecuali dari saya. Memang saya sudah bekerja kepadanya sejak tahun 1935.
Pada zaman itu banyak orang Jerman mendambakan bisa dekat dengan Hitler. Saya maksud ketika bintangnya sedang terang. Saya termasuk seorang di antaranya.
Puncak dicinta ulam tiba. Saya heran mengapa malah saya yang dipilih. Setelah lulus sekolah menengah saya bekerja beberapa waktu dalam bidang pembangunan masuk sekolah teknik dengan tujuan menjadi insinyur pembangunan.
Saya masuk SS bulan Maret 1933 segera setelah Hitler berkuasa tigapuluh Januari 1933. Saya masuk SS di Bremen. Saya memang berasal dari situ.
Setelah masuk dinas militer setahun di Berlin kesatuan saya menempatkan saya bersama duapuluhan rekan lain di Obersalzberg, tempat kediaman kanselir di pegunungan. Ini terjadi entah Juli entah Agustus 1934.
Ketika tiba di Berghof, tempat peristirahatan di pegunungan, Hitler menyambut kami. Kami semuanya diberi salam satu per satu laju ia mengajukan beberapa pertanyaan mengenai kehidupan kami pribadi.
Ia bertanya dari daerah mana saya berasal dan nama serta umur saya. Pertemuan seperti itu dengan Hitler merupakan idaman bagi setiap tentara muda seperti kami sehingga meninggalkan kesan yang mendalam bagi saya.
Tahun 1934 dua anggota pengawal terpilih untuk dipekerjakan di kantor kanselir di Berlin. Dari 50 calon pilihan jatuh pada saya dan seorang SS lain Otto Meyer.
Kami langsung diperbantukan pada Fuehrer. Kami harus ikut latihan di sekolah perhotelan di Pasing dekat Munnich, bulan Januari 1935.
Karl Krause, pelayan pribadi Hitler; yang datang dari angkatan laut, memberi tugas-tugas pada kami. Kami harus membagi tugas.
Hitler ingin supaya salah seorang di antara kami harus selalu siap sedia di dekatnya. Yang lain harus ikut kalau ia bepergian untuk mengurus pakaiannya dan agar ruang tinggalnya terus beres.
Pembantu-pembantu rumah tangga wanita di bawah tanggung jawab kami. Pria ketiga yang termasuk kelompok pembantu pribadi Hitler tugasnya mengurus apartemennya.
Sepuluh tahun kemudian saya masih mendampinginya: seperti dalam masa jayanya walaupun keadaan sudah sulit.
Dua hari setelah upacara ulang tahun yang sedih itu, tanggal 22 April sore, Hitler mengumumkan pada suatu pertemuan bahwa ia mengambil keputusan untuk tetap tinggal di Berlin.
Bagi kami semua yang selama itu mengharapkan kantor pusat akan segera dipindahkan ke apa yang disebut "benteng di pegunungan Alpen", ini berita baru.
Terutama bagi Martin Bormann, yang sudah melakukan persiapan untuk pemindahan. Ia menerima berita ini sebagai suatu tamparan.
Ia sudah membayangkan bagaimana nanti peperangan akan diteruskan di pegunungan Alpen. Goebbels sebaliknya mempunyai pendapat yang berbeda.
Ia memimpikan akhir heroik di Berlin dan ia setuju dengan keputusan Hitler yang dianggapnya suatu perbuatan bersejarah.
Sulit untuk menerangkan motif apa yang mendorong Hitler mengambil keputusan itu. Mungkin ini disebabkan karena jenderal SS Felix Steiner tidak mengikuti perintah.
Hitler memerintahkan kepadanya agar tanggal 21 April, orang Rusia harus dihalau keluar ibukota dan kalau perlu dengan bantuan angkatan udara.
Namun sebagian, besar pesawat terbang dan angkatan udara besar yang dijanjikan Hitler itu hanya ada di atas kertas.
Karena itu Steiner lebih suka menggiring tentaranya ke barat dengan maksud untuk menyerahkan diri bersama mereka pada Amerika.
Ketika Hitler mendengar hal itu ia naik pitam. la menuduh Steiner pengecut, pengkhianat dan kemudian menyatakan sejak itu ia berhenti memberi perintah kepada angkatan darat.
Goering yang lebih cenderung untuk berunding dengan musuh, juga mencoba untuk meninggalkannya.
Sejak itu Hitler menolak semua tamu, kecuali kalau tidak bisa dielakkan lagi. Ini menempatkan saya dalam situasi yang sulit, tetapi saya tetap tunduk.
"Linge" katanya dengan suara marah kepada saya. "Bahkan orang SS mundur dan mengkhianati saya. Mana mungkin. Saya akan tetap di Berlin untuk mati di sini. Karena saya terlalu sakit untuk ikut berjuang, saya akan bunuh diri seperti yang diharapkan dari komandan benteng yang terkepung".
Semua usaha untuk meyakinkan Hitler untuk meninggalkan Berlin percuma saja. Tanggal 26 April sebagian masih optimis mempunyai harapan bahwa Hitler tetap tinggal di situ karena masih bisa menang.
Tanggal 26 April misalnya jenderal Fernand Schoener yang sedang beroperasi di Bohenia berhasil memenangkan daerah ke arah Berlin yang tidak diperkirakan sebelumnya.
Pada saat yang sama tentara Walter Wenck berhasil mencari jalan ke Potsdam.
Pengepungan Berlin oleh Uni Soviet rupanya paling berat mengancam dari utara.
Ditemukan dengan wanita lain
Hitler memberi kepercayaan yang membesarkan hati orang sekitarnya. Namun ini tidak berlangsung lama.
Pasukan tank berbalik dan tidak menuju ke Berlin tetapi ke utara. Para sekretaris meminta kepada "chef- "nya agar diberi ampul racun untuk kesempatan gawat.
Jenderal SS Fegelein, orang penghubung antara Hitler dan Himmler tiba-tiba menghilang.
Hitler menjadi marah dari menuduh Fegelein bersekongkol dengan Himmler untuk mengkhianatinya.
Pada saat yang sama ada berita dari Reuter yang mengatakan bahwa Himmler berusaha merundingkan suatu perjanjian perdamaian tersendiri dengan Sekutu Barat.
"Di mana Fegelein?" teriak Bofmann. Di mana mahluk busuk itu?" Sopir yang bernama Kempka menjawab ia telah diperintahkan menyerahkan dua kendaraan terakhir kekanseliran kepada Fegelein.
Konon untuk missi dinas. Kedua mobil itu kembali tanpa Fegelein yang mengemudikannya sampai di Kurfuerstendam (jalan di pusat Berlin) untuk melakukan tugas mencari informasi, katanya.
Ajudannya yang kembali ke bunker mengaku Fegelein kembali ke rumahnya di Berlin. Di situ ia menukar seragam jenderal SS-nya dengan pakaian sipil.
Fegelein menyarankannya agar ia melakukan hal yang sama, sambil menunggu kedatangan orang Rusia dan mencoba menggabungkan diri dengan Himmler. Ajudan itu menolak.
Bagi Bormann dan Hitler seperti juga untuk kami, semua sudah jelas. Fegelein seorang pengkhianat dan pengecut yang ingin mencari selamat.
Dengan mengenakan pakaian sipil ia mungkin bisa menghindarkan diri dari hukuman, biarpun ia jenderal SS dan ada hubungan keluarga dengan Eva Braun.
Tanggal 27 April para pejabat dari SD (polisi keamanan) menemukannya di apartemennya. Bukan dengan Gretl, saudara Eva Braun, tetapi dengan wanita muda tidak dikenal.
Ia telah mengumpulkan perhiasan dan emas seharga 100.000 mark dan membereskan kopernya dengan harapan bisa meninggalkan Berlin entah ke mana.
Pada saat terakhir ia juga menelepon Eva Braun dan menyarankannya untuk meninggalkan ibu kota secepat mungkin. Namun Eva menolak.
Ketika ia diangkut ke bunker dengan diapit dua penjaga bersenjata, ia memberi kesan patut dikasihani. Ia mengenakan sarung tangan, mantel kulit dan sebuah peci olahraga sehingga ia memberi kesan seperti "dandy" dari Kurfuerstendam.
Sebuah pengadilan militer segera dibentuk atas perintah Hitler yang menjatuhkan hukuman mati kepadanya atas tuduhan pengkhianatan.
Eva Braun yang rupanya menderita konflik bathin, minta belas kasihan Hitler untuk iparnya, tetapi Hitler telah mengatakan bahwa ia puas bisa mengirim jenderal SS yang mendapat penghargaan tertinggi tersebut sebagai orang pertama ke medan perang.
Menjelang tengah malam Fegelein diajukan di depan regu penembak. Dengan tabah ia mendengarkan tuduhan yang dibacakan di ruang kebesaran gedung kanselir dan ia meninggal seperti layaknya tentara.
Tak lama setelah pelaksanaan hukuman mati itu Hitler memanggil saya ke ruang kerjanya dan ketika saya menghadap ia langsung mengatakan : "Linge, saya ingin kau kembali ke keluargamu".
Saat itu saya melakukan sesuatu yang tidak pernah berani saya lakukan: Saya membantah.
"Fuehrer, saya telah mendampingi Anda di saat senang dan sukses. Saya akan tetap dengan Anda di hari-hari gelap".
Menikah sebelum mati
Hitler memandang saya dengan tenang lalu berkata: "Saya jarang menemukan orang seperti kau", lalu ia menambahkan, sambil tetap berdiri dekat mejanya:
"Saya juga mempunyai tugas pribadi yang akan saya serahkan kepadamu. Hari ini, saya akan memenuhi perintah yang selalu saya beri kepada komandan dari benteng yang terkepung: Tetap di tempat sampai mati. Perintah itu juga berlaku bagi saya. Saya menganggap diri saya sebagai komandan Berlin.Mendengar pesan itu saya tertegun dan hanya bisa menjawab dengan menggagap: "Baik Fuehrer".Kau harus mengambil dua selimut wol dan bawalah ke kamar. Selimut itu harus mampu menyerap cukup banyak minyak untuk menyalakan dua tubuh. Saya akan bunuh diri sekarang bersama Eva Braun. Kau harus membalut kedua tubuh kami dengan selimut itu. Angkut ke atas lalu bakar di taman."
Saya tidak bisa mengatakan lebih dari satu katapun lagi.
Pernikahan dirayakan pada malatn 29-30 April di depan anggota dewan kotapraja Berlin, Wagner, yang dibawa ke gedung kanselir biarpun bom berjatuhan.
Upacara dilakukan di ruang main kartu di bunker pukul 1 pagi. Sebelumnya saya membayangkan "pernikahan" Fuchrer lain sama sekali. Sekarang kenyataannya jauh berbeda dari imajinasi.
Kami merupakan beberapa gelintir orang yang berada di situ untuk membantu. Semua sudah beres ketika Wagner muncul dengan seragam Volkstrum, anggota milisi dari pejuang-pejuang tua terakhir yang masih aktif.
Hitler telah memberi perintah agar ruangan yang biasa digunakan untuk konperensi operasi militer diatur sesuai untuk pernikahan.
Di samping sebuah meja ada empat kursi untuk Hitler, Eva Braun, dan dua saksi, Goebbels dan Martin Bormann. Dua orang terakhir ini mendapat kehormatan untuk hadir bersama beberapa "undangan" lain.
Anggota dewan kotapraja Wagner, kelihatan terharu seperti Eva Braun, ia memegang dua formulir terdiri dari dua halaman yang diketik.
Di situ antara lain ditulis bahwa kedua calon pengantin keturunan Aria, tidak menderita penyakit keturunan dan bermaksud untuk menikah.
Wagner menambahkan dengan suara gemetar: "Sekarang saya akan mulai dengan upacara pernikahan. Di depan para saksi, saya bertanya, Fuehrer Adolf Hitler, apakah Anda ingin mengikat pernikahan dengan Nona Eva Braun. Kalau memang demikian, saya minta Anda menjawab dengan "ya".
Hitler melakukannya seperti juga Eva Braun setelah Wagner bertanya: "Sekarang saya bertanya kepada Anda, Eva Braun, apakah Anda ingin mengikat pernikahan dengan Fuehrer Adolf Hitler."
Setelah mereka dinyatakan menjadi Suami isteri dan setelah Hitler, Eva Braun, Goebbels, Bormann dan – Wagner membubuhi tanda tangan di bawah akta, upacara selesai.
Hitler dan isterinya menerima ucapan selamat dari semua orang yang hadir. Setelah pasangan baru beristirahat selama satu setengah jam, keluarga Goebbels, Bormann, Burgdorf, Hewel, Axmann, Von Belorw; sekretaris Hitler Gerda Christian, ajudan pribadinya serta sayasendiri, total sepuluh orang, mengatur pesta kecil.
Dihidangkan Champagne, sandwich dan teh. Pesta dirayakan sesuai dengan suasana.
Ketika saya ditawan Rusia mereka bertanya kepada saya mengapa Hitler menikah pada hal ia akan bunuh diri keesokan harinya.
Mereka melihat hal ini sebagai bukti bahwa Hitler masih agak burjuis dan menghargai stempel.
Percuma untuk menerangkan kepada mereka bahwa keputusan Hitler untuk menikahi Eva Braun secara resmi mempunyai motif yang lain. Ia sama sekali tidak menghargai cap administratif itu.
la hanya ingin memenuhi harapan Eva yang datang ke Berlin untuk mati bersamanya sebagai isteri yang sah.
Dalam surat wasiat pribadi tanggal 29 April 1945 ia memberi alasan jujur tentang keputusannya: "Karena selama masa perjuangan saya tidak bisa mengambil tanggung jawab untuk membentuk suatu keluarga, kini pada akhir hidup saya di dunia ini, saya memperisteri gadis muda yang telah bertahun-tahun hidup sebagai sahabat setia saya dan yang memutuskan sendiri untuk ikut saya ke kota ini yang sudah hampir terkepung agar bisa tetap mendampingi saya. la akan mati bersama saya sebagai isteri saya. Kematian akan memberi kepada kami apa yang terhambat oleh karya dan pengabdian kepada rakyat saya".
Sikap Eva Braun setelah upacara itu membenarkan sikap Hitler. Eva rupanya sama sekali lupa pada malapetaka yang sedang mengancam dan keadaan yang menyedihkan.
Ketika bertemu dengan dia setelah pernikahan itu, secara sengaja saya menyapanya bukan sebagai "Gnaedige Frau" (ibu yang terhormat) seperti biasa tetapi dengan "Ny. Hilter". Ia senang dengan gelar baru itu.
Ia tersenyum bahagia dan memegang sebentar lengan saya.
Pesan Eva terakhir
Eva Hitler. Sudah lebih dari 10 tahun ia mendambakan nama itu.
Secara tidak sengaja saya teringat kata-kata terkenal dari Kurt Toucholsky yang berbunyi: "Ya, orang akhirnya akan mendapat apa yang didambakannya dengan sepenuh hati, tetapi sedihnya selalu sehari terlambat dan sering satu ukuran kecilan."
Kata-kata itu menurut pendapat saya cocok untuk Eva Hitler yang setelah makan makanan kecil dengan Hitler, pergi tidur.
"Kelompok paling dekat" tinggal sendiri untuk merayakan pesta pernikahan itu di bawah tanah biarpun artileri Rusia terus menembaki sampai ke taman sekitar gedung kanselir.
Keesokan harinya, 30 April saya bangun pagi-pagi, lebih pagi dari Hitler. Ia membuka pintu sesaat saya tiba. Ia tidur dengan pakaian lengkap di ranjang seperti malam-malam sebelumnya.
Bormann Jenderal Krebs dan Burgforf tetap tinggal di pintu kamarnya sambil berbaring di atas dipan dengan pistol di tangan sedangkan para sekretaris berbaring-baring di kasur di kamar sebelah menunggu sesuatu yang setiap saat bisa terjadi (Orang Rusia bisa muncul setiap saat di pintu bunker).
Hitler menaruh telunjuknya di bibir untuk memberi isyarat jangan membangunkan rekan-rekan yang sedang tidur dan minta saya mengikutinya.
Kami pergi ke kamar telepon di mana Hitler minta berbicara dengan komandan operasi. la memberitahu bahwa pertahanan sudah mulai gawat.
Kepungan yang dilakukart orang Rusia sekitar kota tidak bisa dibendung lagi. Selama itu komandan Arthur Axmann menyarankan agar Fuehrer meninggalkan Berlin dengan sebuah panser dan 200 anggota Hitler Muda. Namun Hitler menolak saran itu.
"Percuma," katanya. "Saya akan tinggal di sini".
Saat menentukan telah tiba. Kami makan bersama dan mendengarkan monolog Hitler tentang masa depan: "Generasi mendatang akan menyalahkan saya. Musuh akan menikmati kemenangannya sebanyak mungkin dan rakyat Jerman akan mengalami masa sangat sulit. Kita sendiri, rekan-rekan sezaman, sebentar lagi akan mengalami masa yang tidak bisa kita bayangkan sendiri".
Namun ia mempunyai kepercayaan bahwa sejarah sekali waktu akan menilainya dengan adil. la akan diakui sebagai orang yang ingin yang terbaik bagi Jerman.
Setelah makan Eva Hitler mendekati saya dan minta diri. Mukanya pucat setelah semalam suntuk tidak tidur.
Dengan tabah ia mengucapkan terima kasih kepada saya "untuk segala sesuatu yang pernah Anda lakukan untuk Fuehrer".
Dengan pandangan sedih ia mengakhiri percakapan, itu: "Kalau kelak Anda bertemu dengan saudara saya Gretl, jangan ceritakan kepadanya bagaimana suaminya Hermann memnggal." Saya tidak pernah bertemu Gretl Fegelein lagi.
Eva Hitler kemudian mendekati Magda Goebbels ketika Hitler masuk ke kamar kerjanya karena seperti dikatakan Guensche kepada saya, Ny. Goebbels ingin berbicara pribadi dengan Hitler.
Saya menyampaikan: pesan itu kepada Fuehrer yang menjawab bahwa dia boleh datang. Mereka lama berbicara berdua. Ketika saya masuk lagi ia sedang mengucapkan terima kasih untuk kesetiaan dan bantuan Ny. Goebbels.
Atas permintaannya saya harus mengambil insinye mas partai dari salah satu seragamnya. Benda ini dipasangnya di gaun Ny. Goebbels sebagai suatu penghargaan khusus.
Saat sudah tiba untuk melakukan tugas terakhir
Segera setelah itu kami, Hitler dan saya, menuju ke ruang duduk di mana Doktor Goebbels membujuk Hitler untuk segera meninggalkan Berlin.
Jawabannya tegas: "Doktor, Anda tahu keputusan saya. Saya akan tetap di sini, tetapi Anda tentu bisa meninggalkan Berlin bersama keluarga."
Dengan berani Goebbels menjawab bahwa itu tidak akan terjadi. la akan tetap di Berlin bersama Fuehrer, tempat ia akan mati.
Hitler dan Goebbels saling memberi salam dan menuju kekamar diikuti saya. Tidak lama kemudian pamitan terakhir dilaksanakan.
Pertama dengan Hans Baur, penerbang Hitler, lalu dengan Otto Guensche, dua pria yang memasrahkan hidupnya secara-total.
Leher saya seperti tercekik karena saya segera harus melakukan tugas saya. Saya takut dan memalingkan muka saya dari orang yang selama itu selalu saya abdi dengan setia.
la tetap di situ, bungkuk dan rambut depannya seperti " biasanya menutupi keningnya. Hanya rambutnya sekarang sudah memutih. Ia memandang saya, dengan mata lelah, sebagai tanda bahwa ia sekarang akan mengundurkan diri.
Hari pukul 3 sore. Saya pamit dalam sikap resmi untuk terakhir kali. Dengan suara tenang, seakan-akan menyuruh saya ke kebun sebentar untuk mengambil sesuatu ia mengatakan:
"Linge saya akan bunuh diri sekarang. Kau tahu apa yang harus kaulakukan. Saya telah memberi perintah kepada yang lain untuk mencari jalan keluar bunker. Ikutilah salah satu kelompok itu untuk menuju ke barat."
“Mengapa kami harus berusaha untuk menyelamatkan diri?" tanya saya. Ia menjawab: "Untuk generasi yang akan datang.”
Saya menghentakkan sepatu. Hitler maju dua atau tiga langkah, ragu-ragu menuju saya, lalu memegang tangan saya.
Untuk terakhir kali dalam hidupnya ia memberi salam Jerman. Saya berdiri di situ sejenak, karena sangat terharu.
Saya berdiri tegap kembali, menutup pintu dan lari ke pintu keluar tempat perlindungan di mana masih ada komando yang bertugas melindungi Fuehrer.
Karena saya berpendapat bahwa Hitler segera akan menghabiskan kehadirannya di dunia ini, saya tidak pergi lama dan segera kembali ke kamar tunggu di sebelah kamar kerja.
Ketika saya tiba, saya membaui mesiu. Semua sudah berakhir. Biarpun demikian saya masih ragu-ragu di depan pintu dan tidak berani masuk ke kamar.
Saya menuju ke ruang di mana beberapa orang sedang mengelilingi Martin Bormann. Saya tidak teringat lagi apa yang sedang dibicarakan.
Pokoknya mereka tidak tahu apa yang terjadi. Saya memberi isyarat kepada Bormann, dan minta dia mendampingi saya masuk ke kamar kerja Hitler. Kami menuju ke pintu, saya buka lalu masuk.
Bormann menjadi putih seperti kapur dan memandang saya dengan pandangan yang kaget. Di atas dipan Adolf dan Eva Hitler sedang duduk.
Kedua-duanya tidak bernyawa. Hitler mati karena tembakan dengan pistolet 7,65 yang menembusi pelipis sebelah kanan.
Pistolet itu dan pistol 6.35 yang telah dia persiapkan untuk tujuan itu kalau senjata pertama tidak meletus berada dekat kakinya.
Kepala Hitler agak condong ke dinding. Darahnya mengalir ke permadani dekat dipan. Di sebelah kanannya, isterinya Eva duduk. la menaruh tangannya di atas dipan.
Dari mukanya jelas sebab dari kematiannya: keracunan oleh asam cyanida (HCN). Botol yang berisi cyaan tersebut masih berada di atas meja.
Saya menggeser tubuhnya agar bisa melakukan "tugas" saya.
Selama Bormann pergi untuk mencari bantuan agar mayat bisa diangkat, saya menggelar selimut.
Saya taruh mayatnya di bawah dulu, lalu dibungkus. Saat itu saya tidak melihat sama sekali muka Hitler. Itu baru saya ingat lama kemudian ketika saya diinterogasi orang Rusia.
Dengan demikian saya tidak bisa menerangkan kepada mereka bagaimana peluru itu menembus kepala Fuehrer.
Saya ingin semua cepat-cepat selesai. Eva Hitler diangkut duluan. Erich Kempka yang mengangkutnya namun di gang ia harus menyerahkan kepada Guensche.
Akhirnya Bormann yang mengambil alih dan keluar. Di situ bebannya diambil alih oleh Erich Kempka lagi.
Ia tidak mau Bormann yang menaruh Eva di makamnya, karena Eva seumur hidup tidak suka kepada Bormann.
Saya menaruh kedua tangan saya di bawah mayat Hitler dan dua perwira mengangkatnya untuk membungkusnya dalam selimut abu-abu.
Begitulah kami mengangkatnya ke luar tempat perlindungan. Dekat pintu tempat perlindungan, di taman gedung kanselir kami taruh kedua jenazah berdekatan dalam sebuah lubang kecil.
Kami menyiram kedua mayat dengan minyak, lalu dinyalakan. Di taman sudah ada beberapa kebakaran sehingga sulit untuk menyalakan api pada jarak beberapa meter dari sana karena angin panas meniup api.
Brondongan artileri Rusia yang terus menerus tidak memungkinkan untuk mendekati kedua jenazah dan melemparkan korek api.
Saya kembali ke tempat perlindungan untuk mencari beberapa lembar bulletin berita yang ditujukan kepada Fuehrer.
Bormann yang menyalakannya. Saya yang melemparkan lembaran kertas itu ke mayat Hitler dan Eva yang sudah basah minyak. Api segera menyala.
Di gang masuk, depan pintu ke bunker, kami yang merupakan saksi terakhir yaitu Bormann, Goebells, Stumpfegger, Guensche, Kempka dan saya sendiri menaikan tangan sekali lagi untuk memberi salam "Hitler". Kemudian kami kembali ke bunker.
Saya juga ditugaskan Hitler untuk membakar segala sesuatu, yang mengingatkan orang kepadanya.
Saya tidak bisa menunggui kedua mayat yang tetap membara sampai pukul setengah delapan malam. Saya menghancurkan permadani yang kena darah, seragam Hitler, obat-obat, dokumen dan sebagainya.
Selama itu beberapa orang di bawah komando seorang perwira dari penganut Hitler menaruh mayat yang sudah menjadi arang ke dalam lubang bom.
Semua harus dibereskan cepat-cepat secara rahasia karena kalau tentara dalam gedung kanselir dan gedung-gedung pemerintah tahu apa yang telah terjadi, mereka semua akan meninggalkan tempat tugas.
Saya kira hal itu harus dihindarkan karena Hitler telah merencanakan suatu pemerintah yang akan meneruskan perjuangannya.
Bormann, Goebbels dan beberapa milker berkumpul untuk membicarakan apa yang akan dilakukan setelah Fuehrer tidak ada lagi.
Kami mengunggu dalam bunker keputusan orang Rusia
Keesokan harinya saya bertemu dengan kanselir baru, Doktor Joseph Goebbels. la menghentikan saya dan bertanya mengapa saya tidak berhasil membujuk Hitler melepaskan idenya untuk mati.
Saya hanya bisa menjawab: "Doktor, kalau Anda tidak berhasil, bagaimana saya mungkin melakukannya."
"Benar, Linge," jawabnya. Tadi malam saya mengambil keputusan untuk bunuh diri juga, tetapi ini sangat sulit. Saya belum sampai ke situ.
Kini kami semua duduk dalam bunker, sia-sia menunggu orang Rusia menerima persyaratan yang dikemukakan oleh jenderal Krebs atas perintah Goebbels pagi tanggal 1 Mei.
Ketika saya sudah dalam tahanan perwira Sovyet, saya mendengar mengapa pertemuan antara Jenderal Krebs dari infanteri di satu pihak dan Tchuikov dan Solpkovski di lain pihak gagal.
Ketika saya ditahan di Rusia saya mendengar jalannya perundingan terakhir antara Jenderal Krebs dan Jenderal Rusia Tchouikov.
Pembicaraan dalam bahasa Rusia yang dikuasai Krebs, telah dicatat dalam suatu proses verbal. Dari situ orang bisa mengetahui mengapa pembicaraan itu gagal.
— saya akan berbicara terus terang, kata Krebs. Anda orang pertama bukan Jerman kepada siapa saya menyampaikan berita ini: Fuehrer telah bunuh diri tanggal 30 April.
— Kami tahu, jawab Tchouikov dengan dingin. Krebs kemudian membacakan surat wasiat politik Hitler serta deklarasi Goebbels. la menambahkan:
— Tujuan deklarasi ini ialah menemukan suatu jalan keluar lebih menguntungkan bagi rakyat yang paling banyak menderita selama perang. Dokumen itu mungkin bisa disampaikan kepada kepala komandan Anda.
—Apakah pembicaraan kita hanya berhubungan dengan daerah Berlin atau seluruh Jerman?
— Saya diberi otoritas untuk berbicara untuk seluruh tentara Jerman. Kekuasaan itu diberi oleh Goebbels.
— Saya akan berbicara dengan Marsekal Joukov.
— Pertanyaan saya pertama ialah: Apakah pemboman akan dihentikan selama perundingan itu? Jenderal Tchouikov kemudian berhubungan dengan marsekal Joukov di telepon
Jenderal Krebs minta gencetan senjata kepada Tchouikov
— Di sini ada Jenderal Infanteri Krebs. Dia telah mendapat hak dari pimpinan Jerman untuk berlunding dengan kita. la membenarkan bahwa Hitler bunuh diri. Saya minta untuk disampaikan kepada kamrad Stalin bahwa Goebbels, Bormann dan Admiral Doenitz kini mendapat kekuasaan.
la menyarankan agar operasi militer dihentikan dulu selama perundingan. Saya akan bertanya kepadanya.
Lalu ia berbicara dengan Krebs:
— Kapan Hitler bunuh diri?
— Hari ini pukul 15.30. Bukan, maaf, kemarin.
— Marsekal Joukov ingin bertanya kepada Anda bagaimana kalau diadakan kapitulasi saja Krebs menghendaki penyelesaian lain, ia minta gencatan senjata.
— Gencatan senjata hanya bisa dilaksanakan atas dasar penyerahan total, jawab lawannya.
— Kami minta Anda untuk mengakui pemerinfah Jerman sampai kapitulasi menjadi pasti dan kami bisa langsung berbicara dengan pemerintah Anda.
— Kami hanya mengajukan satu syarat: kapitulasi total.
Pukul 4.40 jendral mengulangi permintaannya untuk melaksanakan penyerahan total.
— Saya tidak berhak untuk menerima kapitulasi, kata Krebs. Jendral angkatan darat Sokolovski masuk. Ia diberitahu mengehai kematian Hitler, testamennya dan dengan demikian mengenai fungsi baru dari Doenitz, Bormann dan sebagainya.
Pukul 10.15 telepon berdering. Pemerintah Sovyet telah memberi jawaban pasti: Penyerahan tanpa syarat atau paling sedikit Berlin. Kalau ini tidak diterima, kota akan dihujani bom lagi.
Krebs menolak.
— Saya tidak mempunyai hak untuk berbuat demikian. Dalam hal itu pertempuran akan berjalan terus dan semua akan berakhir dengan kengerian. Kapitulasi Berlin juga tidak mungkin. Goebbels tidak bisa menerimanya tanpa persetujuan Doenitz.
Goebbels telah mengatakan kepada saya bahwa Krebs mesti mencoba "menggoalkan" permintaan utama Bormann: otorisasi pemerintah Jerman Baru untuk meninggalkan Berlin.
Secara pribadi saya kira pemecahan seperti itu tidak mungkin. Deklarasi Hitler mengenai orang Rusia tidak memberi harapan seperti itu.
Kami kini menunggu kembalinya Krebs. Untuk mengisi waktu kami membuat rencana dan mencari jawaban pada pertanyaan: Bagaimana nasib kita setelah Hitler tidak ada.
Tiba-tiba saya teringat sesuatu yang tidak pernah kita singgung sebelumnya. Ketika Hitler masih hidup kami semua bertekad untuk mati bersama dia kalau perlu. Tetapi sekarang kemungkinan itu tidak disinggung lagi.
Bormann seperti mau mengulur waktu dan Goebbels sebaliknya tidak memberi kuasa kepada Jenderal Krebs untuk menerima penyerahan tanpa syarat.
Bukan pada hari itu Dr. Joseph Goebbels mengambil keputusan untuk mengakhiri hidupnya di Berlin bersama isterinya. Setelah kejadian pada hari-hari terakhir, bagi kami tidak ada harapan lagi.
Namun sekretaris wanita dan pembantu rumah tangga waktu itu memberi reaksi berbeda. Mereka sedih kalau mengingat ide bahwa Goebbels bermaksud untuk membunuh juga ke enam anaknya yang mungil. Dr. Stumpfegger, dokter Hitler, mendapat tugas itu.
Permintaan kaum wanita dan beberapa anggota personal yang menyarankan anak-anak itu akan dididik oleh mereka, ditolak oleh keluarga Goebbels.
Nama anak-anak itu Helga, Holde, Hilde, Heide, Hedda dan Helmut.
Pikiran saya melantur ke isteri dan anak-anak saya yang sudah relatif aman. Pukul 6 sore Ny. Goebbels meminta saya dengan suara gemetar untuk ikut dia ke dalam bekas bunker Fuehrer di mana disiapkan kamar untuk anak-anaknya.
Sampai di situ ia duduk di kursi dekat pintu. Ia tidak masuk kamar dan sangat nerveus sampai pintu dibuka. Dr. Stumpfegger keluar. Mereka saling memandang.
Ny. Goebbels berdiri, gemetar tanpa mengatakan sepatah kata. Dokter kelihatan terharu, lalu Ny. Goebbels jatuh pingsan.
Anak-anak sudah mati di ranjangnya, diracuni asam cyanida. Dua pria dari komando yang berada tidak jauh dari pintu masuk mengangkat Ny. Goebbels ke kamarnya dalam bunker.
Dua setengah jam kemudian, dia dan suaminya menyusul. Langkah terakhir telah dimulai.
Sekarang tinggal kesulitan bagaimana meninggalkan "citadelle" itu, nama sandi untuk gedung kanselir baru, nama yang terlalu jelas. Bormann memberitahu kepada jenderal Mohnke " yang paling tinggi dalam tingkatan" bahwa ia harus mengambil alih pimpinan operasi.
Jendral SS ini yang tidak disukai Bormann dan yang tidak setuju dengan komunikasi melalui telepon dengan orang Rusia, menerima missi itu terutamai mengenai ditel tertentu.
Jenderal Krebs dan Burgdorf mengatakan bahwa mereka akan bunuh diri. Ini baru dilakukan setelah menghabiskan beberapa botol alkohol.
Kami akan meninggalkan citadelle dalam 10 kelompok, kaum militer, wanita, sipil akan menuju perbatasan kota Berlin. Cukup jauh untuk naik kereta api di bawah tanah.
Mohnke menganjurkan agar Bormann ikut, tetapi "pimpinan negara" dan "menteri partai" rupanya tidak mempunyai keberanian untuk berbuat demikian.
Ia menyuruh sekretarisnya Else Krueger berangkat dengan kelompok Mohnke dan mengatakan: Saya akan ikut kelompok ke tiga bersama Stumpfegger, Baur dan Naumann.
Admiral Doenitz, presiden baru
Ia mencoba untuk melintasi garis Rusia bersama dokter Hitler, pilot pribadinya. Sekretaris negara Werner Naumann yang, karena pengalaman militernya ditunjuk sebagai kepala kelompok.
Rupanya ia mengambil keputusan untuk kabur dengan Naumann karena yang terakhir ini dalam testamen Hitler ditunjuk sebagai menteri propaganda dalam kabinet baru.
Kalau pertemuan dengan presiden baru yang ditunjuk Fuehrer, Admiral Doenitz (tidak suka dengan Bormann), Naumann bisa membantunya.
Saya sekelompok dengan Erich Kempka. Dengan berseragam, kami keluar melalui jendela ruangan bawah gedung kanselir.
Lalu lewat Friedrichstrasse, di bawah hujan tembakan, kami sampai ke setasiun di jalan yang sama. Kami melihat beberapa panser bertempur dengan orang Rusia.
Pukul 12 tengah malam, kami bertemu dengan Dr. Stumpfegger, Baur dan Bormann yang harus memutar jauh dan kini kami berada dekat pertahanan anti tank yang memisahkan kami dari tentara Rusia.
Tiga panser Jerman dan tiga kendaraan pelindung berdatangan. Bormann mengambil keputusan untuk melintasi garis pertahanan Rusia.
Kempka meloncat ke depan tank untuk menghentikannya. Dilindungi tank menuju ke arah garis pertahanan anti tank, Bormann, Naumann dan Stumpfegger maju.
Saya memperhatikan adegan itu dengan cermat. Panser itu bertabrakan dengan sebuah Howitzer anti tank dan mereka yang berada di dalamnya ikut meledak.
Saya tidak pernah bertemu dengan Stumpfegger dan Bormann lagi sehingga saya mengambil kesimpulan bahwa mereka meninggal. Hal itu saya ulangi kepada orang Rusia ketika saya diinterogasi terus menerus.
Karena yakin tidak bisa selamat, kami mengambil keputusan untuk mengikuti rute kami melalui terowongan metro sampai ke Seestrasse.
Kami sekarang terdiri antara 15 sampai 20 pria, karena beberapa hilang di perjalanan. Pada suatu ketika saya cuma berdua dengan orang dari komando perlindungan.
Melalui saluran ventilasi terowongan saya mendengar suara gemuruh panser.
Ada orang berteriak: Panser Jerman maju. Naik kamrad. Saya menengok ke pintu. Saya melihat seorang Jerman yang melihat saya dan memberi tanda dengan tangannya.
Saya baru meninggalkan tempat persembunyian ketika saya sudah dikelilingi tank dan serdadu Rusia. Serdadu Jerman itu ternyata dari komite yang didirikan setelah pertempuran Stalingrad di bawah nama "Komite nasional Jerman Bebas". Saya menjadi tawanan.
Mula-mula tidak terjadi apa-apa. Biarpun dari seragam saya orang tidak bisa salah terka, orang tidak mengacuhkan saya. Orang sipil Jerman lewat dan berbicara dengan kami kalau mungkin.
Kepada seorang wanita yang mendekati saya untuk berbicara, saya serahkan arloji yang pernah diberi Hitler sebagai kenang-kenangan pribadi.
Kepada wanita itu saya mengatakan siapa saya dan menyerahkan suvenir itu dengan janji akan dikembalikan semua kalau semua usai. Saya tidak pernah bertemu lagi dengan wanita tersebut.
Tiba-tiba seorang kopral Rusia berdiri di depan saya dan berkata: "Kamrad, tidak baik mengenakan seragam dengan burung di lengan" (emblim elang nasional sosialis) "Tidak baik, lepaskan saja".
Pikir saya: "Orang Rusia toh tidak seburuk yang digambarkan Fuehrer kepada kami. Sebaliknya, ia menawarkan rokok dan tembakau dan membiarkan saya membawa kedua pistolet yang ada insinye SS-riya. Ini sangat mengherankan saya.
Setelah beberapa hari jalan dengan pengawalan tentara Rusia kami sampai di Posen. Mula-mula saya menyembunyikan siapa saya dan apa fungsi saya bagi Hitler.
Orang Rusia mengetahuinya dari Baur, yang menyebut saya sebagai saksi karena mereka tidak mau percaya, bahwa biarpun pangkatnya jenderal ia penerbang Hitler!
Dengan demikian mulailah interogasi tanpa akhir dengan pertanyaan-pertanyaan yang stereotipe seakan-akan ingin memaksa saya mengatakan bahwa Hitler masih hidup.
Saya dipukuli dengan cemeti
Penegasan saya berulang-ulang kali bahwa saya telah mengeluarkan Hitler dari kamarnya dalam keadaan mati sebelum dibakar dianggap sebagai suatu versi yang diatur Fuehrer untuk menutupi kebenaran dan untuk melindunginya.
Karena saya tidak bisa mengatakan apa yang diharapkan oleh para pemeriksa saya sering dipukuli dengan cemeti. Saya harus menanggalkan semua pakaian, lalu disuruh telungkup atas "kuda-kuda".
Mereka mengancam akan terus memukul saya, kalau tidak mau mengatakan kebenaran. Bugil dan tak berdaya saya tidak bisa lain dari mengulangi apa yang telah saya katakan:
Adolf Hitler bunuh diri 30 April 1945 dan saya telah membakar mayatnya. Salah seorang (komisaris) pemeriksa kemudian memerintahkan kepada seorang letnan tegap yang membawa cemeti untuk memukul beberapa kali.
Ketika saya menggeram kesakitan ia berkata dengan sinis: “Itulah. Anda tahu cara ini lebih baik dari kami. Kami belajar dari SS dan Gestapo kalian".
Saya tetap pada apa yang pernah saya katakan. Interogasi dihentikan sejenak dan saya disuruh ke ruangan yang bebas dari hiruk pikuk di mana tujuh entah delapan komisaris lain sudah menunggu saya.
Upacara yang sama dimulai dan saya tetap pada pendiriari saya. Ketika salah seorang Rusia berteriak dengan suara monoton: "Hitler hidup, Hitler hidup. Katakan yang benar," saya dicemeti sampai darah bercucuran. Saya berteriak sampai tidak bisa lagi.
Karena mereka - sudah lelah, algojo-algoojo saya membiarkan saya pergi. Saya boleh mengenakan pakaian lagi. Sampai di sel saya langsung pingsan. Interogasi seperti itu berlangsung lama dan sampai sekarang saya masih kaget dalam tidur, kalau teringat.
Kira-kira setahun setelah perang usai, saya diangkut dengan kereta api yang jendelanya berjeruji. Saya dibawa ke Berlin. Di situ saya masuk sel lagi. Apa yang diinginkan orang Rusia dari saya, sekarang saya baru tahu.
Saya harus menunjukkan dengan tepat di mana Hitler bunuh diri. Saya diajak ke gedung kanselir di mana saya dihadapkan pada sederet komisaris yang berkumpul sekeliling marsekal Sokolovski.
Saya menunjukkan dipan di mana Hitler membunuh diri. Benda itu masih tetap di tempat, tetapi sudah tak keruan karena diaduk-aduk orang yang mencari “tempat-tempat bersembunyi".
Kami harus mengumpulkan ingatan kami
Setelah suatu interogasi relatif singkat, saya dibawa ke penjara lagi di mana dimulai suatu seri penyidikan gaya lain dari waktu di Moskwa.
Seorang penterjemah dengan sopan mengajukan pertanyaan dan saya menjawab dengan gaya yang sama. Yang jelas ialah bahwa orang Rusia tidak percaya pada ucapan saya.
Sampai tahun 1950 mereka masih ragu apakah Hitler benar mati. Pertanyaan stereotip yang diulang-ulangi: "Seberapa jauh genangan darah dari mayat? Di mana pistolet Hitler? Senjata yang mana dari kedua senjata ini yang digunakan? Di mana ia duduk dan dalam posisi bagaimana?"
Kembali ke Moskwa saya untuk pertama kali bertemu dengan Otto Guensche. Kami dipindahkan ke rumah sakit militer di mana kami "didandani".
Mungkin untuk dipamerkan kepada umum pikir kami. Ternyata benar. Pada suatu hari pintu penjara dibuka dan kami dibawa ke sebuah villa di Moskwa yang dihuni janda seorang jenderal.
Kami mendapat perintah untuk mengumpulkan semua "ingatan" kami. Orang Rusia ingin mendapat naskah yang membuktikan bahwa Hitler mengambil keputusan untuk mengibuli orang Rusia dan kalau perlu, kekuasaan barat.
Guensche dan saya, katanya, harus tahu lebih daripada apa yang ada dalam dokumen resmi.
Kami berdua tidak menulis lebih daripada apa yang diketahui mereka. Aktivitas sejarah kami berhenti waktu orang Rusia mendapat kenyataan kami tidak bisa mengatakan lebih banyak lagi mengenai perundingan antara Hitler dan Molotov daripada yang benar terjadi.
Kami dikirim ke kamp sebagai tawanan perang baru. Di sana ternyata sudah ada 42 jenderal. Keadaan baik.
Namun para jenderal segera dikirim kembali ke Jerman, sedangkan Guensche dan saya dihadapkan pada suatu pengadilan dan dijatuhi hukuman 25 tahun kerja paksa.
Seorang penterjemah mengatakan bahwa saya dituduh "membantu Hitler mengambil kekuasaan" padahal saya tahu maksud kriminalnya.
Karena bantuan itu saya dianggap ikut bertanggung jawab. Ketika saya bungkam sebab kaget, hal itu dianggap sebagai suatu pembenaran.
Kami berdua dijatuhi hukuman masing-masing 25 tahun. Seorang Rusia ingin membesarkan hati saya. Ia menepuk pundak saya dan berkata: "Kamrad, 25 tahun tidak terlalu banyak. Hukuman itu bisa lebih berat lagi. Kau akan segera betah".
Saya tidak percaya. Sepuluh tahun setelah kematian Hitler, saya kembali dengan gerbong kereta api menuju ke Jerman.
Saya telah mengabdi kepada Hitler sampai akhir dan tahun 1955 orang Rusia menganggap tebusannya sudah cukup. (Eugene Silianoff — Paris Match. "Bis zum Untergang" Heinz Linge)
(Seperti pernah dimuat di MajalahIntisariedisi Oktober 1980)