(Baca juga: Katyusha, ‘Rudal Bodoh’ Andalan Pejuang Hizbullah yang Kerap Bikin Pasukan Israel Kalang Kabut)
Beruntung AS yang segera mengirimkan persenjataan demi mencegah penggunaan nuklir oleh Israel segera turun tangan.
Kemenangan telak Israel yang didukung oleh AS pun harus dibayar mahal.
Pemerintahan Israel pimpinan PM Golda Meir menuai protes.
Protes dipimpin Moti Ashkenazi, seorang komandan militer.
Mereka menuntut Ketua Mahkamah Agung Shimon Agranat memimpin sebuah peyelidikan.
Tujuannya adalah untuk mencari jawaban mengapa mereka sampai kecolongan sehingga dengan mudah digempur Mesir dan Suriah.
Komisi itu kemudian diberi nama Komisi Agranat.
Puncak dari tuntutan ini, pada 11 April 1974 PM Golda Meir memutuskan mundur.
Padahal ia dan Partai Burh menang dalam pemilihan. Meir kemudian digantikan oleh Yitzhak Rabin.
Golda Meir akhirnya menghembuskan nafas terakhir pada 8 Desember 1978 dan dikebumikan di Mount Herzl di Yerusalem empat hari kemudian.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR