Advertorial
Intisari-Online.com - Dalam peperangan sebenarnya tidak bisa berlaku bahwa pasukan yang bisanya dikenal tangguh dalam bertempur akan selalu menang.
Pasuka khusus sekalipun jika misi tempurnya yang bersifat rahasia berhasil diketahui oleh musuh bisa berakibatnya pada gagalnya misi dan hancurnya pasukan seperti yang pernah dialami oleh pasukan Israel.
Kegagalan operasi tempur pasukan Israel bahkan pernah dialami oleh pasukan komandonya yang terkenal sangat elit.
Pada 4 September 1997 suatu serangan komando yang digelar pasukan Angkatan Laut Israel, mengalami kegagalan ketika sedang berusaha menyerang basis maritim Hizbullah yang berlokasi di kawasan Ansariyya.
(Baca juga: Luar Biasa! Bermodal Satu Tangan, Mantan Nelayan Ini Borong 5 Emas dan Pecahkan 3 Rekor ASEAN)
Satuan elit komando itu mengalami nasib nahas setelah disergap pasukan Hizbullah sehingga mengakibatkan tewasnya 11 prajurit komando.
Pasukan komando Israel yang sebenarnya telah dipersiapkan melalui latihan berat itu gagal melaksanakan misinya karena kepergok terlebih dahulu oleh pasukan Hizbullah.
Para pejuang Hizbullah pun segera menyiapkan jebakan untuk menyergap pasukan komando Israel.
Akibatnya pasukan komando Israel yang bermaksud menyergap para pejuang Hizbullah malah disergap terlebih dahulu.
Sisa pasukan komando Israel hanya bisa bertahan dalam pertempuran sengit yang tida seimbang.
Karena makin terdesak pasukan komando Israel kemudian berusaha dievakuasi menggunakan helikopter tapi operasi SAR tempur (Combat SAR) itu tidak berjalan lancar.
Sejumlah jenasah pasukan komando Israel berhasil dikuasi pejuang Hizbullah dan dijadikan sarana tawar-menawar pertukaran jenasah antara kedua belah pihak.
Proses tawar tukar-menukar jenasah itu ternyata berlangsung selama 10 bulan setelah pihak Israel bersedia menyerahkan 40 jenasah pejuang Hizbullah.
Akibat serangan militer yang kerap gagal menghancurkan kekuatan Hizbullah, pamor keberadaan pejuang Hizbullah di Libanon Selatan pun makin bersinar.
Milisi SLA (South Lebanon Army) yang menyadari naik pamornya Hizbullah pelan-pelan mulai menarik diri dari hubungan dekatnya dengan militer Israel, sehingga para pejuang Hizbullah makin leluasa untuk melancarkan serangan ke Israel.
Salah satu serangan spekatkuler Hizbullah yang mengakibatkan seorang jenderal Israel gugur berlangsung pada bulan Februari 1999.
Akibat serangan mematikan itu militer Israel pun ditarik dari zona penyangga keamanan Libanon Selatan.
Setelah penarikan mundur pasukan itu, militer Israel lalu memperkuat penjagaan di perbatasan Libanon-Israel.
Penarikan mundur pasukan Israel dari Libanon Selatan secara politik merupakan kemenangan bagi pejuang Hizbullah dan para pejuang Palestina yang dikenal sebagai kelompok Hamas.
Dengan modal rasa percaya diri atas keberhasilan mengusir militer Isarel yang sudah 18 tahun bercokol di Libanon Selatan, para pejuang Hizbullah dan Hamas Palestina pun menjadi semakin berani untuk menyerang Israel.
Roket-roket Hizbullah pun terus berjatuhan ke wilayah Israel. Serangan melalui darat juga kerap dilakukan terhadap Israel dan makin sering menimbulkan korban jiwa.
(Baca juga: Mengapa Keputusan Trump Akui Yerusalem Sebagai Ibu Kota Israel Sangat Kontroversial?)